Cinta seorang gadis psycopath(21+)

BERTEMU ELIZABETH



BERTEMU ELIZABETH

0"Kamu tidak coba tanyakan pada Axel, Cha?"     
0

"Iya, nanti aku tanyakan padanya, Ma." Chaliya diam mencoba berfikir. Dulu dia bisa menyelidik dan melaporkan Alea si gadis psikopat sebagai pelaku pembunuhan sadis dan memutilasi korban hinga jadi banyak bagaian. Tidak hanya itu, membuat gila sang ayah juga dia usut dan tanpa pikir panjang dia laporkan pula ke kantor polisi demi sebuah penghargaan agar segera naik pangkat. Tapi, bagaimana dengan Wulan? Sekalipun dia tidak lagi mencintai Wulan lagi, tapi dia adakah istrinya. Baik buruk Wulan juga akan berpengaruh terhadap nama baiknya.     

Chaliya sendiri bahkan taky akin jika Axel bisa berbuat adil. Sebab, ia hanya mencintai dirinya. Apa rela Namanya tercoreng oleh perbuatan Wulan hyang dia benci? 'Sudahlah, Chaliya! Alangkah lebih baiknya jika kau langsung bertanya saja padanya,' ucapnya dalam hati.     

***     

Pagi-pagi sekali Chaliya berangkat ke rumah sakit sendirian. Sengaja dia tidak mengajak mamanya. Dia pikir, mamanya perlu istirahat, di rumah juga ada banyak yang harus dikerjakan. Sebab, akhir-akhir ini mamanya mencoba peruntungan dengan menjual aneka makanan khas dari tahiland, salah satunya rujak Bangkok dan singkong Thailand dengan keju yang akhir-akhir ini viral dan booming banget. Jualan mamanya laris, karena dia adalah orang Thailand asli. Jadi, soal rasa, masyarakat terutama yang sudah pernah berwisata di sana tidak akan lagu untuk mengorder dalam jumblah banyak.     

"Chaliya, kau datang sepagi ini?" tanya tante Livia.     

"Iya, Tante. Ini Chaliya bawakan sarapan untuk tante, Arabella dan juga Andra."     

"Kamu selalu saja menyibukkan diri untuk kami, Cha."     

"Tante jangan bicara demikan, aku tidak mefrasa disibukkan sedikitpun akan hal ini," ucap Chaliya. Kemudian ia berjalan membawa box berisi makanan untuk Andra. dia tersenyum dan berkata, "Aku tahu kau bosan dengan makanan rumah sakit. Tidak enak, kan?" ejek Chaliya pada Andra yang wajahnya nampak lebih pucat dari kemarin.     

"Kau memang yang terbaik. Bisa mengerti aku dengan sangat baik," ucap Andra.     

"Sudah, aku akan menyuapimu. Kau jangan banyak bicara lagi, oke?"     

Usai menyuapi Andra, Chaliya meminta tante Livia dan Arabella untuk pulang dulu. Soal menjaga, dia bisa sendirian. Lagi pula, dia hanya memastikan agar ada yang mengurus keperluan pribadinya saja. soal medis, kan sudah ada banyak suster dan dokter yang sudah menangainya.     

"Tidak masalah tante. Nanti siang atau sore, kalian bisa datang untuk menggantikanku," jawab Chaliya dengan santun.     

"Ya sudah, kalau begitu kami pergi dulu. Jam makan siang, tante akan ke sini gantikan kamu, oke?"     

"Baik tante. Tidak perlu buru-buru."     

Setelah ibudan adiknya Andra pergi, Chaliya lebih banyak diam. Dia tidak tahu harus apa. Mau bicara saja, sepertinya Andra harus banyak istirahat dan tidak boleh terlalu banyak bicara juga. tapi, tersu diam juga canggung dan tidak enak.     

"Apakah pihak rumah sakit sudah menemukan seseeorang yang memiliki sum-sum tulang belakang yang cocok buat kamu dan mau?" tanyanya agar tidak canggung dan kaku.     

"Masih diusahakan. Seoertinya sudah menemukan. Tapi, secara kusus pihak rumah sakit belum menghubunginya."     

"Semoga saja orangnya bersedia, ya?" ucap Chaliya penuh harap.     

"Aku sih tidak begitu berharap. Demi memberikan kesembuhan untukku masa harus membuat orang lain… " Andra terdiam saat Chaliya meletakkan telunjuk tangan kanannya di depan bibir Andra.     

