Adventure World

Lv. 98 - Misi Dio [Clear]



Lv. 98 - Misi Dio [Clear]

0Ai dan Dio bersama menyusuri suatu jalan setapak, mereka saat ini sedang menuju ke suatu tempat yang termasuk dalam wilayah yang bernama ....     
0

»Freedeen Forest«     

Sama halnya dengan Hell's Desert, Feedeen Forest merupakan wilayah yang menjadi perbatasan antara Outside World dan Benua Utama.     

Hutan rimbun yang menjulang dari Htara sampai Selatan bagian Timur Kerajaan Clover ini bisa dibilang juga cukup berbehaya. Seperti yang diketahui kalau perbatasan Outside World memang bukan tempat yang biasa.     

Walaupun tidak seberbahaya Hell's Desert, tetap saja player dengan level di bawah 50 tidak akan direkomendasikan memasuki tempat ini.     

"Ai, sudah berapa lama kau bermain game ini?"     

"Hmm ... kalau diingat-ingat Ai bermain game ini sejak awal rilis. Yah, kenalan Kakek dan Nenek yang memberiku alat untuk bermain. Dan kebetulan aku juga cukup dekat dengan anak mereka dan sering bermain bersama."     

"Kalau kulihat dari pakaianmu, kau sekarang berada di guild High Order bukan? Apa karena kenalanmu juga kau bisa di grup itu?"     

"Yap, benar sekali."     

"Ohh, baguslah. Setidaknya di game dia tidak akan diganggu sembarangan. Mengusik anggota guild besar bukanlah pilihan yang bagus, entah kenapa tren aneh tentang kostum guild bisa berguna juga," batin Dio dalam lamunannya.     

"Dio-san, kamu sedang memikirkan apa?"     

"A– tidak, aku tidak memikirkan apapun."     

"Ngomong-ngomong, sampai mana kita akan pergi? Sebentar lagi kita akan melewati bagian luar hutan ini, dan memasuki bagian dalam hutan dan para monster akan mulai muncul," ucap Ai dengan tatapannya yng berkeliling ke segala arah.     

"Kau tidak perlu khawatir, tujuan kita tidak akan sejauh sampai bagian dalam hutan. Sebentar lagi kita akan segera sampai, dan bahkan jika ada monster, aku akan segera mengetahuinya."     

Mendengar hal tersebut, Ai sedikit penasran dengan Class seperti apa yang dimiliki Dio.     

[Insight]     

Diam-diam Ai menggunakan skill Insight, ia tahu kalau ini tidak sopan, tapi setidaknya efek skill ini tidak akan terlalu mengganggu targetnya.     

Ai cukup terkejut, bukan karena battle power Dio yang tinggi, melainkan karena Dio adalah pengguna Special Class. Dan sosok yang muncul di belakang Dio adalah dua cerminan dari Dio itu sendiri.     

Dua sosok yang masing-masing berwarna hitam dan putih saling membelakangi berdiri di belakang Dio, dan kedua sosok itu uniknya memiliki rupa yang mirip dengan Dio.     

"Sudah kuduga, jika tidak ada penjelasan, petunjuk sosok di belakang pengguna special claaa hanya memberikan kesan yabg absurd," batin Ai.     

Ketika Ai di tengah-tengah penggunaan skillnya, Dio tiba-tiba merasakan hal aneh di belakangnya, ia merasa seperti sedang diperhatikan oleh tatapan yang tajam. Tapi anehnya skill Sharp Sense miliknya tidak mendeteksi apapun kecuali dirinya dan Ai.     

"Mungkin hanya perasaanku saja," benak Dio.     

Melihat reaksi Dio, Ai sedikit terkejut. Memang tidak ada penjelasan di skillnya, namun sejauh penggunaannya sampai saat ini, Ai menyimpulkan kalau di saat ia menggunakan skill Insight pada player dengan Battle Power di atasnya, ada kenungkinan player itu dapat menyadarinya.     

"Aku harus berhati-hati mulai sekarang," benak Ai.     

Akhirnya, setelah mereka melewati rute yang berputar-putar pada bagian luar Freeden Forest. Dio dan Ai sudah sampai di tempat tujuannya.     

"Indah sekali ...," celetuk Ai tiba-tiba.     

"Benarkan? Tapi sayangnga tempat ini akaj segera ditempati seseorang."     

"Eh? Siapa?"     

"Tentunya orang yang akan kita temui, seharusnya beberapa waktu lagi mereka akan sampai."     

....     

"Hei berapa lama kita akan berjalan?"     

"Ayolah Zen, bersabarlah sedikit. Lihatlah Raven, dia bahkan bisa lebih tenang di situasi seperti ini."     

Melihat Zen dan Luck yang terlihat akrab (?) selalu membuat Raven senang melihatnya, ia senang memperhatikan mereka berdua, karena ia bisa mendapatkan banyak ilmi tentang tata cara berteman (?)     

Oke, itu memang terdengar absurd, tapi itulah hal yang tejadi jika dilihat dari sudut pandang Raven. Sedangkan jika dari sudut pandang yang lain, dia hanyalah orang yang selalu memasang wajah datar dan menatap apapun yang bisa ia perhatikan dengan sangat teliti.     

Ketiga player ini sedang menuju suatu tempat tentunya, dapat dipastikan dari suara Zen yang mengeluh karena tidak sampa-sampai. Setelah kedatangan Raven, party ini sudah tidak berjalan kaki jika berpergian ke wilayah yang tidak memerlukan Teleportation Station.     

Mereka menunggangi kuda yang di summon Raven, bisa dibilang ini cukup efektif untuk menghemat stamina, terutama untuk Luck dan Raven yang memiliki STR yabg tidak terlalu tinggi.     

