Cinta seorang gadis psycopath(21+)

SEMUA TENTANG WAKTU



SEMUA TENTANG WAKTU

0"kau pengertian sekali, Dick?" tanya Chaliya terharu, dan tetap terisak dalam pelukan Dicky.     
0

"Bukankah cinta itu mengerti tanpa dijelaskan?" ucap Dicky smabil mencubit dagu Chaliya.     

Chaliya tertunduk malu, dan tersenyum tipis.     

Sesuai yang telah diminta oleh almarhum Andra, akhirnya, jenazahnya pun dimakamkan dengan layak. Bukan di tempat pemakaman umum. Tapi, di tempat kusus yang digunakan untuk pemakaman keluarga Dickcy sesuai yang telah pria itu janjikan.     

Chaliya masih duduk bersimpuh di dekat pusaran Andra. dia diam tak mau bicara pada siapapun termasuk juga Dicky.     

"Ayo, kita pulang, Cha! Dia sudah tenang di alam sana, biarkan dia damai. Kau, lanjutkan hidupmu dengan baik. Kenanglah dia, tapi jangan ratapi kepergiannya. Selalu kirimkan doa agar dia lebih damai dan tenag di sana, oke?" bisik pria itu di dekat telinga Chaliya.     

Namun, wanita itu tetap bergeming pada tempatnya. Matanya nanar menatap bunga-bunga yang ada di atas makam tersebut. Akhirnya, Dicky pun memberi isyarat pada beberapa anak buahnya dan juga sang pemuka agama agar mereka kembali lebih dulu dan meninggalkan mereka berdua di sana.     

"Tinggal kita di sini. Semua sudah pergi. Mau sampai kapan kau akan tetap di sini? Apakah kau tak perlu makan dan bekerja? Jika kau masih ingin tetap di sini silahkan saja!" ucap Dicly akhirnya ia kesal juga dengan cara lembut sejak tadi bujukannya bahkan sama sekali tidak mempan.     

"Jika memang kau mau pergi, pergi saja! Aku masih tetap ingin di sini bersama Andraku," jawab Chaliya.     

"Haaaaaah!" Dicky menghela napas panjang dan dalam, kemudian mengeluarkannya dengan sedikit kasar dari mulut. 'Wanita ini…. Kenapa keras kepala sekali, ya? Apa sih, makanannya,' batin Dicky. "Kau pikir dengan kau berada di sini sepanjang hari sampai kurus karena tak makan, dan tubuhmu kotot berdebu Andra akan suka? Justru, Ketika ia hendak masuk ke dalam Surga di hadang olehmu, karena terus-terusan tak mau beranjak dari kuburannya. Jika dia tetap berdiri di depan pintu surga, maka tak menutup kemungkinan saat angin kencang dia akan terjatuh ke dalam neraka."     

Mendengar ucapan itu Chaliya cukup terkejut. Tentu saja dia tak ingin hal itu terjadi. Andra adalah orang baik, dia tak pantas berada di Neraka. Jika sampai itu terjadi karena dirinya, maka, dia tak akan pernah bisa mengampuni dirinya sendiri.     

"Tunggu aku, Dicky. Aku akan kembali bersamamu!" teriak Chaliya dan berlari mengejar pria itu.     

***     

Usai pemakaman dan makan siang, Chaliya kembali ke rumahnya. Di sana, sudah taka da lagi rahasia besar yang dia sembunyikan. Namun, benar. Setelah sekian lama menyimpan mayat Andra, emngajaknya ngobrol, curhat dan menggantikan pakaian untuknya cukup membuat dirinya merasa kehilangan setelah mayat itu dimakamkan.     

Diraihnya foto Andra yang ia letakkan di atas nakas tempat tidurnya. "Aku padahal sempat bosan dengan kegiatanku. Tapi, setelah kau tidak di sini, aku benar-benar merasa kehilangan sekali, Ndra. Tapi, tak apa, lah. Yang penting kau tenag dan bahagia di sana, aku juga akan lega mendengarnya," ucap wanita itu. kemudian ia merebahkan tubuhnya dan terlelap sambil memeluk foto Andra dalam bingkai berwarna emas tersebut.     

Sebenarnya Andra memang sudah lama mati. Chaliya pun tahu itu. Tapi, dengan menyimpan mayat pria itu dan mengawetkannya, membuat wanita itu merasa kalau calon suaminya selalu ada dan tak pernah meninggalkan dirinya. Namun, begitu jasadnya dikubur, dia merasakan sakit yang sama seperti satu tahun silam.     

