Cinta seorang gadis psycopath(21+)

LAMARAN YANG KONYOL



LAMARAN YANG KONYOL

0"Dengan itu, sebnarnya aku bermaksut untuk melamarmu, Cha. Apakah kau mau menikah denganku?" jawab Andra jujur sambil menatap kedua bola mata Chaliya dengan gentle.     
0

"Apa? Melamarku? Bahkan dengan cara seperti ini? Apakah kau tahu, kalau ini berbahaya dan hampir membunuhku?"     

"Ya, aku tahu itu. makanya aku memkinta maaf padamu. Aku akui aku salah. Maafkan aku, Cha. Aku tidak memikirkannya dengan baik. Aku kira ini akan romantis… tidak tahunya malah miris," jawab Andra, membuat tiga pelayan yang ada di sana jadi ingin tertawa saja melihat ekspresi pria itu. lucu memang. Tapi, karena mereka juga ikut andil, untuk tertawa jelas tidak satu pun dari mereka ada yang berani.     

"Haaah, ya sudah lah. Lain kali kau harus berhati-hati. Jangan minta pelayan lagi untuk melakukan hal sekonyol ini.     

"Iya, aku tidak akan mengulanginya lagi. Tapi, bagaimana, Cha?" tanya Andra tak mau menyerah.     

"Apanya yang bagaimana?" tanya Chaliya setelah meminum sesuatu dan duduk kembali.     

"Apakah kau mau memaafkan aku?"     

"Ya, aku maafkan dengan sarat barusan."     

"Serius?"     

"Iya, Ndra. Aku serius."     

"Tapi, kamu ikhlas gak maafin aku?"     

"Iya, aku ikhlas, Sayang."     

"Terus, gimana?"     

"Apa lagi?"     

"Lamaranku kamu terima gak?"     

Sebenarnya, ekpektasi Andra, tanpa sengaja Chaliya menyendok cincin dan dia melihat ada yang aneh dnegan red velvednya. Kemudian, karena melihat ada yag aneh di dalam jar, atau di sendoknya, gadis itu mengambil dan membersihkan bend aitu yang ternyata adalah cincin. Di saat Chaliya kebingunggan, ia mengatakan kalau itu memang kusus dia buat untuk melamarnya, saat ia bertanya lamaranku diterima atau tidak, harapannya para karyawan, atau pelayan resto pada bersorak agar Chaliya menerimanya. Tapi, karena kejadian yang terjadi tak sesuai dengan ekspektasi, mereka diam seribu Bahasa. Mungkin, jika pun bersorak juga di dalam hati masing-masing.     

"Kau bahkan berani menanyakan ini saat nyaris membunuhku," ucap Chaliya. Dengan sengaja dia bersikap keras kepala untuk menguji kesabaran pria di depannya itu.     

"Oke, aku mengaku salah. Ini memang salahku. Tapi, plis Cha! Fokus saja dengan tujuan utamaku apa melakukan ini. Emang niatnya kan aku juga mau melamar kamu. Meskipun berakhir konyol," ucap Andra. "lalu, bagaimana? Kamu mau menerima lamaranku ini, atau gak?" imbuhnya dengan tampang melas.     

Chaliya memperhatikan wajah Andra. Dia diam sesaat dan memandang cincin berlian di tanganya. Kemudian, ia menjawab dengan pasti dan tanpa ragu-ragu. "Iya, akum au menikah denganmu, Ndra!"     

"Apa? Kau mau, Cha?" jawab Andra seolah tidak mempercayai pendengarannya.     

"Iya, akum au menikah denganmu."     

"terimakasih, Chaliya. Aku mencintaimu," ucap Andra, beranjak cepat memeluk tubuh itu dan mengangkatnya lalu membawanya berputar-putar.     

"Iya, aku juga mencintaimu, Andra," balas Chaliya. Keduanya pun bahagia, meskipun keromantisan itu gagal berubah jadi adegan acrobat. Tapi, Chaliya sangat menghargai niat dan ketulusan Andra. Bahkan, sampai di depan Rumah Chaliya, Andra masih merasa bersalah saja pada gadis itu.     

"Cha, maafkan aku, ya?" ucap Andra sebelum keasihnya turun dari mobil.     

"Kenapa harus meminta maaf lagi, sig? Aku bosen dengerinnya," jawab gadis itu dengan manja.     

"Gara-gara ideku yang gak masuk akal itu, kau nyaris terbunuh. Aku memang tidak memikirkannya dengan baik, maaf. Aku kira itu akan romantic dan membuatmu akan terksesan."     

