Cinta seorang gadis psycopath(21+)

PEMOTRETAN DENGAN MODEL PRIA



PEMOTRETAN DENGAN MODEL PRIA

0Tepat pukul setengah dua Chaliya sudah tiba di tempat yang sudah dijanjikan. Di sana, tim make over sudah siap siaga dengan alat tempurnya. Jadi, begitu Chaliya tiba,  mereka sudah bersiap untuk merias model mereka.     
0

"Ambil tema apa kita hari ini, Mbak?" tanya Chaliya sambil duduk di atas kursi cleopatra dan bersiap untuk dirias.     

"Kita ambil tema Disney. Jadi, saya akan merias anda seperti seorang putri yang ada di negeri dongeng," jawab salah satu make over yang tengah membersihkan wajah Chaliya dengan kapas dan toner.     

"Oh, keren sekali. Mau berperan jadi apa saya nanti? Cinderella?" tanya Chaliya lagi. Sepertinya dia cukup antusias dengan tema hari ini.     

"Sepertinya anda akan berperan sebagai putri tidur."     

"What? Lalu, siapa yang akan jadi pangerannya? Aku harus temui dia. Jangan sampai kejadian yang pernah terjadi dulu akan terulang kembali?" seketika Chaliya pun duduk tegap dan membuka matanya.     

"Apa yang ingin kau katakana padanya, mbak Chaha? Kau tidak mau jika model prianya akan benar-benar menciumu?" tanya wanita itu sambil tertawa.     

"Tentu saja. aku tidak ingin ada seseorang yang beraninya mengambil kesempatan di balik pekerjaan ini. Siapapun itu," jawab Chaliya dengan bersungguh-sungguh. Namun, akhirnya ia pun juga kembali duduk bersandar agar memudahkan perias meriasi wajahnya.     

"Apakah kau yakin tak mau dicuri kesempatan oleh model prianya? Kali ini modelnya benar-benar tampan, loh!' bisik perias itu.     

"Kau yakin?" tanya Chaliya sambil tertawa tertahan. Karena baginya, selama pria itu tidak bisa membuat dirinya bisa melupakan Andra, maka dia tidak diakui tampan. Apalagi hebat. Dicky yang jelas-jelas memiliki rupa dan fisik yang mirip dengan mendiang calon suaminya saja dia tetap merasakan ada banyak hal yang berbeda.     

"Tentu saja. dia tidak hanya memiliki postur tubuh yang bagus seperti yang dimiliki oleh kebanyakan model lain. Dia juga tanpan dan sangat kharismatik. Dan kau tahu, sejauh ini dia tidak pernah terdengar atau terlihat tengah bersama wanita loh. Kau tahu ap aitu artinya?" tanya  perias bernama Sisil itu.     

"Apa? Ya ada dua kemungkinan, dia memiliki banyak simpanan wanita. Tapi, satu pun dari mereka tidak dibiarkan diketahui oleh media, dan satunya lagi, dia adalah seorang pria gay yang tidak tertarik sama sekali sama wanita," jawab Chaliya sekenanya.     

"Hus! Kau ini ngomong sembarangan. Biar gini, aku juga bisa membedakan seperti apa pria beok dan yang tidak, loh. Dia itu beneran kok."     

"Siapa memang Namanya?" tanya Chaliya, mulai penasaran.     

"Dia Namanya adalah Hengki. Tuh, orangnya!" ucap Sisisl sambil menunjuk dengan isyarat mata. Seorang pria yang tengah di rias oleh tim meka over yang lain.     

"Dia yang duduk bersebarangan denganku?" tanya Chaliya seketika dia pun bengong melihat pemandangan di hadapannya. Pria itu tengah berbaring dan memakai masker wajah. Jadi, seperti apa wajahnya yang asli dia tidak bisa lihat. Hanya saja, ciri-ciri yang dimiliki oleh pria itu sungguh membuat hatinya menjadi sakit dan perih saja.     

Ya, postur tubuh yang mirip dengan Axel serta gaya rambut yang sama… 'Astaga! Dia kah lawanu kali ini? Oke, tidak masalah. hadapi dengan tenang jangan gugup,' ucap wanita itu dalam hati.     

"Heh, kenapa kamu bengong seperti itu? terpesona, ya?" goda Sysil kemudian mulai memasangkan lipstick pada bibir Chaliya.     