Chaliya duduk di sofa lalu bersandar. Ini oertama kali setelah sekian lama dia merasa kehilangan semangat dalam hidupnya. Dia juga ingat dengan Dicky. Tapi, ia memilih untuk mengabaikannya saja.     

"Akan aku nikmati kegalauan dan rasa sakitnya kehilangan ini sampai aku muak. Entar, jika sudah tiba masanya juga bakal move on sendiri. Semua hanya tentang waktu. Akan baik-baik saja jika sudah tiba masanya," gumam Chaliya pada dirinya sendiri.     

Saat ia baru memulai meditasi, menenangkan pikiran dan bicara dengan dirinya sendiri. Tentang apa yang dimau dan apa tujuan hidup kedepannya, sebuah panggilan menderingkan benda pipihnya yang ia letakkadi dalam kamar.     

Tanpa rasa malas, wanita itu beranjak ke kamar untuk mengambil ponselnya yang terus bernyanyi. Bukan bernyayi. Tapi, berdering.     

"Halo, Ky," jawab Chaliya sambil berjalan kembali ke sofa ruang tengah tempatnya tadi.     

"Halo, Mawarku. Apakah kau masih ingat dengan janjimu kemarin?" tanya pria itu dari balik telfon. Suasanya sangat tenang. Tidak gaduh sama sekali. Mungkin dia berada di rumah, atau di sebuah ruangan yang hanya ada dia saja.     

"Oh, makam malam di rumahmu? Tentu saja aku tidak akan melupakan itu. Tapi, aku malu, Ky," ucap Chaliya.     

"Malu? Malu kenapa?" tanya pria itu seperti sambil tertawa.     

"Aku sudah browsing tentang keluarga kamu. Aku merasa minder saja. masa iya, aku ke rumah konglomerat cerdas seperti kalian. Sementara aku, hanyalah seorang model rendahan yang Pendidikan sekolahnya gak jelas," ucap Chaliya merendah.     

"Hahaha, itu? Sudahlah, itu hanya soal gelar saja. tak masalah. adikku, Sinta, dia sangat ngefans sekali sama kamu. Saat kemarin aku bilang, kalau kau akan makan malam di sini, dia sangat senang, loh," ucap Hengky lagi.     

"Benarkah? Bagaimana kau bercerita padanya? Harusnya dia juga tahu, kan kalau kemarin adalah pertama kita bertemu?" tanya Chaliya penasaran.     

"Iya, dia tahu. Sebenarnya kemarin sebelum aku berangkat ke lokasi pemotretan, dia sudah berpesan untuk memintakan aku video darimu. Ucapan selamat malam atau apa lah. Kau juga tahu sendiri, hari gini tandatangan gak begitu laku. Kalau pamer video di media sosial, kamu menyapa dia, itu kan keren."     

"Hahaha, iya juga ya? tak kusangka. Ternyata aku punya penggemar," ucap Chaliya. Berangsur-angsur rasa galau dan sakit hatinya karena kehilangan juga hilang. Mungkin saja, besok dia sudah akan mendapati hari-hari yang normal kembali.     

"Pennggemarmu itu banyak, Cahliya. Model yang bicara sama kamu juga termasuk. Bahkan, dia tak hanya ngefans. Tapi, juga jatuh cinta. Apakah kau tahu itu?" ucap Hengky lagi.     

"Baiklah, jangan kau bahas itu lagi. Atau, kepalaku akan berubah besar nanti, lalu aku terbang dan gak bisa turun," ucap Chaliya sambil tertawa.     

"Oke, baiklah. Kalau begitu, kau bersiap saja nanti, setengah enam aku sudah tiba di rumahmu untuk menjemputmu," jawab Hengky.     

"Oh, jadi kau menjemputku? Terimakasih Tuan Hengky. Sudah mengundangku makan malam bersama keluargamu saja sudah merupakan kehormatan besar buatku. Tapi, kau juga bahkan repot-repot menjemputku."     

"Tidak masalah. ya sudah see you latter," ucap pria itu kemudian ia mengakhiri panggilan.     

Seperti yang sudah Hengky janjikan. Pukul setengah enam dia sudah tiba di rumah Chaliya. Ia memencet bell tanpa ragu-ragu lagi. Ini kali kedua dia datang, terlebih lagi mau malus ama siapa? Chaliya tinggal sendirian di sini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.