Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MAYAT PENGGANTI



MAYAT PENGGANTI

0Setelah semua beres, dengan pakian yang sama, hanya memakai jaket hitam gadis itu mebawa mayat Rado ke tempat pemakaman umum. Menunggu si juru kunci tidur. Setelah terlalap, ia menambahkan obat bius cair yang ia semprotkan pada masker yang bapak itu kenakan. Setelah yakin bius itu bekerja, Chaliya menggali makam Andra dan meletakkan mayat Rado di dalamnya. Sebelumnya ia juga sudah menelanjangi jenazah pria itu agar tidak menjadi masalah besar dikemudian hari.     
0

Setelah semua beres, kembali Chaliya pulang ke rumah. Seperti biasa, dia akan bercerita pada Andra setelah membersihkan diri.     

"Ndra, aku sudah membereskannya. Akhirnya, aku sudah menemukan mayat pengganti untuk menempati liang lahatmu. Aku lelah Ndra. Ingin segera tidur," ucap gadis itu lalu ia memeluk Andra tanpa nyawa dan akhirnya terlelap juga.     

***     

Pagi-pagi sekali rumah Axel sudah didatangi dua orang polisi. Karena masih sangat pagi sekali, dan Axel juga masih tidur.     

"Selamat pagi, Pak. Tahanan atas nama Ratna Wulandari usia tigapuluh satu kemarin di rumah sakit terdekat telah kabur. Curiga dia akan bersembunyi di sini, bisakah saya menggeledahnya?"     

Tak lama kemudian Elizabeth keluar, dan bertanya pada putranya.     

"Silahkan anda geledah dan temukan dia di sini. Kami sudah memintanya untuk menyerahkan diri dan pergi dari sini. Tapi, dia menolak," ucap Elizabeth jujur pada polisi.     

Pencarian pun dilakukan mereka menggeledah beberapa tempat. Hingga akhirnya menemukan Wulan di salah satu kamar ia berusaha melarikan diri. saat ia hendak menyebrang jalan raya, polisi melayangkan sebuah tembakan dan peluru bersarang di betisnya, saat ia masih berada di tepi. Namun, Wulan yang keras kepala dan tetap nekat kabur dengan luka tembaan di betis kirinya, ia berjalan tak bisa cepat, di tambah dari arah kanannya sebuah mobil melaju dengan kecepatan kencang, meskipun sudah mengerem karena jaraknya yang begitu cepat, kecelakaan pun tak terhindarkan.     

Wulan mati di tempat. Sementara kedua orangtuanya kini berada di dalam penjara. Mau tak mau yang mengurus pemakaman Wulan adalah Axel dan juga mamanya. Mama dan papa Wulan terancam duapuluh tahun penjara karena selain memalsukan tandatangan membuat surat kuasa perceraian palsu, dia juga melakukan penggelapan uang dalam jumblah besar mencapai sepuluh trilyun di perusahaan Axel. Beruntung segera ketemu, dan uang masih belum sepenuhnya cair ke rekening Miranda dan Nicolas. Jadi, perusahaan tidak mengalami kerugian besar.     

Tidak hanya Axel, Chaliya, Livia dan Arabella bahkan Jevin dan kedua orantua Alea juga melayat. Chaliya bertemu dengan mereka semua, karena di pemakaman Wulan dia tidak pingsan sama sekali.     

'Oh, Andra. baru semalam aku berfikir untuk membalas dendam padanya yang sangat sombong dan arogan tapi, dia sudah mati duluan. Padahal rencananya aku ingin membuat kematiannya tak beda jauh dengan Intan, maupun Intan dulu. Tapi, rupanya Tuhan tak ingin aku mengotori tanganku banyak-banyak,' batin Chaliya.     

"Ini Nona Chaliya, bukan? Yang dulu pernah nak Axel ajak mengantar donasi di rumah panti asuhan kami?" sapa Yulita ramah saat melihat Chaliya berdiri di dekat Livia dan juga Elizabeth.     

"Iya, benar. Kalau tidak salah ingat Anda bernapa ibu Yulita pemilik panti asuhan permata Bunda, bukan?" jawab Chaliya bertanya balik dengan ramah.     

"Iya, benar. Kapan anda akan datang berkunjung lagi ke panti asuhan kami. Anak-anak pasti akan senang dengan kedatangan anda."     

