Cinta seorang gadis psycopath(21+)

PENUH HOKI



PENUH HOKI

0"Biar saya pikirkan dulu, ya? Bagaimana hasilnya, nanti akan saya kabari anda," jawab Chaliya, dan begitu saja terus sampai empat puluh ke depan ada kalau lima orang menelfon dirinya untuk dijadikan bintang endorse suatu produk. Namun, tidak satu pun yang ia terima. Akhirnya, ia pun mematikan ponselnya. Karena waktu istirahat tinggal duapuluh menitan sementara, pesanan yang dia pesan belum tersentuh sama sekali sampai dingin. Jelas saja, sudah setengah jam lebih ini dibiarkan begitu.     
0

"Kamu sangat popular sekali, Chaca. Belum lama juga hijrah ke negeri ini, sudah diburu uang buat jadi bintang endorse," timpal salah satu teman kantornya. Mereka memanggilnya Chaca sebagai panggilan kesayangan terhadap dirinya yang tak hanya canti. Namun juga sangat baik.     

"Ah, mungkin karenanaku orang baru, jadi wajar mungkin ya. Kelak, jika aku sudah seliweran di layar ponsel dan berbagai aplikasi jual beli, mereka juga akan bosan, kan, diri in I juga akan bertambah tua. Seiring berjalanannya waktu, aka nada gadis-gadis muda dan cantik yang juga akan menduduki posisiku."     

"Aduh, kamu ini, kayaknya walaupun tua akan tetap laku saja. Lihatlah! Kamu sangat cantik sekali," puji teman yang lainnya.     

Gadis itu tidak menjawab. Ia hanya tersenyum. Namun, dalam hatinya ia bergumam, 'Di mana ada aku cantik? Kenapa aku tidak bisa memikat hati Axel?' pada saat itu, tiba-tiba saja muncul sebuah ida. Tak ada yang menyadari, kalau senyuman gadis itu berubah menjadi sebuah senyuman licik. Tentu saja. ia akan merencanakan sesutau. Jika tidak, kenapa harus demikian?     

***     

Akhir-akhir ini Chaliya sering mengantar dokumen ke ruangan bossnya. Hal itu akan dia jadikan kesempatan. Bukan jiwa Ale ajika tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.     

Chaliya mengetik keyboyd dengan serius. Kemudian, mengeprint naskah yang akan ia serahkan pada Axel yang akrab di sapa pak Max oleh para karyawannya. Setelah selesai, gadis itu segera pergi menuju ruangan presdir. Sengaja dia mengenakan sepatu hak tinggi. Ia juga setengah berlari menunjukkan pada siapapun kalau dia terburu-buru.     

"Tok… tok… tok!" dengan sedikit ragu gadis itu mengetuk pintu. Sejauh ini Chaliya memang sedikit bicara dengan atasannya itu. bukan karena apa. Alasan yang hanya ia tahu adalah, takut keceplosan memanggil Axel. Karena ia sudah lama terbiasa dengan panggilan itu, sebelumnya saat dirinya masih menjadi Alea.     

"Masuk!" seru Axel dari belakang.     

"Permisi, Pak, saya datang membawakan dokumen yang tadi anda minta," ucap Chaliya dengan senyumannya yang mengembang tulus dan indah. Seolah, senyuman itu sudah menjadi ciri khasnya.     

"Masuklah! Terimakasih, ya? Kamu duduk saja dulu, biar saya periksa sebentar," ucap pria itu. sungguh tidak seperti biasanya.     

Gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk patuh. Kemudian ia duduk dengan baik di kursi depan atasannya. Sadar tempat ini terdapat kamera tersenyumbunyi, gadis itu hanya menunduk saja memainkan jari jemarinya dan juga kuku-kuku panjangnya untuk mengusir rasa bosan. Dia tidak mau ambil resiko menatap wajah tampan di hadapannya yang pernah menjadi miliknya dulu. Bukan takut jatuh cinta lagi. Tapi, ia tak mau kedepannya menjadi masalah dengan nyonya bos yang terlalu posesif itu.     

"Chaliya, ini masih ada satu halaman yang sepertinya belum kamu print. Apakah saya yang salah?" tanya Axel dengan santai.     

Seketika gadis itu mendongak, nampak tersentak dan berkata dengan nada bicara yang cepat menunjukkan ekspresi kagetnya. "Loh, benar kah, Pak? Boleh saya cek dulu?" ucapnya santun.     

