Cinta seorang gadis psycopath(21+)

KEMBALI BEKERJA DI PERUSAHAAN AXEL



KEMBALI BEKERJA DI PERUSAHAAN AXEL

0"Ada. Apakah tidak masalah jika aku kembali menjadi stafnya Axel? Dia juga sudah menikah, kan?" tanya Chaliya tenang. Namun, dari nada bicaranya yang penuh penekanan, Andra dapat merasakan rasa sakit atas pa yang diperbuat Axel di masa lalu. Andra pun tahu, kalau memang Alea bersalah. Tapi, karena dia terlalu dibutakan oleh yang Namanya cinta, maka, ia pun justru malah membela Chaliya dan ikut mengutuk pria itu.     
0

"Apakah kau yakin?" tanya Andra ragu-ragu. Dia tidak takut Alea kembali jatuh cinta pada sosok berdarah blasteran itu, karena dia cukup mengenal dengan baik siapa Alea sebenarnya. Ibarat dia memelihara seeokor kucing, secinta dan sesayang apapun dia pada kucingnya, namun jika kucing itu menggigit dirinya, tak segan-segan dia mengganti dengan kucing yang baru, yang lama akan dia buang. Sekalipun dia sudah mengatakan kalau sukma Chaliya berpesan agar menjaga baik-baik raganya, ia tidak yakin jiwa psikopat yang dimiliki gadis itu tidak akan bangkit saat melihat Axel maupun Wulan.     

"Apakah kamu takut? Kamu percaya kan sama aku?" ucap Chaliya meyakinkan. Yang ditangkap Chaliya adalah Andra takut dia bakal CLBK pada atasannya dan menjadi orang ketiga di rumah tangganya dengan Wulan sang editor yang menerbitkan karyanya menjadi novel beast seller sekaligus yang menyeretnya dalam kasus yang rumit.     

"Baiklah, jaga diri baik-baik ya? Ingat dengan aku pokoknya," ucap Andra.     

"Iya. Terimakasih ya Ndra atas apa yang kau lakukan padaku selama ini," jawab Alea.     

***     

Sesuai janji, hari ini pukul setengah sembilan Chaliya datang ke perusahaan Axel untuk melakukan interview. Begitu dia datang dan bertanya pada saorang resiepsonis persahaan untuk menanyakan letak ruangan HRD nya semua mata tertuju pada sosoknya yang memang cantik jelita dan mendekati sempurna.     

"Permisi, boleh saya tahu ruang HRD di mana? Saya sudah ada janji interview dengan beliau," ucapnya sopan.     

"Oh, anda pasti nona Chaliya Rose, ya?" jawab resiepsonis wanita itu dengan ramah. Seoertinya dia menyukai Alea. Ya, karena raganya adalah orang lain. Jika tetap menggunakan raga yang lama, mereka sudah lari terbirit-birit karena takut dimutilasi.     

"Benar," jawabnya dengan logat yang kaku.     

"Mari, ikut saya," tawarnya de gan ramah dan sangat bersahabat kemudian membawa gadis semampai dengan atasan bluse putih dengan renda di bagian dadanya, serta dipadukan dengan rok span sampai lutut yang tingginya sampai atas pusar memarkan bentuk pinggangnya yang ramping serta pertunya yang rata tanpa lemak. Membuat wanita mana pun yang melihatnya pasti akan iri.     

"tok… tok tok!" gadis itu mengetukkan pintu untuk Chaliya.     

"Siapa?"     

"Nona Chaliya yang akan anda interview hari ini sudah tiba, pak," ucap gadis itu. kemudian dia kembali ke tempat kerjanya setelah mendapat jawaban dari dalam.     

Perlahan Alea membuka pintu ruangan tersebut. Ia cukup kaget saat melihat pemandagan di hadapannya, kenapa, yang nampak langsung dua mahluk yang menyebalkan itu? runtuk gadis itu dalam hati. Namun, ia tetap bersikap tenang. Karena dia datang sebagai orang baru. Agar gelagatnya tidak mencurigakan. Sekalipun identitas dia juga sudah berganti total tanpa rekaya dan bukti kuat jika dia ceroboh, semua juga akan sia-sia.     

"Kenapa harus kamu yang interview? Ini tugas Reno sebagai HRD, Sayang. Pokoknya aku akan tetap di sini menunggumu," ucap seorang wanita dalam pangkuan pria berwajah bule itu dengan manja.     

