Cinta seorang gadis psycopath(21+)

BADBOY



BADBOY

0"Sudahlah, kau cepat makan jangan bicara terus. Apakah kau tak pernah melihat berita, kalau ada seseorang yang mati karena tersedak?" ucap Chaliya mengalihkan pembicaraannya.     
0

"Oke, baiklah. Aku akan segera menghabiskan makanku. Tapi, malam ini aku akan menginap di sini. Kuharap kau tidak keberatan," jawab pria itu lalu menumpahkan seluruh sayur pada pring steaknya, lalu kemudian, ia mengambil ikan dori goreng tepung dan memakannya sampai habis.     

"Kau mau menginap di sini? Ya sudah, kau mandilah dulu! Ada beberapa pakaianmu yang masih berada di rumahku. Kau pasti tahu, kan tempatnya? Cari saja sendiri aku akan membereskan ini," ucap Chaloya. Sambil mencuci piring kotor pun dia juga terus melamum memikiirkan apa yang tadi Dicky katakana. Menikah dan hidup bersama. Mungkin tidak masalah baginya. Tapi, tetap saja, menjauh dari kebiasaannya sangatlah sulit.     

Usai mencuci piring dan merapihkan kembali dapur. Wanita itu berjalan menuju ke kamarnya. Di sana ia melihat Dicky duduk di tepi ranjang dalam keadaan telanjang dada sambil memegang ponsel miliknya.     

Sudah pernah Chaliya katakana pada mayat Andra di bawah kolong tempat tidur itu. Kalau pria ini hanya wajahnya saja yang mirip dengan Andra. tapi, tidak dengan karaketernya. Selain suka merepoti dan sedikit mengatur, dia juga suka sekali kepo dengan masalah pribadinya. Seperti kali ini, dia dengan berani membuka ponselnya. Pasti, pria itu membaca isi chat dan membuka galeri penyimpanannya. Tapi, entah kenapa? Wanita itu sedikitpun juga tak bisa marah.     

"Sudah, keponya Tuan?" tanya Chaliya dengan nada jutek. Tapi, hatinya biasa saja.     

"Hengky itu, model yang jadi lawan main kamu, tadi ya? Bagaimana? Apakah dia tampan dan bisa membuatmu terpikat?" tanya pria itu sambil meletakkan ponselnya di atas nakas kembali.     

"Ya. bagaimana kau bisa tahu? Apakah dia ada telfon?" tanya Chaliya sambil berdiri di hadapan Dicky, meraih ponselnya.     

"Tidak. Dia hanya kirim pesan chat saja, mengatakan selamat malam. Spertinya dia suka sama kamu," jawab Dicky sambil memasang wajah cemberut.     

"Kalaupun benar, dia suka sama aku. kau, tidak boleh cemburu. Kita kan hanya teman?" jawab Chaliya sambil tertawa.     

"Ya, aku tahu. Kita hanyalah sekedar teman. Tapi, aku suka sama kamu. Bagaimana dong?" pria itu lekat memandang Chaliya yang sepertinya tengah membaca chat dari model yang tengah mempromosikan brand terbarunya itu.     

"Aku tidak pernah melarang siapapun suka sama aku. termasuk juga kau. Karena itu adalah hak kamu dan mereka yang suka. Sekalipun pembenci… kau juga tahu, kan aku tak pernah ambil pusing tentang mereka. Karena, siapapun itu berhak suka dan benci aku. tapi, sejauh ini aku masih belum bisa melupakan calon suamiku, Dick. Maaf," jawab wanita itu dengan kepala menduduk.     

"Bohong! Aku tahu kau masih menyimpan sesuatu tentang dia. Tapi, kau juga ada rasa sama aku, kan Cha?"     

"Kenapa kau yakin sekali untuk itu?"     

"Tentu saja. karena kau tak pernah marah jika aku merepotimu dan menyentuh semua barang pribadimu. Termasyk juga jika diam-diam aku memelukmu dari belakang, lalu menciummu kau tak pernah marah."     

"Aku berjasa banyak padamu. Karena bantuanmu, aku bisa memberi pelajaran pada Axel seperti apa rasanya sakit hati," elak Chaliya.     

"Ya sudah, lah. Terserah kau saja jika memang kau tak mau akui perasaanmu padamu. Malam ini aku ingin tidur di sini. Satu ranjang dengamu."     

