Cinta seorang gadis psycopath(21+)

HANYA SANDIWARA



HANYA SANDIWARA

0Axel diam membisu. Dia jelas tidak bisa menjawab ya atau tidak. Ya, karena ini hanyalah sandiriwara. Jika tidak, maka misinya akan gagal.     
0

"Tante, bagaimana kalau kita ke taman belakang saja. Kita perlu bicara berdua. Menunggu Alea sadar juga sepertinya masih lama," jawab pria bertubuh kekar tersebut.     

Tanpa banyak bicara Yulita bangkit, dan mengabulkan permintaan Axel. Di sana, suasana yang sepi hening di bawah cahaya remang-remang kembali Yulita menangis terisak, membuat Axel bingung. Ingin memeluk, dia adalah ibu dari pacarnya. Yang ia takutkan, setelah anaknya dia juga akan merayu ibunya. Sebab, di camp dia terkenal sebagai intel playboy dan gombal. Selalu mendekati target dengan pesonanya yang ah, tak usah lah dijelaskan dari pada ikut jatuh cinta padanya.     

"Tenang tante. Ceritakan saja masalah keluarga anda. Saya jamin ini tidak akan menyebar dan bocor. Lagi pula, bukankah sudah kepalang basah? Saya melihat Alea dilukai ayahnya sendiri," lirih Axel merasa tidak enak.     

Yulita menghapus air matanya. Ia berusaha tegar atas apa yang menimpa keluarganya. Kemudian ia menghela napas panjang dan mulai bercerita. "Awalnya, dua orang rekan kerjanya mengantar mas Rafi pulang. Katanya, dia ditemukan pingsan di kantornya. Begitu ia sadar, tiba-tiba berteriak histeris dan nampak seperti orang ketakutan dan trauma berat akan sesuatu. Entah apa, sampai saat ini kami juga tidak tahu. Karena, dia masih belum bisa ditanyai apapun. Kondisi mentalnya kan terus memburuk jika teringat akan hal itu," ucap Yulita panjang lebar.     

Axel diam. Ia berani menebak, kalau itu pasti karena dia memakan daging selingkuhannya, yang tak lain adalah Intan adiknya Jevin. "Lalu, barusan itu kenapa, Tante dia bisa menyerang Alea? Bukankah dia adalah putri kesayangannya?" tanya Axel bingung. Ia mulai berasumsi, kalau om Rafi mulai memberontak padanya. Beberapa bulan berdiam diperlakukan tidak adil oleh putrinya sendiri. Maka, bisa jadi saja, kali ini dia mengamuk dan ingin melakukan apa yang pernah dia lakukan terhadap selingkuhannya.     

"Sudah tiga hari ini mas Rafi mengalami kesurupan. sepertinya, yang merasukinya adalah arwah seorang wanita yang di masa hidupnya dulu pernah menjalin hubungan diam-diam di belakangku. Tapi, ya sudahlah. Aku tidak mau tahu itu. Selama mas Rafi sudah mau menjadi sosok ayah yang baik saja pada Alea aku sudah merasa cukup. Untuk menafkahi lahir, dia juga termasuk sangat bertanggung jawab. Soal dia memiliki banyak simpanan di luaran sana… aku menyadarii, tidak ada manusia yang sempurna."     

Axel melotot. Jadi, benar om Rafi memang suka selingkuh. Alea tertekan dan sampai melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan. Axel jadi teringat salah satu cuplikan dalam novel karya Alea yang menuliskan, "Jika pada tanaman terdapat hama yang merusak bunga, maka, singkirkan hamanya. Tuntaskan sampai bersih. Sama hal nya jika kau ingin membuat seseorang kembali tersenyum dan bahagia, maka, singkirkan seseorang yang merebut kebahagiaannya."     

"Tapi, Alea tidak tahu akan hal ini, kan Tante?" tanya Axel pura-pura tidak tahu.     

"Dia tahu. Dulu, dia sempat depresi dan hanya diam saja karena mengetahui kamu sering bertengkar. Bahkan, dia sempat berlari masuk ke dalam hutan larangan di malam hari karena pulang kerja mendengar kami ribut di dalam kamar. Aku tidak terima suamiku memiliki wanita lain di luaran sana. Sementara dia, selalu mengatai aku tidak bisa menyenangkan dia. Berbagai hal yang kulakukan demi mendapatkan keutuhan rumah tanggaku kembali. Namun, rasanya itu sangat lah sia-sia. Sebab, Ketika kudatangi wanita simapanannya juga yang ada mereka malah meledekku. Mengucapkan kata-kata yang tidak layak diucapkan oleh wanita pada wanita lainnya. Jadi, aku tetap pura-pura bahagia demi Alea sampai akhirnya usahaku berhasil. Dia kembali menjadi pribadi yang enjoy dan periang."     

