Cinta seorang gadis psycopath(21+)

TERKUAK



TERKUAK

0"Gleg!"     
0

Chaliya menelan ludahnya sendiri Ketika melihat kejantanan milik Hengky yang besar, kokoh panjang dan membengkok ke atas.     

Hengky memperhatikan gelagat Chaliya yang nampak sedikit salah tingkah begitu. Dia tahu, apa yang tengah wanita itu perhatikan. Ia pun meraih tangan kanan Chaliya dan menuntunnya ke arah miliknya yang sudah berkedut-kedut yang juga minta dipuaskan.     

"Semua yang ada di tubuhku milikmu, pegang saja mana yang ingin kau sentuh, tidak masalah," bisik Hengky. Ia merasakan sensasi yang tak bisa diucapkan oleh kata-kata Ketika tangan lembut Chaliya menyentuh miliknya dan mengelusnya perlahan. Seperti wanita yang masih belum berpengalaman saja.     

'Aduh, kenapa rasanya begini, ya?' batin Chaliya. Dia memang sering melakukan hubungan badan, tidak hanya dengan Dicky dan Axel. Sudah ada dua orang setelah mereka dan sebelum Hengky. Tapi, ini pertama kali dia menyentuh milik lelaki. Rasanya hangat, keras namun kenyal. Lucu juga sih menurutnya.     

Karena semuanya sudah sama-sama bernafsu, mereka pun langsung melakukan hubungan badan. Chaliya sempat beberapa kali menjerit oleh sentakan yang oria itu berikan. Sepertinya, Hengky juga cukup berpengalaman dalam hal ini. Sebab, yang pernah ia ketahui dari teman-teman sesame modelnya, pria yang baru pertama kali melakukan itu cepat keluar dan tidak banyak gaya.     

Satu jam keduanya saling bergumul dan mencampai puncak bersamaan. Hengky baru sekali, sementara Chaliya sudah dua kali mencapai klimak. Keduanya tertidur pulas dan saling berpelukan.     

Hingga suatu malam, sekitar pukul setengah sembilan Chaliya terjaga, sementara Hengky masih pulas tertidur dalam keadaan telanjang.     

Chaliya memperhatikan wajah pria itu. kemudian tangannya menyentuh dahi, pipi lalu dagunya dan bergumam dalam hati, 'Kau ini sebenarnya tampan, sudah berapa wanita yang luluh dengan ketampanannmu ini? Dan… berapa wanita yang sudah bertekuk lutut karena benda milikmu itu? Tapi, sayang, kau sama dengan orang yang sudah merenggut nyawa mamaku dan menyakitiku. Jadi, aku tak bisa mencintaimu.'     

"PINK PINK PINK!"     

Chaliya menoleh kea rah nakas di mana ponsel milik Hengky tergeletak di sana, berbunyi sebanyak tiga kali. Awalnya ia tidak peduli. Tapi, setelah mendengar deringan telfon, dia pun jadi penasaran. Akhirnya ia beranjak melihat siapa yang kira-kira menelfon Hengki. Hanya melihat, tidak mengangkatnya. Sebab, dia tidak selancang itu jadi manusia.     

Setelah melihat kea rah layar lcd, ternyata itu adalah dari papanya Hengky. Dua kali menelfon. Bahkan, di layar notif juga terdapat tiga pesan dari nomor yang sama. Dengan nama kontak Dady yang artinya itu adalah pak Hartono.     

Setelah panggilan mati, Chaliya menscroll. Ke bawah layar ponsel tersebut guna melihat apa yang ditulis oleh papanya.     

"Ky, kau berada di hotel nagapain? Jangan hanya bersenang senag dengan wanita saja. tapi, ingat, Jatasura sudah menunggu wanita cantik untuk persembahan. Atau, kekayaan kita akan hancur dalam sekejab!"     

Chaliya seketika melotot, dia terkejut melihat isi pesan itu. ia jadi berasumsi, bahwa dirinya akan dijadikan tumbal untuk keluarganya.     

Chaliya beranjak tanpa menutupi tubuhnya yang telanjang. Ia mengambil sesuatu di dalam tas, sebuah obat bius spray dan menyemprotkan ke wajah Hengky sebanyak dua kali. Dengan begini, dia akan tertidur satu jam lebih lama dari jadwalnya bangun. Agar dia tenang. Dengan hati-hati setelah memastikan kalau obat itu bekerja, Chaliya menggunakan jari telunjuk kanan Hengky dan kunci ponsel terbuka.     

