Cinta seorang gadis psycopath(21+)

TIDAKKAH KAU TAKUT AID?



TIDAKKAH KAU TAKUT AID?

0"Aku tak bisa berlama-lama denganmu."     
0

"Tenang saja, aku akan main cepat. Tak perlu lama-lama, asal, itu bisa membuatmu kembali jinak seperti dulu, ini sudah cukup," jawab Axel ambigu.     

Chaliya hanya diam, untung saja, dia sudah terbiasa dengan kendaraan yang melaju cepat. Atau, jika tidak dia akan berteriak sepanjang jalan karena ketakutan. jadi, di masih bisa tenang meskipun Axel mengemudikan mobilnya dengan buruk. Dia memilih zig zag asal cepat, tentu saja, sudah beberapa kali dia hampir menabrak pengendara lain danjuga orang yang turun dari trotoar hendak menyebrang.     

Tiba di tempat tujuan, sebuah rumah besar milik Elizabet, Chaliya langsung turun mobil dan berlari menuju ke selokan di depan rumah megah tersebut. Dia berjongkok dan…     

"Hoek… hoek!" Ternyata dia mabuk akibat ulah Axel yang sangat arogan dan ugal-ugalan. Hanya saja dia tetap bersikap tenang. Ptia itu juga tak menyangka, jika sepanjang perjalanan Chaliya telah dia buat mabuk dan menahan mual.     

"Kau kenapa?" tanya Axel dengan begonya. Tapi, itu justru lebih ke menyebalkan.     

"Apa kau tak lihat aku muntah-muntah?" jawab Chaliya sambil menoleh ke belakang memandang Axel. Masih tetap berjongkok.     

"Iya, aku tahu. Kenapa muntahnya di atas selokan, sih? Gak masuk saja ke dalam rumah sana!" ujar Axel merasa heran sambil mengusap wajahnya sendiri dengan tangan kanannya.     

"Keburu keluar isi perutku. Kamu, nagapain ngajak aku ke sini?" tanya Chaliya heran. Ia menginip melalui lubang yang ada di dalam pagar tersebut. Nampak sepi sekali.     

Sementara Axel, membuka pagar yang terkunci, dan meminta Chaliya masuk ke dalam. Sementara dia, memasukkan mobil ke dalam halaman rumah dan mengajak masuk Chaliya ke rumah yang bukan pertama kali ini ia kunjungi. Dia sering datang ke rumah ini sebelumnya.     

"Kenapa kau mengajakku di sini? Di mana tante Elizabeth?" tanya Chaliya lagi. Sebab, Axel sedari tadi hanya diam saja tak menjawab pertanyaannya.     

"Mama tidak ada. Dia sudah berada di luar negeri sejak seminggu yang lalu. Jadi, rumah ini kosong," jawab Axel sambil menuju ke tempat lemari es berwanra silver, kemudian ia mengeluarkan sebotol wine dan mengambil gelas yang ada di atas kulkas.     

"Lalu, untuk apa kau mengajakku ke sini? Di mana istrimu?" tanya Chaliya sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang. Rumah ini benar-benar sepi, tak seorangpun. Mungkin hanya ada tukang kebun dan satu pengurus rumah saja.     

"Istriku tidak tinggal di sini." Axel menyodorkan segelas Wine pada Chaliya, dan wanita itu tidak menolaknya.     

Axel terus memandang dan memeperhatikan Chaliya menikmati Wine dingin yang dia berikan. Setelah wanita itu meminum habis, Axel mendekati Chaliya dan meraih pinggangnya ke dalam pelukannya.     

"kau, ngapain? Bisakah sedikit jaga jarak denganku?" ucap Chaliya smabil mendorong tubuh Axel sementara dia, melangkahkan kakinya mundur.     

Tapi, Axel terus saja mendekati wanita itu dan, juga mendekatkan wajahnya ke wajah Chaliya. Di dekat telinganya, pria itu berbisik, "Aku, tidak mau jaga jarak sama kamu. Jika terus jaga jarak, bagaimana bisa aku meluluhkan kamu?" Bahkan dengan sengaja, pria itu mengigit daun telinga Chaliya yang membuat bulu kuduk sekitar leher dan lengan wanita tersebut berdiri.     

Axel tersenyum melihat reaksi itu. kemudian, diraihnya gelas wine dari tangan Chaliya dan meletakkannya di atas meja kecil dekat televisi. Axel terus mendekatkan tubuhnya pada Chaliya, dan mengarahkan kedua tangan wanita it uke atas setelah mepet dengan dinding dan mulai mencumbunya.     

