Cinta seorang gadis psycopath(21+)

TATAPAN ANEH



TATAPAN ANEH

0"Lin, Apakah ada yang aneh dengan dandanan ku? Aku merasa mereka pernah aku tidak sewajarnya," bisik Chaliya pada Lina.     
0

"Karena memang penampilan Kamu hari ini tidak seperti biasanya. Emangnya kamu habis ngapain?" jawab Lina tak kalah heran.     

"Hah, habis ngapain?" ucap Chaliya lirih meniru ucapan temannya. Seketika wajahnya memerah. Dia ingat kejadian di tempat parkir tadi. Ketika masih berada di dalam mobil bersama Axel.     

"Astga! Jangan-jangan.... " Chaliya tidak meneruskan kata-katanya. Dia langsung berlari meninggalkan ruangan tersebut dan menuju toilet. Di dalam sana dia terkejut melihat pantulan wajahnya di depan cermin.     

"Satagaaaaaaa Axel!" Ingin sekali dia berteriak kencang. Tapi karena sadar ini adalah area kantor dan para karyawan sedang bekerja, mau tak mau dia harus menahan nya. Atau mereka akan mengira dirinya sudah gila.     

"Pantas saja semua orang yang melihat ku menatap aneh. Riasan ku berantakan, dan leherku... Ya Tuhan!" Chaliya menatap nelangsa pantulan dirinya. Eyeliner dan dan eyeshadow berantakan hitam dan coklat kemana-mana. Leher terdapat banyak tanda mereah. Soal lipstik yang luntur ini tidaklah jadi masalah besar. Tapi, kancing blousenya gonjang ganjing. Pasti tidak ada yang berfikir dia tak mesum.     

Karena jengkel, Chaliya pun mendatangi Axel langsung ke ruangannya. Bahkan, ketika tiba di depan ruangannya, wanita itu tidak mengetuk pintu terlebih dahulu, apa lagi mengucapkan salam. Dia langsung membuka pintu dan menyelonong masuk begitu saja. Betul sekali, saat itu Axel tengah sendirian.     

"Xel! Cukup, kali ini saja, ya bikin aku malu!" ucap Chaliya dongkol.     

"Eh, kau rupanya, Sayang? Kenapa sepagi ini sudah datang ke ruanganku dengan tangan kosong? Kangen atau ingin mengulangi kejadian yang barusaja kita lakukan? tanya pria itu sambil tertawa. Dia bahkan juga meletakkan pekerjaannya. Hanya demi memperhatikan Chaliya.     

"Stop bercanda, Xel! Aku ini serius! Kamu tahu kalau penampilanku berantakan harusnya ngasih tahu aku dong bukannya diam saja, dan membiarkan aku ditertawakan oleh semua karyawan mu," protes Chaliya. Dia benar-benar jengkel.     

"Kamu, sih. Main kabur segala. Coba jika terus bergandengan tangan dengan ku. Tidak akan ada satu pun yang berani menertawakanmu," jawab pria itu dengan mudahnya.     

"Tapi kan aku nggak mau semuanya tahu kalau aku ada hubungan sama kamu," jawab wanita itu lirik sambil menunduk.     

Axel diam sesaat. Ia memperhatikan wanita yang ada di depannya. Ia terlihat tampak sedih dan tidak dibuat-buat. Axel semakin yakin bahwa wanita pilihannya adalah tepat tidak seperti staf perempuan yang lainnya. Jika itu bukan Chaliya, pasti sudah dengan bangga mengumumkan bahwa dia adalah pacar sang CEO.     

Axel pun beranjak dari tempat duduknya, menghampiri Julia lalu memeluk erat wanita itu. "Maafin aku, ya? Aku janji sama kamu, kalau aku tidak bakalan mengulangi hal secara bawah ini lagi. Udah jangan sedih, sekarang kedatanganmu ke sini selain itu apa lagi? Apakah masih ada hal lain yang ingin kamu sampaikan?" tanya Axel dengan lembut.     

"Tidak ada. Aku hanya ingin mengatakan ini saja sama kamu," jawab Chaliya. Masih menunduk.     

