Cinta seorang gadis psycopath(21+)

HENGKY



HENGKY

0Tanpa terasa pemotretan dari berbagai gaya untuk 2 produk sekaligus memerlukan waktu selama lebih dari 1 jam.     
0

Untuk pengambilan lebih dari 10 foto, ini bisa dikatakan memakan waktu yang singkat karena kedua model yang mereka gunakan adalah model yang sudah sama-sama profesional.     

'Haaah, akhirnya selesai juga. Melepaskan baju terkutuk ini. Dilah ini sangat gerah dan berat sekali. Baju yang digunakan untuk acara wedding atau pernikahan tidak sampai seberat ini,' keluh wanita itu dalam hati.     

Usaha melepaskan pakaian dan menghapus make up nya, Chaliya berfikir untuk segera pulang. Tapi, ruapanya Hengky sudah bersiap menunggunya di ruang rias. Depan ruang ganti.     

"Apakah kau sudah selesai, Nona?" tanya pria itu sambil memberikan sebuah buket bunga mawar berwarna merah.     

"Ya sudah." Chaliya memandang takjub pada buket bunga di tangan Hengky yang setelah disodorkan kepada dirinya. Lalu, kemudian gadis itu pun bertanya, "Apakah ini diberikan padaku?"     

"Tentu saja bunga yang cantik untuk wanita yang cantik dan bertalenta. Rose, artinya keluar bukan?" ucap Hengky penuh kharismatik. Chaliya berani jamin, siapapun wanita yang menerima bunga itu, apalagi diberikan langsung oleh Hengky dengan ekspresi yang demikian. Sudah pasti wanita itu akan kulupakan tak akan sanggup menolaknya.     

"Terima kasih Anda perhatian sekali. Tapi sepertinya Anda harus banyak belajar mengenai arti warna pada bunga mawar yang akan diberikan pada seseorang," ucapan kita itu sambil menerima buket bunga tersebut dan menghirup aroma harumnya.     

"Oh, ya? Apakah setiap warna yang berbeda juga memiliki makna yang berbeda pula khususnya pada bunga mawar yang diberikan untuk wanita secantik dirimu?"     

"Oh, itu jelas ada. Apakah kau benar-benar tidak tahu tentang itu?" Chaliya menatap wajah Hengky. Guna melihat pria itu pura-pura tidak tahu atau memang benar-benar tidak tahu apa-apa mengenai arti warna mawar yang akan diberikan oleh seseorang.     

"Aku hanya berpikir kau sangat indah dan cantik menawan dan juga menggoda. Kau juga memiliki daya pikat yang misterius yang membuat siapa pun akan penasaran sama kamu andai bunga, kau adalah mawar merah. Coba kau lihat, seperti apa menawannya mereka, seperti itu pula dirimu di mataku."     

Chaliya lagi-lagi hanya bisa tertawa saja. Ternyata, Hengky memang benar-benar tidak tahu artinya. Tapi, setidaknya ini lebih baik, daripada diberi satu buket bunga krisan yang memiliki lambang atau arti kematian.     

"Emang bunga mawar itu artinya apa?" tanya pria itu penasaran.     

"Aku cinta kamu. Jadi, biasanya pria memberikan bunga mawar pada seorang wanita itu adalah pria yang tidak berani mengungkapkan rasa cintanya melalui kata-kata. Dia memberikan bunga mawar merah."     

Hengky pun tertawa garing sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia merasa malu sekaligus diuntungkan oleh keadaan ini. Memang rasa tidak tahu tidak selamanya membuat orang itu makhluk atau celaka. Namun, ada kalanya rasa tidak tahu itu membuat orang menjadi untung.     

"Lalu sebagai perkenalan, jika aku ingin memberi kamu kamu kan harusnya yang warna apa?" tanya Henky lagi.     

"Kau bisa memberiku mawar putih atau kuning. Kau tahu apa itu artinya?"     

"Salam perkenalan?" tebak Hengky.     

"Diartikan sebagai salam perkenalan juga bisa. Tapi, lebih tepatnya kuning itu mengarah kepada sebuah pertemanan atau persahabatan yang erat. Lalu putih itu sendiri artinya suci."     

