Cinta seorang gadis psycopath(21+)

RESIGN



RESIGN

0"Tidak sayang. Dia memang Chaliya Rhose yang lahir di Nakhon Ratchima. Sejak bayi, ayahnya meninffal dunia karena kecelakaan dan ia hanya tinggal bersama ibunya saja yang bernama Thassane Liu. Dia… "     
0

"Ya sudah, Ma. Yang kudapatkan juga begitu. Ia adalah seorang murid berprestasi, taka da catatan criminal tentang dirinya dan pergi ke Indonesi bersama pacarnya, kan?" ucap Axel memotong kalimat mamanya.     

"Bagaimana kondisi Wulan sekarang, Xel?"     

"Ah, ini sangat parah, Ma. Aku justru kawatir dia yang akan menjadi psychopath gila. Baru saja dia juga membikin onar meneriaki Chalita sebagai Alea, tidak hanya itu, dia juga bahkan menghajar Chaliya habis-habisan sampai ia tak sadarkan diri."     

"Apa? Apakah kau serius, Xel?" tanya mama Elizabeth seolah tak percaya.     

"Tunggu selama duapuluh menit, aku kan kirim rekaman mentahannya ke ponselmu dan lihatlah seperti apa ulah menantu idamanmu itu," ucap Axel sambil mengelus-elus kamera kecil yang dia ambil dari jas Wulan secara diam-diam tadi.     

"Baiklah."     

Setengah jam kemudian….     

"Xel, kau dapatkan dari mana rekaman ini? Apakah kau yakin ini bukan hasil rekayasa saja?" tanya mama Elizabeth, sulit baginya untuk memeprcayai ini.     

"Itu, ya? berasal dari kamera kecil yang Wulan sematkan di bajunya. Aku mengambilnya diam-diam," jawab Axel dengan santai. Sambil melirik benda kecil berbentuk bunga Daisy di depannya.     

"Mama akan bicarakan ini dengan mertuamu, nanti di waktu yang tepat, kami akan datang ke Indonesia," ucap mama Elizaberh kemudian mematikan panggilan.     

Axel memandang layar monitornya dengan panik. Ia bingung harus apa. Melihat Chaliya, atau lanjut bekerja. Ingin melihat Chaliya, pekerjaan banyak. Jika lanjut kerja, dia seolah tidak memiliki empati sama sekali. Sebab, apa yang telah menimpa salah satu stafnya itu juga adalah ulah istrinya.     

"Ah, aku akan melihat dia saja," pria itu berlari keluar ruangan menuju tempat parkir.     

Di rumah sakit, ia melihat Chaliya duduk di hospital badnya. Axel diam memperhatikan wajah cantik itu yang penuh dengan lebam dan memar di wajahnya.     

"Kamu tenang saja dulu, patuh dan ikuti saran dari dokter, oke?" ucap Reyna, selaku sekertari Axel yang juga sepupunya. Berkata pada Chaliya yang nampaknya sempat menunjukkan sikap keras kepalanya.     

"Tok… tok… tok!" Axel mengetuk pintu yang sudah terbuka itu. karena, Reyna memesankan Chaliya di kamar kelas tiga. Yang di ruangan itu terdapat tiga hospitalbad dan dua pasien.     

"Reyna dan Chaliya sama-sama menoleh ke ambang. Pintu. Mereka tak langsung mempersilahkan masuk karena mereka tidak tahu, tamu pasien mana yang mengetuk pintu.     

Tanpa dipersilahkan oleh dua gadis itu, Axel pun langsung beranjak masuk. Ia mendekati Chaliya dan memebri isyarat pada Reya agar keluar.     

"Karena sudah ada pak Axel, aku mau ke kantin dulu, ya?" ucap Reyna dan lanfsung kabur begitu saja. sebab, jika menunggu persetujuan Chaliya, tidak akan pernah diizinkan olehnya.     

"Aku datang ke sini untuk meminta maaf atas nama Wulan istriku," ucap Axel. Mendekati Chaliya yang duduk bersandar tanpa diinfus.     

"Tidak masalah. saya sudah memaafkan dia," jawab Chaliya lisih. Setelahnya ia merintih sambil menyentuh bibirnya yang terasa perih buat bicara. Karena, terluka.     

"Aku malus ama kamu. Menjadi seorang suami aku merasa gagal."     