"Lain kali jika ada waktu," jawab Chaliya.     

Pemakaman berjalan lancar. Masih jarang yang tahu kalau status Wulan dan Axel sudah bukan lagi suami istri, tapi, mungkin karena Wulan di dalam penjara, jadi mereka banyak yang takt ahu menahu. Jadi, sekalian Axel kemarin menjelaskan kalau dia dan Wulan sudah melakukan perceraian sebelumnya.     

"Bro, kenapa aku merasa kalau kau diam-diam juga tertarik dengan Chaliya, apakgi sekarang kau adalah seorang single," ucap Jevin sambil mrangkul Pundak Axel dari samping.     

"Kau rupanya memiliki tingkat kepekaan yang baik pula," jawab Axel tidak menolak.     

"Apakah sekarang kita ini adalah saingan?"     

"Mungkin juga iya. Tapi, kau jangan marah jika kelak dirimu kalah dariku."     

"Kenapa kau sangat percaya diri?" Jevin memandang Axel penuh selidik. Seolah memang ada hal yang membuat pria itu bisa sepede itu. padahal sejak awal Chaliya tak pernah emnunjukkan ketertarikannya pada siapapaun termasuk juga Axel.     

"Kasih tahu gak, ya?" ledek Axel sambil tertawa melirik Jevin yang nampak kebingungan.     

"Beritahu aku!" jawab Jevin benar-benar penasaran rupanya.     

"Aku percaya diri karena sebelum kematiannya Andra calon suaminya meminta agar aku menjaganya dengan baik. Tidak hanya itu, rupanya dia juga meninggalkan sebuah rekaman video dirinya juga berkata demikian yang intinya setelah kematiannya meminta agar Chaliya tetap melanjutkan hidupnya dengan baik dan berusaha menerima aku dengan baik."     

"Oh, aku iri dengan kamu, Xel!"     

"Biklah, tak masalah jika kau iri. Memang pantas jika kau iri."     

Keduanya pun tertawa. Seperti apapun mereka berdebat dan terjadi pertengkaran, itu adalah hall umrah semenjak Axel memutuskan menganggap Jevin seperti saudara laki-lakinya. Nyatanya, selama ini orang yang laing dia percaya adalah saudara se ayahhnya. Yang membuatnya menyesal, kenapa baru sekarang, di ujung usia Andra dia tahu akan hal ini.     

***     

Sekarang, semua berjalan dengan lancar. Axel melakukan aktifitasnya agi seperti sebelumnya. Karena permintaan Axel yang tiada menyerah dibantu pula dengan mamanya, kini akhirnya Chaliya mau kembali bekerja di perusahaan milik Axel. Namun, ada hal aneh yang Chaliya rasakan. Hatinya selalu merasa sakit jika menemui wanita mana pun yang memiliki ciri-ciri sama persis seperti Wulan, walau kesamaan tidak sampai 100% namun, bagaimana pun itu membuatnya mengingat Wulan yang menyebabkan kematian Andra kekasihnya.     

"Chaliya nanti ada rapat di restoran sendok mas. Kamu ikut, ya?" ucap Axel saat berangkat ke perusahaan bersama.     

"Kenapa saya harus ikut, sih Pak?" keluh Chaliya. Dia merasa sangat keberatan. Sebab, jika harus mengikuti bosnya, waktu bekerjanya jadi tersita. Yang harusnya bisa pulang bersama dengan yang lain dia harus lembur sendiri. Sama saja, kalaupun tidak menyelesaikannya di kantor, waktu kebersamaannya dengan Andra jadi tersita.     

"Tidak masalah. makanya, kau jadilah sekertarisku."     

Tidak, saya lebih suka dengan posisi saya ini saja."     

"Bagaimana kalau aku angkat kamu jadi pemimpin?" usul Axel.     

"Maaf, saya tidak butuh jabatan yang terlalu tinggi. Yang penting saya bekerja itu saja sudah."     

Karena Chaliya terus menolak, Axel pun akhirnya menyerah dan mengalah, mau dipaksa seperti apapun, anaknya kalau tetap menolak juga percuma. Dia tetap tidak mau.     

Melihat Chaliya yang sangat berbeda dengan wanita atau para gadis yang lain yang sering ia temui, Axel menjadi kian tertarik saja dan ingin segera memilikinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.