Cinta seorang gadis psycopath(21+)

BOS YANG BAIK



BOS YANG BAIK

0"Oh kalian sudah kembali?" tanya Chaliya, seraya melemparkan senyuman yang selalu terlihat manis setiap saat pada mereka berdua.     
0

"Iya, Nyonya. Maaf jika kami berua terlalu lama. Harap maklum ya nyonya, lgian, wanita mana yang tidak betah berlama-lama jika pergi ke mall," jawab Christie.     

Dengan gerakan anggun, Chaliya melihat jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Justru sebenarnya waktu kalian masih tersisa sekitar 10 menit. Kenapa harus merasa bersalah seperti itu? Lagipula sejak tadi teman juga tidak menelpon dan juga belum datang mungkin dia benar-benar sibuk sekarang," timpal Chaliya.     

"Soalnya kami tadi berniat hanya pergi satu jam saja. Tapi ternyata setelah hampir 3 minggu tidak pergi ke mall, pemandangan di sana membuat kami lupa segalanya."     

"Sudahlah tidak masalah lagipula aku juga baik-baik saja," ucap Chaliya.     

"Terimakasih, Nyonya."     

"Ya sudah Ini mah sudah mendekati jam 12 takutnya nanti Tuan tiba-tiba datang dan kalian memakai pakaian seperti itu. Cepatlah ganti pakaian agar tidak menerima cecaran pertanyaan dari dia," ucapkan Dia mengingatkan Christie dan Dwi.     

"Baik nyonya terima kasih banyak atas perhatiannya."     

Dua gadis itu pun seketika berhambur menuju kamarnya. Meskipun sudah lama bekerja menemani Chaliya ke mana pun berada entah itu di dalam kamar dapur dan di depan toilet Jika dia hendak ke kamar mandi. Tapi sungguh apa yang jadi alasan kenapa dia harus selalu di temani salah satu dari mereka tidak ada yang tahu alasannya dan juga masalahnya.     

"Dwi kira-kira kamu tahu nggak kenapa nyonya selalu ditemani oleh kita berdua ke mana pun jika tuan sedang tidak ada di rumah?" Tanya Christie memulai percakapan ketika mereka sudah berada di dalam kamar dan menutup pintunya.     

"Apa alasan yang pasti aku tidak tahu. Tapi dari sikapnya dan melihat ketika dia pingsan saat ku tinggal makan ketika kau belum kembali dari membeli sesuatu kemarin, sepertinya dia trauma akan sesuatu. Dan mengalami ketakutan yang teramat sangat luar biasa sehingga jadi begitulah," japri panjang lebar sebenarnya dia palingkan membahas masalah majikan karena dia merasa ini sangatlah lancang sebagai seorang yang bisa dikatakan pembantu.     

Tapi tidak Christie tidak ladenin, yang ada nanti dia terus saja berkicau seperti burung yang sudah makan pisang hingga kenyang.     

"Tentang itu tampak jelas kan aku pun juga tahu kalau Nyonya memang mengalami ketakutan yang sangat luar biasa. Lagipula ti kita berdua dikerjakan untuk apa sih kalau bukan untuk menemani dia agar tidak takut? Ya Aku bingung kan itu takut karena apa masa Iya dia pernah melakukan kejahatan dan diteror oleh sebuah arwah gitu yang membuat dirinya ketakutan dan selalu merasa dikejar-kejar? Lalu arwah itu pula yang membuat dia kemarin jatuh tak sadarkan diri di kamar mandi ketika kita berdua tidak menemaninya."     

"Plak!"     

Sebuah box kecil berisi pasta gigi mendarat indah tepat mengenai kepala Christie.     

"Sudah ya Kamu terlalu banyak membaca film horor dan fantasi jadi jangan bawa-bawa ke dunia nyata mereka para penulis yang menyajikan tulisan itu murni dari imajinasinya sendiri jadi jangan kau sangkut sangkutkan dengan kehidupan Nyonya! Ok?" Ucap duit dengan tegas dia merasa tidak terima saja jika nyonya yang begitu baik hati dituduh melakukan kejahatan di masa lalunya sedikitpun sama sekali Dia tidak percaya.     