Siapapun yang berhadapan dengan Chaliya, jika dia berekspresi seperti ini, harusnya dia tidak perlu takut. Karena dalam tahap seperti ini, dia telah melupakan jati dirinya sebagai seorang psikopat. Sebab, Dia memiliki rasa malu, emosi dan keinginan untuk menegur. Yang ditakutkan itu, jika ia tersenyum dan nampak tenang, serta tak ada keinginan sedikit untuk menegur orang yang berbuat salah kepadanya, ataupun membuat dirinya merasa dirugikan. Maka, orang itu harus bersiap-siap untuk tidak selamat.     

"Ya sudah kalau memang tidak ada yang ingin kamu sampaikan. Kamu bisa kembali bekerja ke ruanganmu," jawab Axel.     

Sejak saat itu, Axel dan Chaliya sering melakukan hubungan badan di setiap kesempatan. Tidak hanya di dalam mobil saat hendak bekerja. Bahkan, terkadang, Axel juga sering melakukannya di dalam ruangannya dengan berbagai posisi. Terlebih, di dalam ruangannya ada sebuah kamar pribadi dengan kasur berukuran king size. Jadi, tanpa harus cek in mereka pun bisa melakukannya berdua dengan bebas dan leluasa.     

Namun, meski demikian, Chaliya masih saja menyembunyikan rumah yang dia beli. Di mana di rumah itu terdapat mayat Andra yang berhasil dia curi. Karena, di hatinya Andra tidak akan pernah terganti oleh siapapun.     

***     

"Haaah, banyak sekali hal yang terjadi akhir-akhir ini, Ndra! Kamu, tahu? Semakin aku memutuskan untuk mengakhiri permainanku dengan Axel, semakin banyak pria yang mendekatiku, dan mereka semua rata-rata memiliki ciri-ciri seperti Axel, Ndra!" ucap Chaliya sambil meletakkan kepalanya di atas mayat yang sudah hampir lima bulan dia awetkan. Dia jadikan teman curhat, dan tetap dia anggap sebagai pacarnya.     

"Aku, sih gak masalah, ya? Tapi, gimana, ya? Aku sebel banget. Walau mirib Axel bukan keinginannya, namun hatiku sakit saat melihat ada orang lain yang mirip dengan orang yang aku benci."     

Wanita itu diam sesaat. Merasa lelah karena sudah bicara panjang lebar namun yang diajak bicara hanya menjadi pendengar yang baik.     

"Ndra, kamu sebenarnya menyayangi Axel sebagai saudara, tidak sih? Tapi, jika dilihat daricara kamu bicara padanya, dan ekspresi mu terakhir kali sepertinya kau menyayanginya. Ya sudah, jika begitu. Aku tidak akan katakan rahasia besarku padanya. Karena, selain kau, aku hanya percaya pada orang yang sudah mati. Aku ngantuk, dan kangen banget sama kamu, Ndra! Kita tidur saja, Yuk! Selamat malam sayang."     

****     

Keesokan paginya, Chaliya terjaga dengan posisi seperti saat ia tidur semalam. Tetap memeluk mayat Andra seperti memeluk guling.     

"Selamat pagi, Sayang! Apakah kau sudah bangun?" sapa Chaliya. Seperti wanita yang berusaha membangunkan suaminya saja.     

"Sayang, tidak ingin kah kamu berganti pakaian? Pakai jas terus Apakah tidak gerah? Aku bantu kamu ganti baju pakai ini santai, ya? Sambil nunggu aku pulang kerja nanti malam, saat kita akan tidur Aku juga akan menggantikan kan pakaianmu dengan piyama," ucap wanita itu. Entah, kenapa sejak berbulan-bulan Dia tinggal bersama mayat Andra, baru sekarang terlintas di benaknya ingin mengganti pakaian mayat itu setiap hari. Mungkin dia merasa bosan jika begitu terus. Setidaknya dengan menggantikan pakaian setiap pagi dan sore nya untuk Nadra, dia bisa merasa bahwa Andra lebih hidup.     

Usai Chaliya mandi, dia menyetrika terlebih dahulu baju yang akan ia pasangkan di tubuh Andra. Setelah dingin, barulah, gadis itu mengganti jas formal wanra navy dan kemeja lengan panjang biru muda itu dengan setelan kaus oblong pres body warna putih dan celana chinos pendek warna coklat susu. Sepatu fantofel yang dikenakan mayat itu pun juga ia ganti denga sandal gunung.     

"Lihat, kau sekarang sudah sangat tampan, Ndra!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.