Cinta seorang gadis psycopath(21+)

NASIB RADO



NASIB RADO

0WARNING!!! Area kusus dewasa. Banyak adegan berdarah.     
0

Saya dah ingatkan kalau mau ngeyel, ya gak apa-apa, hehe.     

Pukul tujuh malam saat Chaliya tengah sibuk dengan laptonya membuat kalimat untuk digunakan promosi selanjutnya, sebuah pesan masuk dari kontak bernama Rado. Pesan itu berisikan tentang peringatan akan janji yang sudah direncanakan sejak malam kemarin. "Nona, kuharap anda tidak lupa. Nanit, jam sembilan saya sudah tiba di rumah anda."     

Chaliya menghela napas kesal dan memutar kedua bola matanya. Lalu kembali menoleh kea rah mayat Andra dan kembali berkeluh kesah pada jenazah itu. "Kau lihat, betapa menyebalkannya dia, bukan? Kau tenang saja. aku tahu dia inginkan tubuhku. Tapi, aku tidak akan membiarkan dia menjamahnya sedikitpun. Apalagi, membiarkannya menikmatinya. Malam ini juga, aku akan membereskan dia, Andra. kamu jangan khawatir, oke?" ucap Chaliya sambil tersenyum dan mengecup kening mayat itu.     

Mungkin karena pesan itu hanya dibaca saja sama penerimanya dan tak kunjung di balas meskipun status chat online, jadi pengirim itu langsung menelfonnya.     

"halo, Tuan Rado."     

"Kenapa anda tidak menjawab panggilan saya, Nona?" tanya Rado begitu panggilannya sudah diangkat.     

"Kkarena saya bingung mau jawab apa. Mau berkata hanya, iya takut menyinggung Andra. Tuan Rado," jawab Chaliya sangat manis.     

"Ah, saya suka anda. Kuharap anda tidak melupakan itu."     

"Tentu, karena saya memiliki ingatan yang sangat baik." Panggilan pun ditutup. Semua yang akan ia gunakan untuk melayani Rado sudah dia persiapkan dan ia tata sangat rapih sekali sejak sore tadi, setelah dia kembali dari rumah mamanya.     

Pukul sembilan, kembali ponselnya berdering. Chaliya sudah menebak siapa penelfon itu. ternyata, Ketika ia memastikan benar atau tidak dugaannya ternyata betul. Dia adalah Rado. Gadis itu menyeringai dan berjalan menapaki anak tangga satu persatu, dan mengabaikan bunyi bising dari benda pipih miliknya.     

Saat Chaliya membuka pagar, tamu pria berkumis tipis itu ia buat kagum dengan penampilannya. Ia melotot kea rah dadanya hingga nyaris tak berkedip bengong seperti orang bego. Sengaja, Chaliya menggunakan jelana skuba ketat, dan atasan model kemben layaknya gadis Thailan berpakaian yang memamerkan setiap inci lekuk tubuhnya dan warna putih bersih kulitnya.     

"Anda akan berdiri di sini terus sampai pagi, atau masuk, Tuan?" ucap Chaliya membuyarkan lamunannya.     

"Oh, hehehe. Maaf. Tentu saja saya ingin masuk di dalam. Di luar sangat dingin," ucap Rado sambil berkedip genit. Menatap Chaliya nakal.     

"Masuklah. Anda mau minum apa? Coklat, kopi, the, soft dring, atau susu?" goda Chaliya dengan sengaja.     

"Mungkin kopi saja, Nona. Susunya sudah ada."     

Chaliya tidak menjawab. Ia hanya membalas senyuman genit Rado lalu menuju dapur. Karena kopi yang dia pakai kopi intan, dan air panas sudah ada pada dispenser, maka tidak menunggu lama, secangkir kopi hitam sudah siap di tangan Chaliya.     

"Silahkan anda minum."     

Rado tidak menjawab. Tatapan matanya terus terfokus pada bukit kembar milik Chaliya yang memang nampak menggoda pria mana pun yang menatapnya. Karena kopi sudah ada di hadapannya, siap minu, makam perlahan-lahan pria itu menyesapnya.     

"Kenapa ini sangat pahit, Nona?" ucap Rado dengan nada serius. Bahkan, ia juga nampak terkejut.     

"Apa? Benarkah? Itu adalah kopi instan yang biasa saya buat untuk anda dan juga tuan Riki. Bagaimana bisa?" tanya Chaliya terkejut. Malu sekali rasanya jika dia membuat sesuatu mendapat kritikan tak sesuai rasanya. Apalagi, hanya sekedar minuman saja. meskipun ia tahu, itu adalah minuman siap saji.     