"Xel! Apa yang kau lakukan? Hentikan, cepat!" teriak Chaliya. Ia berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Axel. Namun, pria itu terlalu kuat. Bahkan, kedua tangannya tak bisa lolos walaupun Axel hanya menggenggamnya dengan menggunakan satu tangan saja.     

"Kenapa kau bersikap seperti itu, ha? Kau ini… apakah kau sudah, lupa, siapa pria yang memerawanimu? Bukan, Andra, atau pria mana pun, Cha. Tapi, aku. jadi, kau diam dan jangan menolak," ucap Axel sambil mengangkat dagu Chaliya, mengarahkan wajahnya ke padanya.     

Merasa muak dengan Axel. Apalagi jika harus melihat wajahnya dengan dekat, Chaliya pun meludahi wajah pria itu.     

Axel terkejut, dia tak menyangka jika wanita di hadapannya bisa melakukan perlawanan hingga sedemikian rupa. Pria itu memejamkan matanya lalu menoleh ke samping saat ludah mengenai sebagian wajahnya. Lalu, mengelapnya dengan lengan yang terbungkus kemeja hitam dan menyeringai.     

"Kau benar-benar ,ian buas dan liar, ya? Sungguh, benar-benar harus dijinakkan," ucap Axel tanpa mau banyak cibara lagi, pria itu mengangkat tubuh Chaliya dan membawanya ke salah satu kamar yang letaknya dekat dengan mereka berdua.     

"Xel! Kurang ajar! Lepaskan aku," teriak Chaliya berusaha berontak. Sesampai di kamar, pria itu mengunci pintu dan melemparkan tubuh wanita dalam gendongannya ke atas kasur dengan kasar.     

Untung saja itu kasur busa, jika saja lantai… ah, mungkin Chaliya sudah kehilangan kesadarannya.     

Axel memandang Chaliya yang terbaring dengan dress tersingkap ke atas dengan tatapan penuh nafsu, pria itu langsung melepaskan kemejanya, dan terakhir menurunkan resleting celananya.     

Sementara Chaliya, berusa terus menghindar. Namun, Axel terus memaksa dan akhirnya, ia pun mendapatkan kembali tubuh wanita itu. dengan kasar, ia merobek dress yang Chaliya kenakan.     

"Xel! Kau?" Chaliya menatap Axel dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana bisa dia melakukan hal serendah ini.     

"Iya, ini aku. apakah kau masih tak percaya? Asal kau nurut, aku tidak akan melakukannya secara paksa dan kasar. Tapi, kau terus saja sejak tadi menolakku," ucap Axel, kemudian ia mencekik leher Chaliya dan mengarahkan miliknya pada liang kenikmatan wanita yang kini berada di bawah kendalinya itu.     

"Ah… " desah Chaliya tanpa sadar Ketika benda besar milik Axel menembus masuk ke dalam liang kewanitaannya.     

"Kau nikmati saja, Sayang. Kuharap, setelah ini, tak lagi bersikap acuh sama aku. karena, itu sangat menyakitkan," ucap Axel sambil menggigit putting Chaliya keras,dan meninggalkan banyak bekas merah di area kheer dan dada milik wanita itu.     

"Kau sudah menikah, bukan? Kenapa masih mau melakukan dengan wanita lain? Lakukan saja dengan istrimu jika kau sedang ingin. Apakah kau menunggu terkena AID?" ucap Chaliya.     

"Ap aitu, AID? Jika hanya dengan kau dan dia, kurasa tak masalah. aku jarang melakukan hubungan dengan istriku. Karena, aku selalu ingat kamu. Dan milikmu, jauh lebih nikmat," bisik Axel sambil memaju mundurkan miliknya memompa Chaliya di bawah tubuhnya.     

"Plak!" Sebuah tamparan mendarat keras di pipi sebelah kanan Axel. Mungkin dia sudah lalai tidak memegangi kedua tangan Chaliya. Atau, bicaranya yang salah.     

"Kau, pria macam apa, sih? Kurang aja, bisanya kau memebadakan dalam hal ini!" hardik Chaliya.     

"Tamparanmu lumayan juga, Sayang," ucap Axel sambil menyeringa, dan sebelah yangannya memegangi pipinya yang terasa panas. Mungkin saja, sekarang ada cap bekas tangan Chaliya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.