Dengan leluasa dia melihat isi pesan dari keluarganya. Ternyata benar, keluarganya menargetkan dirinya sebgai tumbal, hanya saja, Dia dan Sinta melarang karena mereka berdua menyukai dirinya. Tak tahu dengan Hengky. Dia hanya mengatakan belum puas bersenang-senang dengan dirinya. Jika sudah bosan, ini tak akan menutup kemungkinan jika dia akan dijadikan tumbal.     

"Oh, mau menumbalkanku, ya? Tapi, sayang. Aku lebih dulu ingin menargetkan kamu sebagai korban ketigaku," gumam Chaliya smabil tersenyum sinis.     

Untuk mengantisipasi dilacaknya lokasi, Chaliya menghapus aplikasi pelacak keluarga yang digunakan oleh kelruarga Hengky, serta, dia juga menonaktifkan fitur lokasi pada ponselnya, terakhir, ia mematikan pinsel yang batreynya tersisa tinggal 5% saja. selebihnya, ini mungkin akan aman. Dia kembali berbaring dan pura-pura tertidur di sebelah Hengy, dalam pelukannya.     

Satu jam kemudian, Ketika Hengky terjaga, ternyata Chaliya benar-benar ketiduran. Tapi, Hengky tidak berfikir untuk mengerjai Chaliya. Dengan ponselnya saja, dia tak ingat. Dan mungkin saja, ia tak sadar jika sekarang ponselnya mati karena batry lemah.     

Hengky duduk memperhatikan wajah cantik Chaliya tanpa balutan mekap. Benar-benar natural.     

"Heran aku, kenapa sih kamu suka-sukanya pakai mekap, jika begini saja sudah cantik," gumam Hengky seorang diri. ia pun mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Chaliya, membuat wanita itu terjaga.     

"Hengky?" ucapnya terkejut. Rupanya wanita itu cukup waspada juga. dengan sigap, ia menarik selimut untuk menutupi dada telanjangnya.     

"Kenapa harus ditutupi? Aku sudah melihat semuanya. Apakah kau sudah lupa, denga napa yang telah kita lakukan?" tanya pria itu sambil tertawa.     

Chaliya diam, berlagak linglung, hanya untuk melemahkan kewaspadaan lawan. Entah, dia lawan atau mangsa. Chaliya takt ahu pasti. Yang jelas, mereka berdua sama-sama saling menginginkan tubuh masing-masing.     

"Ya, aku tahu. Maaf. Aku seperti hilang kesadaran saja," ucap Chaliya. Padaha, dia tahu, yang bersalah adalah Hengky. Dengan sengaja pria itu meneteskan obat perangsang pada dirinya.     

"Kenapa kau harus meminta maaf? Ini sudah terjadi, dan aku juga tidak merasa dirugikan. Malah, harusnya kau yang… "     

"Cukup! Aku yang ceroboh dan tak bisa menjaga kehormatanku sebagai wanita. Aku telah mengulang kembali kesalahan yang sama," ucap Chaliya, ia menunduk dan meringkuk memeluk lututnya.     

"Cha, aku yang seharusnya meminta maaf. Kau jangan merasa bersalah begitu, oke?" ucap Hengky, berusaha menangkan Chaliya dengan memeluknya dari samping.     

Chaliya hanya diam tak menjawab. Setelah beberapa kali dibujuk, barulah dia menganggukan kepalanya.     

"Kita bermalam di sini saja, atau kembali ke Bandung sekarang?" tanya Hengky.     

"terserah kau saja. baiknya gimana?" tanya Chaliya lirih.     

"Bagaimana kalau kita kembali saja? kau tak perlu mengantarku pulang. aku akan temani kamu, apakah boleh?" tanya Hengky sambil lekat menatap Chaliya, berharap agar wanita itu menyetujui permintaannya.     

Chaliya yang memang pandai berekting dan menyembunyikan emosinya, dia diam sesaat, seperti orang yang tengah mempertimbangkan hal serius dan cukup berat. Lalu, akhirnya dia pun mengangguk pelan. Tanda jika dia memang telah setuju.     

Padahal, jauh di dalam hatinya ia bersorak kegirangan. Tak perlu banyak dia membuat jebakan. Karena, mangsa yang besar sudah akan datang dengan sendirinya. Dengan Hengky menginap, ini akan mudah cara dia menangani semua ini, potensi keamanannya juga tinggi. Sebab, ponselnya sudah dia bereskan. Jadi, setelah ini diam au ke mana, tidak aka nada yang mendeteksinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.