'Andai kau tahu, kalau di balik keceriaan dan keriayangan yang Alea miliki terdapat jiwa monster di dalamnya. Apakah kau tidak sedih, Tante? Aku berharap, yang ditulis Alea dalam karya keduanya itu hanyalah fantasinya saja untuk memberimu kebahagian. Aku berharap, gadis cantik dan kalem itu juga memiliki hati lembut seperti tampangnya. Semoga saja, hilangnya Intan dan depresinya om Rafi hanyalah sebuah kebetulan,' batin Axel.     

"Iya, Tante. Di kantor, Alea memiliki banyak teman. Dia disukai oleh banyak orang," hibur Axel. Dia hanya tidak mau memperkeruh keadaan. Lagi pula, dia juga tidak akan mengatakan yang sebenarnya sebelum informasi dan bukti-bukti sudah lengkap, kan?     

"Iya. Semoga setelah kejadian yang barusan, dia tidak lagi mengalami sikap trauma seperti yang sudah-sudah."     

"Memang kenapa tadi tiba-tiba menyerang Alea tante? Apakah Alea ada kenal dengan salah satu selingkuhannya om Rafi?"     

"Ya. Tapi dia tidak tahu kalau dia adalah selingkuhan ayahnya. Karena, dia sudah mati."     

"Apa? Mati, tante?" Tentu saja Axel terkejut. Ia mengira yang dimaksut oleh tante Yulita itu adalah Intan. Jika memang tahu mati, kenapa harus disembunyikan? Apakah sengaja demi melindungi anaknya dari jeratan hukum? Padahal, ini bisa membahayakan dirinya sendiri.     

"Iya, dia sudah mati sejak satu tahun silam. Dia mengalami penyakit HIV kata dokter. Di akhir hayatnya, dia memintaku agar memintakan permohonann maafnya pada Alea. Aku sudah memintakan maaf. Tapi, kesalahan apa yang diperbuat almarhum aku tidak berani katakana."     

"Oh, kenapa demikian tante?"     

"Ya, karena saat Alea kecil dia pernah menabrak Alea dengan sengaja dengan harapan Alea mati supaya mas Rafi mau menceraikanku. Sebab, Alea lah alasan mas Rafi tetap bertahan denganku. Sengaja tidak kukatakan pada Alea karena dia adalah sahabatku, Molly. Ibunya Jevin. Andai jika Alea tahu kalau dia adalah anak selingkuhan ayahnya, apakah bisa Alea menerima Jevin?"     

"Iya, tante benar," jawab Axel. Tapi, dalam hati ia bergumam, "Nyatanya juga bisa. Bahkan, setelah Ibunya, adiknya juga menjadi selingkuhan suamimu. Tapi, diam-diam dia telah membereskannya. Semoga, jika kebenaran ini sampai terkuak, kau tetap baik-baik saja, Tante," batin Axel.     

"Ya sudah tante. Kalau begitu saya pamit dulu. Sampaikan salam saya pada Alea. Jika memang dia sakit, jangan izinkan untuk bekerja dulu, besok. Saat jam istirahat, atau sepulang kerja saya akan datang menjenguknya."     

"Iya, terimakasih nak Axel."     

"Tante, yang kuat ya menghadapai takdir ini. Percayalah, semua yang terjadi sudah takdir. Tetap berprasangka baik lah pada Tuhan dan terus bersandar padanya untuk kemungkinan terburuk," pesan Axel.     

"Iya, Nak. Terimakasih banyak. Kau sangat banyak membantu keluarga kami. Dan tetap bisa menerima baik Alea."     

Axel tersenyum. Kemudian ia menjabat tangan Yulita dan mencium punggung tangannya. Setelah itu, barulah ia berslaman dan berpelukan dengan Jevin. "Yang kuat ya, Bro!" bisik Axel. Ia merasa tidak tega dengan dua orang itu. menganggap sosok yang mereka sayang benar-benar baik. Tapi, nyatanya ia tak lebih buruk dari seekor predator.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.