"Baiklah aku tidak menyesal memeriahkan dirimu bunga mawar merah. Bagaimana jika seandainya aku mengungkapkan cintaku padamu Apakah kau menerimanya?" ucap Hengky berlagak serius. Namun, mukanya masih tetap menunjukkan ekspresi dan sikap jenakanya. Mungkin saja ia lakukan itu. Agar, apabila ditolak ya tidak malu malu banget.     

"Hahaha, kita kenal saja barusan. Masa kamu sudah mau katakan cinta aku? Bagaimana jika aku ini manusia jadi-jadian?" ucap Chaliya sambil tertawa dan memukul buket bunga tersebut pada Hengky.     

"Manusia jadi-jadian gimana? Maksudmu, kau ini adalah siluman begitu? Tidak masalah jika seandainya aku harus menikah dengan seekor siluman dan menghabiskan seluruh hidupku bersamanya, selama selama nya itu kau. Jujur sama sekali aku tidak akan merasa keberatan, justru sebaliknya. Dengan senang hati."     

"Kita masih belum saling mengenal satu sama lain. Jadi, alangkah lebih baiknya, kita saling kenal saja dulu, oke?" ucap Chaliya.     

"Yes asik... Artinya aku masih ada kesempatan, dong?"     

"Semoga saja. Aku tidak janji."     

"Tapi kamu mengizinkan aku untuk mengejar bukan?"     

"Tentu saja."     

"Ya sudah, sekarang rumahmu di mana aku akan mengantarmu pulang," ucap Hengky.     

"Rumahku? Tentu saja berada di tempatnya. Aku tidak mungkin membawa rumahku ke mana-mana seperti seekor siput dan kura-kura kan?"     

Kali ini, giliran Hengky lah yang dipikir tertawa terbahak oleh guyon and yang dilemparkan oleh Chaliya.     

"Kau, rupanya bisa bercanda juga ya?" tanya Hengky merasa kalau tak salah pilih.     

"Ya tentu saja bisa. Kalau tidak pernah mungkin aku akan mencandaimu? Hanya saja terkadang selera humormu sangat buruk. Aku takut jika nanti kau akan terkejut dan mengira aku adalah master saja jika tahu diriku yang sebenarnya."     

"Engkau siluman atau monster sekalipun, di mataku kau tetap seorang bidadari yang sangat cantik dan sempurna."     

"Kau... Sadar gak sih dari tadi kau selalu melemparkan gombalan saja. Andai semua itu berupa barang, aku pasti sudah dikira membuka lapak yang menjual barang loakan."     

Sisil sang make over yang melihat kedekatan antara dua model pria dan wanita terbaik yang pernah dia rias hanya tersenyum geli saja. Entah, seolah ada kesenangan tersendiri di dalam hatinya melihat pria paling tampan dan paling cantik saling bergandengan tangan. Bahkan, dia juga berharap agar keduanya saling dekat dan pacaran di hari mendatang. Karena mereka berdua terlihat benar-benar sangat serasi sekali.     

"Apakah kau masih jauh?" tanya Hengky, ketika mereka berdua berada di dalam mobil.     

"Lumayan mungkin kurang 3 kilo meter an lagi. Apakah kau buru-buru ada acara di luar? Tidak masalah jika aku harus turun di sini aku bisa naik taksi kok," ucap Chaliya dengan santun.     

"Tenang saja. Aku tidak buru-buru karena hari ini jadwal ku hanya melakukan pemotretan bersamamu saja. Dan itu sudah berlalu, bukan?"     

"Oh, aku kira, kau akan ada acara lain atau acara yang lebih penting lainnya. Maka jangan sungkan-sungkan."     

"Tidak kok jika memang masih jauh, dasar berpikir untuk mengajakmu makan di luar saja. Bagaimana?" tanya pria itu.     

"Terima kasih. Tanpa mengurangi rasa hormat ku padamu, beribu-ribu maaf aku katakan. Sebenarnya aku sangat jarang sekali makan makanan di luar. Aku lebih suka makanan rumah. Bagaimana sebagai ucapan terima kasihku jika kau makan malam saja di rumahku? Kebetulan aku pakai tadi baru saja belanja banyak bahan makanan, jadi aku bisa masak untukmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.