Chaliya diam. Dalam hati ia berkata, 'Kau bukan hanya gagal sebagai suami, Xel. Tapi, kau tidak pecus sama sekali. Bagaimana bisa, Wulan yang begitu baik hati sampai tak bermoral begitu? Atau, memang dia juga adalah seorang psikopat? Lantas, apa bedanya aku dan dia?'     

"Kamu tolong maafkan kami, ya?" ucap Axel lagi.     

Chaliya memandang Axel. Kemudian ia mengangguk lirih lalu turun dari tempat tidurnya dan meraih tasnya.     

"Chaliya, kamu mau ke mana?" tanya Axel memegang lengan Chaliya yang juga terdapat luka cakaran di sana.     

"Saya ma uke kantor."     

"Kamu masih sakit. Jangan buru-buru bekerja. Di sini lah dulu, kau tenang saja. bulan ini aku kan memberikan gaji utuh dan juga bonus untuk kamu."     

"Jika saya tetap di sini, bagaimana saya bisa segera menyelesaikan tugas saya? Saya akan membereskan semua dan segela resign dari perusahaan."     

"Kenpa, Chaliya? Apakah perusahaan tidak memberimu gaji dengan layak?" ucap Axel kecewa.     

"Ini bukan soal berapa besar perusahaan menggaji saya, Pak Tapi, apakah anda tidak liha bagaimana keadaan saya? Saya malu diteriaki sebagai jalang dan psikopat. Dosa apa yang saya lakukan sebenarnya sampai harus menderita begini?" ucap Chaliya sambil menangis. Bukan karena apa yang baru saja menimpa dirinya. Tapi, karena bibirnya yang pecah sakit jika digunakan bicara.     

Tak tega melihat Chaliya menangis, Axel mendekati gadis itu dan memeluknya. "Maafkan aku. Ini semua salahku. Aku minta maaf sama kamu, ya?"     

"Pak Max, apakah anda tadi sudah sarapan? Saya bawakan nasi pe… cel." Reyna bengong saat melihat sepupu sekaligus atasannya memeluk wanita lain dan itu adalah Chaliya.     

Mengetahui ada yang datang. Chaliya langsung mendorong tubuh kekar Axel dan berkata, "Cukup, jangan bikin masalah menjadi kian keruh."     

"Kau tenang saja. Reyna tidak akan menggosip."     

"Sepertinya, aku salah waktu ini. Ya sudah, aku keluar dulu."     

"Tidak perlu!" ucap Chaliya kemudian langsung pergi meninggalkan rumah sakit. Ia tak perlu meminta izin ataupun kabur. Toh sudah ada penanggung jawab di sana.     

"Chaliya! Kamu ma uke mana? Jangan ke mana-mana. Dokter belum izinin kamu meninggalkan rumah sakit!" teriak Reyna.     

"Katakan padanya kalau aku baik-baik saja!"     

Setelah itu Chaliya tidak peduli. Dia langsung ke kantor dan menyelesaikan syarat-syarat sebelum resign. Setelah itu, langsung memberikan surat pengunduran dirinya pada HRD.     

Masalah pun selesai, dia menelfon Andra. Karena, tidak mungkin baginya jika ia harus pulang dalam keadaan seperti itu. sebab, ia tak ingin ibunya menjadi panik dan berurusan dengan Wulan maupun Axel.     

"Sudahlah, kau gak perlu bekerja lagi. Aku sudah katakana sama kamu sebelumnya. Apa kamu sekarang ke Bandung saja? Aku akan minta adikku mengantarmu ke mari, ya?" ucap Andra yang sangat kawatir saat melihat wajah Chaliya yang banyak memar dan luka.     

"Ma, aku perjalanan ke Bandung sekarang. Aku ke tempatnya Andra," ucap Chaliya setelah berada di dalam mobil adiknya Andra.     

"kenapa kau baru mengabari?"     

"Iya, maaf ada keperluan mendadak. Mama jaga diri di rumah, ya?" ucap gadis itu kemudian menutup panggilan.     

Baru beberapa detik ia mematikan panggilan dari mamanya, panggilan dari Axel masuk. Tapi, karena merasa urusan dengan pria bule itu terkait perusahaan sudah kelar, Chaliya memilih tidak mengangkat panggilan itu. selang beberapa saat, pria bermata biru keabu-abuan tersebut mengirimi pesan dari aplikasi hijau yang berbunyi. "Kau benar-benar keras kepala, Chaliya. Aku tidak mengizinkanmu resign. Kuanggap kau hanya liburan saja. seminggu harusnya cukup, kan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.