Cinta seorang gadis psycopath(21+)

PERTEMUAN TAK SENGAJA



PERTEMUAN TAK SENGAJA

0"Apakah kau tidak berfikir macam-macam tadi?"     
0

"Tidak. Karena aku tahu, kau hanya mencintaiku, dan Sisca tahu itu. Aku tidak tahu kenapa dia ke sini, Namun pikiran kalau kalian selingkuh sama sekali tidak ada."     

Andra lebih mengeratkan lagi pelukannya dan mencium ujung kepala Chaliya. Rasanya dia tidak rela jika harus lebih dulu meninggalkan Chaliya. Dia bukan tak ingin melihat gadis itu bersama pria lain. Tapi, ia takut jika pria yang mendekatinya hanya memandang fisik dan kelebihannya saja, dan tak dapat menerima kekurangannya. Tidak seperti dirinya. Dari rasa cinta dan ketulusan yang dimiliki, perlahan bisa menghilangkan jiwa psikopat pada dirinya yang sebenarnya Alea. Yang Andra tahu, psikopat itu tidak bisa sembuh. Tapi, tetap menjaga pikiran dan suasana hatinya tetap stabil, itu tidak akan membuat ia bertindak di luar batas atau tak manusiawi.     

"Alea," panggil Andra dengan sengaja.     

"Iya," jawab gadis itu. tidak protes.     

"Maukah kau berjanji padaku satu hal?"     

"Ap aitu?" tanya gadis itu tanpa merubah posisinya, sedikit menindih Andra yang mendekapnya erat.     

"Apapun yang terjadi, dan sesakit apa kelak takdir menghampirimu di masa depan, berjanjilah untuk tetap menjadi baik. Apakah kau mau?"     

Chaliya diam. Dia berusaha mencerna kata demi kata yang Andra katakana.     

"Aku tahu kau bisa. Tapi, tinggal kau saja. mau, apa tidak," ucap Andra lagi.     

"Kenapa kau bertanya demikian? Apakah kau meramalkan ada hal buruk yang membuat aku sakit?" tanya Chaliya sambil duduk, menatap penuh curiga pada Andra.     

"Aku tidak tahu, apa yang akan terjadi lima menit ke depan. Tapi, yang kutahu, puncak dari pertemuan itu adalah perpisahan."     

"Aku sudah berpisah degan kedua orangtua kandungku, kini memilikimorangtua baru sebagai single parent. Aku menyayanginya. Tak masalah jika kelak dia pergi meninggalkan aku. asal ada kau di sisiku, semua akan baik-baik saja."     

Andra diam tak bisa lagi meneruskan ucapannya. Dia tak ingin Chaliya terus kepikiran dan menjadi tidak fokus menjalani hari-harinya.     

"Semua akan baik-baik saja jika kau bisa ikhlas menjalani hidupmu, apapun yang terjadi. Apakah kau percaya?"     

"Ya. mungkin aku belum bisa ikhlas menjalani takdirku di masa lalu. Makanya, tidak ada yang baik karena ulah dan perbuatanku sendiri," jawab Chaliya.     

Andra tersenyum. Ingin sekali larasaya ia katakana pada gadis itu sebuah kalimat "I LOVE YOU!" tapi, ia tidak berani. Sebab, dia tidak akan membiarkan dia sedih. Jika pun mati, Chaliya harus memiliki pria lain yang bisa mencintai dan menerima dia apa adanya agar dia tenang. Tak masalah di benci baginya. Dari pada setelah kematiannya melihat Chaliya terus terpuruk, dan buruknya dia akan kembali menjadi dirinya dulu yang memiliki jiwa psychopath.     

****     

"Reyna, siapkan beberpa berkas dan dokumen untuk menemui client. Sekalian, kita adakan kunjungan di cabang perusahaan yang ada di Bandung," ucap Axel melalui telfon perusahaan.     

Sejak kemarin pikirannya menjadi sangat kacau dan emosi. Ingin marah tapi, tidak bisa. Bisa-bisanya dia dikerjain oleh Chalia. Sehatian menunggu di halaman depan city mall tapi tidak tahu kapan Chaliya keluar dari tempat tersebut. Tahu-tahu, saat ia coba menanyakan, katanya dia sudah pergi sejak pukul sembilan lewat lima belas menit pagi tadi. Saat dia kembali datang ke rumahnya, yang dia temui hanyalan mamanya saja. Tante Thassane, beliau berkata kalau Chaliya ada syuting di luar kota. Pulang kapan belum bisa memastikan. Mungkin juga sekalian mau ngevlog di beberapa wisata yang terdapat di kota tersebut. Kota mana bahkan dia juga tidak mengatkan pada ibunya.     