"Sudahlah, aku sudah sangat terkesan dan tak akan melupakan kejadian ini seumur hidupku. Aku senang dan sangat bahagia, meskipun sempat melakukan adegan akrobat bersamamu." Gadis itu tertawa sambil melepaskan kaitan sabuk pengaman yang menempelkan dirinya dengan kursi.     

"Tapi, kan… gak lucu juga kalau kau sampai masuk rumah sakit gara-gara tertelan cincin itu," ucap Andra, tertawa kikuk sambil menggaruk belakang lehernya yang sebenarnya tidak gatal.     

"Tidak masalah. Jika sampai itu terjadi dan viral di pemberitaan beberapa situs berita, saat kau diwawancarai bagaimana kronologinya, lalu kau menjawabnya dengan jujur, pasti oara netijen yang maha benar itu akan mengatakan aku kelaparan dan rakus akan makanan enak. Sampai-sampai, cincin yang dijadikan kejutan dalam cake in jar itu ikut tertelan olehku," jawab Chaliya tertawa terbahak sampai ia memegangi perutnya sendiri. Ia tertawa ngakak karena memposisikan dia jadi penonton. Jika saja iya, dia pasti sudah tak akan bisa lagi menhan tawanya. Bahkan, tidak menutup kemungkinan dia tertawa sampai ngompol.     

"Ya sudah, ini sudah malam. Kau segeralah kembali. Masih ada besok untuk kita bersama lagi," ucap Andra, menghentikan tawa Chaliya.     

"Ya, kau benar. Kau, tidakkah ingin menginap di sini?" tawar Chaliya.     

"Tidak, aku akan pulang ke rumah ibuku saja, salam buat calon mama mertuaku, ya?" ucap Andra samnil tersenyum menggoda.     

"Baik, salam yang sama pula untuk calon mama mertuaku," jawab Chaliya. Lalu melambaikan tangan pada pria itu. barulah Chaliya masuk membuka pagar setelah mobil Andra lenyap dari pandangannya.     

******     

Karena pulang lebih awal, Axel berniat menjemput istrinya di kantor. Kebetulan, letak kantor mereka searah untuk pulang. tapi, rupanya dia salah. Sebab, Ketika ia baru tiba di loby, Wulan juga sudah berada di sana. Nampakanya wanita itu hendak pergi ke ruang pribadinya.     

"Sayang, kamu kok sudah sampai sini? Padahal, tadi aku bermaksut menjemputmu," ucap Axel basa-basi.     

"Harusnya memang aku belum pulang. tapi, aku bisa mengerjakan tugasku di rumah. Aku tidak bisa fokus sama sekali. Percuma. Jadi, lebih baik aku pulang," jawab wanita itu dengan wajah jutek.     

"Kamu kok keliatan bad mood banget sih? Padahal tadi pagi kau sudah nampak baik-baik saja loh! Apakah semalam itu kurang?" ucap Axel tanpa memelankan volume suaranya. Membuat para staf, kususnya staf wanita tertawa tertahan dan senyum-senyum sendiri saat mendengarnya.     

"Kau ini, jangan bicara sembarangan, Xel!" bentak Wulan dengan muka yang merona karena malu.     

"Laah, emang iya. Setelah melakukan itu kau nampak terlihat jauh lebih baik, sekarang… bahkan kau kembali uring-uringan. Ya sudah ayo kita cepat pulang saja," jawab Axel. Tak mau mendengarkan bantahan istrinya lagi. Ia juga tak peduli dengan para staf yang lalu Lalang meninggalkan perusahaan untuk pulang. toh mereka juga pasangan suami istri. Ritual apa yang dilakukan pasangan yang sudah menikah rasanya juga sudah menjadi rahasia umum. Apa yang dipermalukan lagi? Selama tidak melakukan di depan umum saja, Axel rasa itu sah.     

"Xel, Chaliya mengetahui identitas rahasiamu. Kau adalah Axel maxmiliam, di kenal dengan nama Wiliam saat melakukan tugas atau misi rahasia. Dia tahu, kau adalah anggota intelijen," ucap Wulan saat keduanya sudah berada di dalam mobil.     

"Apa? Bagaimana bisa?" tanya pria itu, terkejut. Raut wajah yang tenang kini juga sudah memudar.     

"Itulaah aku juga bingung. Makanya, cepat lakukan penyelidikan sebelum semuanya terlambat. Karena, saat hanya bersamaku, dia mengaku kalau dirinya adalah Alea."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.