"Aku cuma mengingatkan saja aku enggak perlu marah gitu dong lagipula aku juga tidak menuduh," ucap Chris sambil menggosok kepalanya yang sakit karena ulah Dwi.     

"Lagipula kenapa sih kita mengurusi kehidupan orang lain? Itu tidak sopan tak pantas dan lancang. Kita di sini untuk bekerja dan digaji dengan tinggi coba kalau kita menjadi bodyguard seorang presiden misalnya mungkin gaji kita juga sama tinggi tapi apakah bisa kita sesantai ini? Coba kamu pikir, carilah pekerjaan di luar sana ada tidak yang memperlakukan dirimu seperti keluarga menggaji mu dengan tinggi berbicara pun juga santai tidak formal. Rasa ingin tahu itu memang baik tetapi jika ingin tahu dengan urusan orang itu bisa membunuhmu secara perlahan."     

Christie diam. Karena apa yang dikatakan oleh sahabatnya memang benar adanya. "Ya aku minta maaf. Untuk kedepannya aku berjanji tidak akan mengajakmu bicara sesuatu yang berkaitan dengan privasi orang lain terlebih jika itu aib," ucap Christy mengakui kesalahannya dengan kepala tertunduk dan membereskan barang-barang yang baru saja mereka beli.     

Sementara di ruang tengah kali ya sudah mulai bosan menunggu. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 namun tidak ada tanda-tanda suaminya akan menelpon nya.     

Lelah dan tidak sabar menunggu wanita itu meraih ponselnya dan mencegah kontak hendak menghubungi Dicky. Setelah panggilan tersambung pria itu langsung mengangkatnya.     

"Halo Sayang apakah kamu merindukan mu sampai menelepon?" tanya pria itu mulai menggoda Chaliya.     

"Maaf apakah kau sibuk?" tanya chaliya ketika mendengar suara dari balik telepon itu itu sangat hening.     

"Tidak kok kamu sama sekali tidak mengganggu justru aku sudah selesai makanya langsung mengangkat teleponmu sekarang kamu katakan Apakah kau merindukanku?"     

"Iya," jawab Chaliya tidak mau berbelit-belit dengan tujuan agar Dicky, suaminya segera pulang ke rumah. Supaya dia bisa dengan leluasa menjelaskan apa yang terjadi di pada dirinya ketika didatangi oleh arwah Chaliya yang asli. Sebab rasanya tidak nyaman jika dijelaskan melalui telepon.     

"Merindukan apa orangnya atau sesuatu yang ada dalam orangnya nya?" Bahkan tiki masih tempatnya menggoda Chaliya yang sudah sejak lama sekali menunggu kabar darinya.     

"Aku merindukanmu bisakah kamu pulang?" ucap wanita itu. Nampak sedikit tidak sabar.     

"Pejamkan matamu maka aku akan datang mendekapmu," jawab Dicky. Sumpah demi apapun saat ini tidak benar-benar menahan tawanya.     

"Aku tidak butuh kata-kata gombal, seperti orang LDR Dicky."     

"Surprise," ucap Dicky dari belakang zalia tiba-tiba langsung memeluknya.     

"Ah, kamu... " Wanita itu pun tertawa tidak melanjutkan kalimatnya dia bahagia bisa melihat selamanya tiba-tiba muncul begitu saja yang artinya ketika dia menelpon tadi Memang suaminya sudah berada di rumah hanya saja dia tidak mau mengatakan kebenarannya.     

"Jadi ketika aku telepon kamu tadi kamu sudah udah tiba di rumah?" tanya Chaliya.     

"Iya tepat di depan pintu. Sebenarnya tadi aku berniat untuk menelpon mu tapi malah keduluan kamu yang menelponku Ya sudah aku angkat saja diam-diam. Kukira kau mau memejamkan mata agar aku bisa memelukmu dari belakang ternyata kamu tidak mau ya sudah aku muncul begitu saja."     

"Kamu ini, bisa saja. Berangkat kerja jam berapa tadi terlambat apa tidak?" tanya Chaliya penuh perhatian.     

"Aku berangkat jam setengah delapan. Harusnya terlambat. Karena, aku ada janji dengan client di sebuah cafe yang cukup jauh dari rumah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.