Lima belas menit kemudian. Semua berkas-berkas yang Axel minta sudah Reyna siapkan. Bertiga dengan supir, mereka pun meluncur ke Bandung.     

"Apakah kita akan ke kantor cabang dulu, Pak?" tanya Reyna sambil menoleh ke belakang.     

"Tidak, kita akan langsung ke tempat janjian. Karena dia juga sedang menuju ke lokasi," jawab Axel sambil asik dengan ponselnya.     

Satu jam perjalanan, mereka sudah tiba di tempat yang sudah dijanjikan. Sua orng pria dan satu orang wanita berpakaian formal sudah menunggu kedatangan Axel dan Reyna di bangku nomor tujuh.     

Negoisasi terjali dengan lancar tanpa kendala dan waktu yang berbelit-belit. Mereka pun menghabiskan sisa waktu dengan ngorol ringan yang masih ada kaitannya dengan dunia bisnis. Hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul duabelas siang.     

"Terimakasih atas keja samanya, Pak Max. semoga dengan adanya kerja sama ini, kita bisa saling memberi keuntungan yang besar serta hubungan yang baik ke depannya."     

"Iya, Pak Agus, terimakasih. Saya pun juga berharap demikian," jawab Max sambil menjabat tangan para cliennya.     

"Sudah kenyang, atau masih ingin makan lagi, kamu?" tanya Axel pada Reyna. Dia tahu, kalau sepupunya ini paling doyan makan. Tadi, dia snegaja makan sedikit dan sengaja hanya memesan menu ringan Cuma sekedar jaga image saja. Padahal, sebenarnya, dia makan satu karung roti dan sebaskom gorengan juga masih belum dianggap sarapan jika masih belum makan nasi.     

"Hehehe. Ya akum au pesan nasi, dan rica-rica, dong! Barusan kan Cuma steak. Mana kenyang kalau gak pake nasi," jawab gadis itu sambil cengar cengir ga jelas.     

"Ya sudah kamu pesan saja, semaumu. Aku tunggu di sini," ucap Axel. Tiba-tiba saja isengng dia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru restoran dan pandangannya tertuju pada seorang gadis berambut panjang diikat ekor kuda tengah duduk di meja dekat dengan temoanta bersama Reyna.     

"Chaliya?" gumam Axel lirih. Hanya dia yang bisa mendengarnya. Dalam hati ia bersorak senang, tak di sangka ternyata dia kemarin kabur dan langsung ke bandung, dan sekarang, tana sengaja mereka juga bertemu. 'Apakah ini yang dinamakan jodoh?' guman Axel kemudian ia beranjak hendak menghampiri Chaliya.     

"Mau ke mana kau?" tanya Reyna saat tiba-tiba Axel beranjak pergi meninggalkan dia yang masih asik menikmati makanannya.     

Axel tidak menjawab. Ia tetap berjalan dengan tatapan hanya terfokus pada gadis yang beberapa pekan ini memenuhi pikirannya.     

Tapi, Saat ia sudah berada tiga meter dari tempat Chaliya duduk dan hendak menyapanya, seorang pria berkemeja biru muda dengan dasi navy, dipadukan dengan jas hitam yang nampak formal dan rapi lebih dulu menghampiri gadis itu dengan buket bunga mawar merah di tangannya.     

"Wah, so sweet sekali, sih kamu?" ucap gadis itu dengan manja, dan langsung merangkul pria tersebut.     

"Apa kau menyukainya?"     

"Tentu."     

Keduanya saling menatap dalam senyum, lalu, pria itu menghadiahkan lagi, sebuah kecupan di kening sang gadis.     

"Andra? Oh, apakah calon suami yang dia maksut itu adalah dia?" ucap Axel sambil mengepalkan kedua tanganya. Tak mau terbakar emosi karena cemburu, ia kembali ke mejanya dan mengatakan dengan nada ketus pada Reyna. "Cepat makannya! Atau aku akan meninggalkanmu di sini!"     

"Kamu kenapa?"     

"Jangan tanya kenapa. Aku minta kamu cepat!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.