"Diam. Kamu diam jangan bicara lagi, oke?"     

"Aku hanya tidak mau jadi orang egois, Cha. Aku akan terus dihantui oleh rasa bersalah jika akun hidup sehat dibawah penderitaan orang lain. Kau juga tahu kan apa efek samping setelah transfuse sum-sum tulang belakang."     

"Tapi diam au, Ndra. Dan kau memberikan imbalan." Chaliya menunduk. "Meskipun aku tahu uang bukanlah segalanya. Tapi, dia melakukannya juga dengan suka rela, bukan tanpa adanya paksaan dari pihak mana pun?"     

"Tok tok tok!"     

Coba kulihat, siapa yang datang," ucap Chaliya bergegas menuju kea rah pintu. Ternyata yang datang adalah Axel dan juga mamanya.     

"Chaliya, apa kabar kamu, Nak?" sapa wanita itu langsung memeuluk dan cium pipi kiri kanan pada Chaliya seolah keduanya telah akrab saja. padahal, ketemu juga hanya dua kali dan tidak berlanjut ke social media. Chat misalnya.     

"Aku baik-baik, Tante. Silahkan masuk," ucap Chaliya.     

"bagaimana kondisi Andra?" tanya Axel.     

"Kau lihat saja sendiri," jawab Chaliya. Berat baginya mengakui kenyataan kalau kondisi Andra kian hari kian buruk.     

"Xel, kamu janga Andra dulu, ya? Bantu dia melakukan apa yang dia perlukan. Mama akan ajak Chaliya keluar dulu sebentar," ucap Elizabeth tiba-tiba.     

Tahu apa yang akan mamanya bahan dengan Chaliya, Axel hanya mengangguk saja. tanda bahwa dia memberi izin dan bersedia menggantikan tugas Chaliya menjaga Andra.     

"Andra, boleh kan Chaliya ajak ngobrol sebentar?" tanya tante Eliz pada Andra.     

"Silahkan, Tante," jawab Andra.     

Akhirnya mereka pun keluar, dan di dalam kamar VIP itu hanya ada Andra dan Axel saja.     

"Kulihat kau semakin pucat saja. Kamu harus semangat untuk sembuh dari sakit ini. Tidak kah kau lihat ada seorang gadis yang selalu berharap kau sehat?"     

"Aku tahu. Tapi, sepertinya aku tak lagi ada harapan. Bagaimana kau dengn Wulan?"     

"Dia sudah akan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Di dalam penjara. Apakah masih belum menemukan tranfusi sum-sum tulang belakang yang cocok dan pas?"     

"Aku tidak berharap ada. Sekalipun sudah menerima donor, belum tentu aku bisa sembuh dan memiliki umur panjang. Kasian orang yang sudah mentranfusikannya padaku. Jadi ada dua nyawa yang terancam.     

"Kau terlalu pesimis, Ndra! Cobalah jangan begitu. Semangati dirimu untuk sembuh untuk dirimu sendiri dan orang-orang yang tak mau kehilangan dirimu."     

"Tapi, bagaimana? Aku sudah lelah sekali, Xel."     

Pria itu pun menyerah berdebat dengan Andra memilih menawari makan dan minum pada bawahannya yang entah sejak kapan beralih fungsi jadi teman. Karena selalu  menolak, dia pun akhirnya kesal.     

"Lihat saja! Sepertinya kau memang benar-benar mau mati. Disuruh makan dan minum sesuatu juga tidak mau," umpat Axel kesal.     

"Xel, aku sudah kenyang. Barusan Chaliya menyuapiku dan memaksaku makan banyak. Yang ada, kau yang inginkan aku mati kekenyangan karena kau paksa terus!" cetus Andra tak kalah sengit.     

"OH, iya kah? Bagaimana aku tidak tahu? Kau juga tidak mau ngomong ke aku."     

"Bagaimana aku menjelaskan padamu? Kau bahkan terus bicara menawariku ini itu tanpa memberikan aku kesempatan untuk mengatakannya.     

"Ya sudah, maaf aku yang bersalah padamu kali ini. Oh, iya, Kemarin mertuaku datang ke Indonesia."     

"Lalu?"     

"Kupikir dia datang akan merasa malu atas apa yang dilakukan putrinya dan meinta maaf padaku dan mamaku karena merasa gagal dalam mendidiknya. Tapi, ternyata tidak. Mati-matian dia mneyalahkanku dan memaksa aku bercerai dengan Wulan. Seolah aku yang melakukan tindak pidana itu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.