"Coba saja Nona Chaliya cicipi jika tidak percaya!" pria itu menyodorkan cangkirnya pada Chaliya.     

Tanpa berfikir panjang, gadis itu langsung meraih cangkir dari tangan rado dan menyesapnya pelan. "Enggak, kok. Nggak pahit. Ini manis kopinya," ucap Chakiya dengan ekspresi bingung.     

"Masa, sih? Coba, sini saya coba cicipin!" ucap Rado. Lalu menyeruputnya pelan. "Oh, iya. Manis. Mungkin begini, ya apapun yang akan pahit kalau sudah terkontaminasi oleh liur bidadari rasanya akan berubah manis. Begitu juga mungkin jika air laut. Pasti manis dan tak akan asin lagi."     

"Ternyata anda pandai menggombal juga, ya?" jawab Chaliya malu-malu. Tapi, jauh di dalam lubuk hatinya dia sangat muak dan pengen mutah saja rasanya.     

"Kemarilah, Nona!" Rado, pria mud aitu menepuk sebelah pahanya sendiri memberi isyarat agar Chaliya duduk di pangkuannya.     

Gadis itu tudak berekspresi. Ia memilih duduk di dekatnya saja. namun, sedikit jauh. Tak lama kemudian Chaliya sudah menguap.     

"Anda sudah mengantuk, Nona?" tanya Rado.     

"Lumayan, seharian bekerja membuatku yang sering rebahan akhir-akhir ini menjadi lelah dan sudah mengantuk saja jam segini," jawab Chaliya sambil memijat pundaknya sendiri.     

"Baiklah. Mari, kita tidur sejenak. Nanti, setelah kau beristirahat, kita nikmati malam kita," ujar Rado.     

"Baiklah!" Chaliya beranjak menuju salah satu kamar tamu yang terletak di tengah dari tiga kamar yang berjajar di lantai bawah.     

Sementara Rado berjalan mengekor di belakang Chaliya. Matanya yang liar menatap nakal pada bongkahan bokong Chaliya yang nampak menggoda imannya. Tak tahan dengan godaan di depannya, maka denhan sangat berani pria itu merangkul Chaliya dari belakang dan meremas dadanya. Bibirnya sudah menjelajak di area leher jenjang Chaliya.     

Gadis itu menyeringai, lalau berbalik arah dan mengalungkan kedua lengannya pada leher Rado lalu mendorongnya menuju kamar yang sudah ia siapkan untuk melayani Rado sebelumnya.     

"Anda Agresif juga, ya Nona? Saya suka wanita yang agresif seperti anda. Karena biasanya sangat pandai menyenangkan karena banyak inisiatif," bisil Andra di dekat telinga Chaliya sambil sesekali menggigit daun teinganya.     

"Oh, ya? Anda benar sekali saya orangnya sangat Agresif sekali," ucap Chaliya sambil mendorong keras Rado kea rah ranjang, sehingga pria itu terjatuh dengan cukup keras hingga terdengar suara bunyi yang indah yang sudah lama gadis itu rindukan.     

"Chrak!"     

Seketika tubuh Rado menempel di atas ranjang, kedua matanya melotot memandang Chaliya seolah mengutuk gadis yang tersenyum licik di depannya.     

Gadis itu berjongkok, memandang rembesan darah pada kain sprei putih di bawah pria itu lalu berkata dengan lembut. "Maafkan aku, tubuhku tidak boleh dinikmati sembarang pria. Ini adalah milik calon suamiku, kau berani meremasnya tadi, maka, biar aku kuliti telapak tanganmu lebih dulu sebelum kumemtong tanganmu."     

"ARGH!" jerit Rado kesakitan. Luka banyak tusukan di punggungnya saja membuat dirinya terasa seperti hampir mati, ini malah di tambah dengan telapak tangannya dikuliti oleh Chaliya hidup-hidup tanpa anas tesi. Ia juga melihat betapa tega dan sadisnya gadis itu memoting kedua tangannya.     

"Makanya, kau jangan kurang ajar. Aku penasaran, sudah berapa wanita saja yang laumjajah? Dasar lelaki biadap!" umpat Chaliya. Puas menyiksa dan memotongi tubuh korbannya, gadis itu membungkusnya, dan lansung memasukkan mayat itu ke dalam mobil milik Adra yang diberikan padanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.