"Karena, dia bukan asli warga sini, jadi aku harus tahu kwalitas dia terutama kemampuan dia dalam berbahasa Indonesia sudah bai kapa belum," jawab pria yang bagi Chaliya suaranya sudah tidak asing.     

"Permisi," ucap Alea lagi. Karena dia merasa eneg dengan pemandangan di depannya. Dalam hati ia mengumpat, 'sudahlah. Aku juga tahu kalau pria itu adalah suamimu. Aku juga tidak akan tertarik pada pria yang hanya mementingkan dirinya sendiri seperti itu!'     

Axel memeberi isyarat pada Wulan agar menyingkir sejenak dari pangkuannya.     

"Have a sit!" ucap Axel mempersilahkan dalam Bahasa inggris.     

"Terimakasih," jawab Chaliya, menunjukkan langsung kemampuan berbahasa indonesianya. Karena, itulah alasan yang pria itu gunakan pada istrinya saat wanita yang ia kenal dengan baik dulu merajuk karena cemburu.     

"Oh, sepertinya nona Chaliya sudah pandai berbahasa Indonesia. Apakah belajar sebelumnya?" tanya Axel berbasa-basi.     

"Iya, benar kata anda," jawab gadis itu sopan.     

Karena suaminya tidak langsung ke inti, dan terus melakukan pertanyaan basa-basi saja membuat Wulan tidak tahan. Ia pun berdehem sebagai kode keras.     

Setelah mendapat kode keras itu, maka langsung lah Axel mengintrogasi Chaliya meletakkan dirinya di bagian marketing sesuai kemampuan dirinya dan jurusan kuliah yang dia ambil di universitas Bangkok.     

Usai interview, Chaliya pun kembali pulang. esoknya dia akan kembali bekerja di sana sebagai karyawan lagi dengan tugas dan diri yang berbeda. Namun, tetap saja dirinya.     

Satu bulan sudah Chaliya bekerja di perusahaan Axel. Ternyata benar, Axel bukanlah tipe pria hidung belang, memang sejak awal yang dicintai itu adalah Wulan. Buktinya, selama menjalain hubungan Alea juga tidak pernah diajak ke rumahnya selain ke Vila pribadi miliknya yang tidak diketahui oleh orang sekitar atau keluarganya. Bahkan Alea curiga, mungkin saja sebagai seorang intel, Axel sering menggunakan trik ini untuk menggali sebuah informasi.     

Apa yang Andra katakana ternyata benar. Sebagai gadis cantik, baik, cerdas ramah dan memiliki body goal, banyak tawaran sebagai bintang endorse dan model sebuah brand yang menghampiri dirinya. Harusnya, tanpa dia bekerja capek-capek di perusahaan Axel, Chaliya sudah sangat berkecukupan. Namun, karena suatu hal, ia akan tetap bekerja di sana dan tetap mempertahan kan sikapnya yang rmah dan periang.     

"Halo, selamat siang. Apakah benar ini dengan mbak Chaliya Rose?" ucap salah seorang wanita dengan formal dari telfon celuler milik Chaliya.     

"Benar, dengan saya sendiri. Ini dengan siapa?" tanya wanita itu saat ia tengah beristirahat bersama teman-temannya di cafetaria kusus para karyawan.     

"Perkenalkan, saya dari Cristal glow, sebuah prduk skin care kecantikan yang sudah lama beredar di Indonesia. Berniat ingin menjadikan anda sebagai bintang endorse. Apakah anda bersedia?" ucap wanita itu.     

"Bintang endorse, ya? saya belum ada pengalaman mengendorse suatu produk. Takut nanti hasilnya tidak akan bagus, mbak. Apalagi, brand yang anda tawarkan adalah brand terbaik di sini, bukan?" ucap Chaliya dengan rendah hati. Namun, jauh di dalam hatinya, ia merasa senang atas apa yang ia dapatkan dengan raga barunya. Tawaran endorse datang silih berganti. Namun, karena nervous dan grogi, belum ada satu pun yang ia terima.     

"Tidak masalah, ucapkan aja apa yang ingin anda katakana terkait brand kami, buat anda seolah-olah memakai skincare ini, dan satu video akan saya hargai seratus juta rupiah, sementara satu pose bersama bran ini yang terpilih harganya duapuluh juta. Bagaimana? Kami harap, mbak Chaliya bersedia."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.