"kau ini, kepo, deh!" ucap Chaliya berlagak malu-malu. Padahal, jauh di dalam hatinya, terasa sakit dan terbakar sekali rasanya. Tapi, dia harus menyembunyikan perasaannya itu demi apa? Demi keamanannya sendiri pastinya.     

Riasan pun sudah selesai, Chaliya juga sudah memakai pakaian sang putri, acara pemotretan juga akan segera berlangsung.     

"Hey, kau lawan mainku kali ini, ya? Kenalkan, namaku Hengky," ucap pria itu dengan percaya diri. jelas saja, mungkin selai dia tampan dan memiliki tubuh yang tegap dan bagus, dia sudah cukup berprestasi di dunia modeling.     

"Namaku Chaliya Rose. Orang-orang akrab memanggiku Chaca," jawab wanita itu sambil mengulurkan tangannya, tertunduk malu-malu. Seolah menunjukkan bahwa dirinya adalah gadis baik, pendiam serta oemalu meskipun sudah menjadi seorang super model yang Namanya tak lagi asing di dunia intertaiment.     

"Chaliya Rose? Nama yang indah, sindah orangnya," puji Hengky. bukit saja dia juga gombal demi mendapat simpati dan perhatian dari model cantik yang menjadi lawan mainnya kali ini.     

"Anda bisa saja," jawab kan dia malu-malu sambil menundukkan kepalanya. Dengan begitu dia menunjukkan kesan bahwa dirinya adalah gadis yang pendiam dan sangat pemalu.     

"Senang berkenalan denganmu," ucap pria itu lagi.     

"Hal yang sama pula saya rasakan," Chaliya masih menunduk. Tidak berani memandang wajah pria yang ada di hadapannya.     

"Kamu sudah berapa lama terjun di dunia modeling?" Pertanyaan yang sangat wajar ditanyakan pada sesama model yang baru saja saling mengenal.     

"Masih belum lama. Dapat dikatakan Aku ini masih amatir. Kudengar sepertinya prestasimu dalam dunia modeling juga sudah cukup banyak dan cemerlang. Sepertinya kau adalah seniorku."     

"Sudahlah kau jangan merendah. Aku juga tahu siapa model bernama Caca itu. Hanya saja sebelumnya kau tidak terlalu serius menjalani karir mu. Benar, kan?"     

Mendengar kebenaran atas apa yang dikatakan oleh Hengky, Chaliya tidak bisa berkata apa-apa selain membuat pria itu diam. "Rupanya ada banyak stalking tentang saya, ya?"     

"Maaf jika keberatan. Tapi, dari dulu saya memang selalu begini. Harus tahu siapa yang menjadi teman atau partner kerja saya."     

Keduanya pun tertawa. Sambil mengobrol ringan menunggu saat pemotretan tiba. Sebab, paragraf masih nampak sibuk kesana kemari menyiapkan peralatan untuk memotret brand kosmetik dari perusahaan Dicky dan juga produk yang baru saja diluncurkan, yaitu barfum.     

"Kalian, kemarilah dan bersiap!" teriak salah satu crew yang membawa sebuah kamera besar pada Chaliya dan Hengky sambil memberi isyarat.     

"Sepertinya sudah saatnya kita bekerja. Ayo buru buru kita ke sana!" Ajak Hengki tanpa meminta izin terlebih dahulu, dengan gentlenya dia menggandeng tangan Chaliya sambil berlari menuju ke tempat pemotretan yang telah disiapkan oleh para kru.     

Sementara Chaliya, dia hanya diam tak berkutik. Membiarkan tangannya digandeng oleh model tampan yang jadi idola banyak para wanita. Dia pun juga ikut berlari sambil sebelah tangannya menyingsingkan dressnya yang sangat panjang dan lebar. Sebenarnya, dengan rok ini saja dia sudah merasa berat untuk berjalan. Apalagi berlari. Jelas dia kesulitan.     

Sambil berlari wanita itu berharap dan berdoa dalam hati, semoga saja dia tidak sampai terjatuh atau dia akan mempermalukan dirinya sendiri di depan banyak kru dan para cameraman.     

setelahnya, dia ngos-ngosan. karena tidak terbiasa berlari cukup jauh dengan gaun yang super ribet itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.