Setelah beberapa menit ia cek, ternyata benar. Ada satu halaman yang tidak ada di sana. Entah, itu terjatuh, atau lupa tidak ia print. Yang jelas, memang Chaliya sengaja. "Benar, Pak. Maafkan saya telah ceroboh," ucap gadis itu dengan tubuh sedikit gemetar dan wajah memucat seolah ia benar-benar takut dan merasa bersalah.     

"Tidak apa-apa. Ini bukan masalah besar. Kamu bisa kembali ke ruanganmu dan mengambilnya. Gtai, ke depannya, sebelaum kau memberikan sebuah berkas atau laporan kamu harus teliti dulu, ya?" jawab Axel dengan lemah lembut dan bijak sana.     

Chaliya pun memohon diri meninggalkan ruangan laki-laki yang ada di masa lalunya itu. sekalipun itu palsu. Karena buru-buru, baru saja ia keluar tiba-tiba terjatuh. Axel yang mengetahui hal itu langsung panik dan beranjak menghampiri Chaliya.     

"Cha, kamu kenapa? Lebihlah berhati-hati saat memakai hak tinggi. Apakah kau terkilir?" tanya Axel panik.     

Gadis itu memaksakan diri tersenyum. Seperti orang yang tengah menahan rasa sakit. Meski sebenarnya tidak terjadi apa-apa dengan kakinya. Jatuh saja dia hanya pura-pura.     

"Tidak masalah. Saya Cuma terjatuh sedikit saja. Anda tidak perlu begitu panik." Namun, Ketika ia berdiri, ia menggetarkan sebelah kakinya dan kembali terjatuh, "Ah!"     

"Kamu tidak baik-baik saja, Cha!" ucap Axel langsung memapah gadis itu. namun dengan cepat, gadis itu mendorong tubuh atasannya.     

"Pak, ini kantor. Tidak baik bagi anda bersikap demikian. Saya tidak mau menanggung jika terjadi kesalahpahaman. Di sini banyak staf wanita. Mungkin akan jauh lebih baik, meminta tolong pada salah satu dari mereka saja," jawab Chaliya.     

Mendengar ucapan Chaliya, Axel terlihat kikuk. Benar juga apa yang gadis itu katakan. Apalagi, di sini juga banyak terdapat cctv dan kamera tersembunyi. Agar, tidak hanya menampilkan rekaman gambar seseorang saja. namun, juga suara agar, mudah dan bisa mengetahui apapun dengan mudah jika masalah terjadi. Hal ini Axel mendapatkan pengalaman dari investigasinya menyelidiki kasus Rafi dan Alea.     

'Dia benar-benar unik. Tidak membiarkan kesalah pahaman gterjadi seperti kebanyakan staf wanita lainnya. Tak peduli meskipun sudah mengetahui aku sudah beristri, mereka akan suka sekali mencari kesempatan bersamaku, andai tadi itu adalah wanita lain, pasti dia akan sangat senang dan memanfaatkan keadaan. Jika sampai dilihat oleh staf yang lain dia akan sangat bangga. Namun tidak dengan Chaliya. Benar-benar menarik.'     

"Baiklah, aku akan memanggil asisten pribadiku agar dia yang mengantarmu kembali ke ruangan," ucap Axel kemudian menelfon seseorang tak lama kemudian, sekitar lima menit, Rena seorang gadis berusia duapuluh sembilan tahun datang dengan pakaiannya yang ketat sexy da terbuka datang. Chalya berani jamin. Sedikit saja wanita itu jongkok, pasti celana dalamnya akan kelihatan.     

"Iya, Pak. Ada apa anda memanggil saya?" tanyanya santun.     

"Tolong kamu antar Chaliya berobat. Dia baru saja terkilir," ucapnya.     

"Baik, Pak. Ayo, Cha!" ajak Reyna sangat bersahabat.     

"Kau menolak diantar pak Max?" tanya Reyna di dalam mobil.     

"Bagaimana kau tahu? Apakah dia adalah bos yang baik, sering mengatantarkan bawahannya yang terluka ke rumah sakit?" tanya gadis itu polos.     

"Tentu saja tidak." Reyna terus memandang lurus ke jalananan yang tidak terlalu padat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.