Chaliya diam memandang Dicky. Dia ingin mengatakan denga tegas kata "Tidak." Tapi, nyatanya, bibirnya terkatup rapat dan kepalanya mengangguk pelan. Jelas saja, itu membuat pria itu kegirangan.     

Seperti biasa, awalnya pria itu hanya diam saat keduanya berbaring bersebalahan dalam satu ranjang yang ukurannya tidak begitu luas. Hanya 200x140cm saja. tapi, lama-lama Dicky pun juga tak bisa diam, ia memiringkan tubuhnya menghadap pada Chaliya yang tidur membelakanginya dan mendekat lalu memeluk tubuh wanita itu.     

Wanita itu diam tak memberi respon. Tapi, tanpa pria itu ketahui, Chaliya membuka mata dan tersenyum tipis mendapat perlakuan tersebut.     

"Apakah kau sangat lelah malam ini?" bisik Dicky di dekat telinga Chaliya.     

"Tidak juga. aku hanya melakukan satu kali pemotretan yang berjalan lancar."     

"Kau memang yang terbaik. Makanya, pemotretan berjalan dengan sangat cepat," puji pria itu sambil sebelah tangannya meraba paha, dan pinggang Chaliya yang tidur membelakanginya.     

"Tidak Cuma aku saja, kok! Lawan mainnya uuga sangat berbakat. Harusnya dia adalah seorang model pria senior, kan?"     

"Haaaah! Aku tak suka kau bahas itu," jawab Dixky kesal dan membalikkan tubuh Chaliya sampai menghadap dirinya lalu tanpa banyak bicara lagi, pria itu langsung mencium bibir wanita di hadapannya itu. bahkan, dengan sekali Tarik, piyama yang Chaliya kenakan langsung lepas semua kancingnya.     

"Asataga! Kau, buas sekali?" ucap Chaliya sambil tertawa karena merasa ini sangat lucu sekali.     

"Aku sudah katakana, aku itu ingin menikah denganmu. Dan di saat sedang bersamaku kau bahkan beraninya memuji pria lain, selain Andra?" protes Dicky lalu dengan sigap ia menenggelamkan wajahnya di antara kedua buah dadnya yang lansung menyumbul begitu saja. sebab, di malam hari, Ketika ia akan tidur wanita itu tidak pernah mengenakan bra.     

"Aku tidak memuji. Hanya tak ingin terlena dengan pujianmu. Jadi, intinya, dua model bisa saling bekerja sama dengan baik saja, Dicky. Kenapa kau sampai semarah itu?"     

"Aku cemburu!"     

Chaiya tersenyum. Dia tidak mencoba menghentikan Dicky yang mulai nakal. Tapi, kemudian ia seperti teringat akan suatu hal. "Kau barusan bicara apa?"     

"Bicara apa? Yang mana maksudnya?"     

"Ya, yang barusan! Kamu bilang aku tak boleh memuji pria lain selain mendiang Andra? Apakah aku tak salah dengar?" tanya Chaliya sekali lagi meyakinkan bahwa yang dia dengar tidak salah.     

"Kenapa? Apakah aneh? Aku hanya menghargai dirimu. Aku yakin, kau mau berteman dan tak marah dengan tingkah lancangku karena aku mirip dengannya bukan? Sayang sekali aku belum pernah bertemu di masa hidupnya. Karena, pada saat itu aku masih di Ausy."     

"Terimakasih, ya? kamu memang teman yang baik.     

"Baik katamu? Tapi, kau tak mau menikah denganku!" jawab Dicky berlagak ngambek seperti bocah berusia lima tahun saja.     

"Apakah tidak sakit bagimu menikahi wanita yang masih bekum bisa melupakan masa lalunya?" tanya Chaliya dengan tatapan serius menatap ke dalam mata Dikcy.     

"Sakit hati itu yang seperti apa, Cha? Kau hanya tahu diriku sebagai badboy saja. tapi, kau takt ahu seperti apa Ketika aku pernah dengan sepenuh hati mencintai wanita tapi dia malah Kabur dengan sahabatku sendiri dan meninggalkan aku," ucap Dikcy malah curhat. Dia beranjak dari atas tubuh Chaliya dan duduk dengan tegap di sebelah Chaliya.     

Mendengar itu, lantas wanita itu pun merasa tertarik dan ingin tahu lenbih banyak lagi terkait Dikcy.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.