Berbeda sengan kuda pada umumnya, kuda yang disummon Raven bisa dianggap sudah dalam keadaan mati, hanya saja jiwanya diberikan tubuh baru untuk melaksanakan perintah tuannya.     

Dan dengan tubuh baru itu, kida ini sudah tidak memerlukan hal seperti makanan ataupun istirahat, kuda ini akan berjalan layaknya robot yang tidak mengenal lelah dan lapar, karena itu sangat berguna dibandingkan kuda normal bukan?     

"Ah, akhirnya dia ketemu. Tapi siapa player yang ada di sampingnya? Kukira dia sendirian," benak Luck keheranan ketika berbagi pengelihatan dengan Falcon. "Companionku sudah menemukan mereka, ikuti aku,"     

Luck kemudian memacu kudanya agar lebih cepat, Lalu Zen dan Raven juga menyamakan kecepatan kuda mereka agar bisa mengikuti Luck.     

....     

Di sisi lain Freeden Forest, lebih tepatnya di daerah aman terdapat sebuah pedesaan yang bisa terbilang cukup besar. Dan di derah yang cukup jauh dari pedesaan itu juga terdapat sebuah danau besar, yang di sekelilingnya terdapat jalan setapak dan pepohonan yang rindang.     

Dan di dekat danau itu, terdapat sebuah rumah pondok yang sederhana. Di sana terdapat seorang player pria dan wanita, mereka duduk bersandingan menikmati pemandangan danau yang menyegarkan.     

Ketika si pria sedang melamu, sesuatu ia rasakan memasuki radarnya. Dan ketika ia menolehkan perhatiannya, dari kejauhan terlihat tiga orang yang sedang menunggangi kuda hitam.     

"Ah, akhirnya mereka sampai," benak Dio.     

Dio pun mengangkat tangannya melambai, dan mencoba memanggil tiga player itu. "Oi ...! Ze–"     

"Kak Zen!" Belum menyelesaikan panggilannya, ia sudah di potong eh Ai yang berteriak dan berlari ke arah tiga player itu.     

"Huh? Kebetulan apa lagi ini?" ucap Dion yang penuh akan keheranan.     

....     

Sedangkan dari sisi party Zen.     

"Apa itu teman kalian?" tanya Raven.     

"Ya benar, tapi ini aneh ... siapa yang bersama dengannya? Apalagi yang bersamanya adalah player wanita. Ini sedikit aneh, benarkan Zen?"     

"Tunggi, gadis itu familiar – oh, ternyata benar kalau dia Ai."     

"Ai? Gadis Miko dari High Order?"     

"Bukankah sudah jelas, dari pakaiannya juga sudah terlihat kalau player itu berasal dari High Order. Raven, ambil kembali kudamu, kita akan berjalan dari sini."     

"Baiklah."     

[Sleep]     

Ketiga kuda abyssal itupun menghilang ditelan bayangan Raven. Lalu dari arah lain, Zen menerima sebuah pelukan dari Ai. Keduanya memang memiliki hubungab yang cukup dekat, walaupun mereka memiliki waktu interaksi yang sedikit, dalam waktu singkat itu hubungan mereka sudah sangat dekat. Jika dilihat baik-baik, mereka sepertu pasangan adik kakak.     

"Ai-chan, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Luck.     

"Aku sedang ikut dengan temanku," jawab Ai sambil menunjuk ke arah Dio.     

"Maksudmu makhluk rambut hitam putih itu?" lanjut Zen.     

"Apa Kak Zen mengenalnya? Dia di sini sedang menunggu seseorang, karena itu aku ingin menemaninya selagi menunggu."     

"Oh, tentu Aku dan Luck kenal. Karena orang yang dia tunggu adalah kami."     

"Yo! Kalian lama sekali. Aku hampir karatan menunggu kalian, tapi untung saja ada Ai. Apa dia anggota baru kalian, huh ... sudah kuduga dia juga terlihat aneh. Sama seperti ketika kau pertama kali membawa Luck."     

Luck entah kenapa merasa tersinggung secara tidak langsunh, sedangkan Raven masih tetap dengan ekspresi datarnya mendengarkan.     

"Dio-san, tidak baik berkata seperti itu pada orang yang baru kamu temui," omel Ai pada Dio.     

Mendengar itu Dio hanya memutar matanya dan mendecakkan lidah. Terlihat kalau ia tidak terlalu peduli dengan apa yang dikatakan Ai, karena ia sendiri memang mengucapkan kenyataan.     

"Anu ... perkenalkan, aku Ai dan yanh di sampingku adalah Dio."     

"Ah, perkenalkan aku Raven. Aku anggota baru dari party Zen."     

Menyudahi sesi perkenalan orang baru, Luck pun langsung berterus terang bertanya pada Dio, "Di mana lokasinya?"     

Dio pun menunjuk rumah pondok, tempat ia datang dengan Ai sebelumnya. Zen dan Raven kemudian berjalan mengikuti Luck menuju rumah itu.     

"Dio-san, memangnya apa yang mau mereka lakukan?"     

"Oh, mereka sedang mencari sebuah rumah. Aku sudah bilang kalau aku player yang menjual informasi bukan? Terkadang aku juga menjadi perantara."     

Ai pun mendengarkan dan mengangguk-anggul sebagai pertanda kalau ia paham. Kemudian mereka berdua pun mendekat ke arah party Zen.     

"Bagaiama? Apakah cocok dengan selera kalian?"     

"Ya, kami akan membelinya," sahut Luck.     

"Kalau begitu tunggu sebentar." Sesaat, Luck menghilang dan dalam beberapa menit ia kembali dengan membawa seorang NPC.     

Lalu transaksi pun berjalan, antara party Nemless dengan NPC tersebut. Tanpa ragu-ragu mengeluarkan Zist sejumlah lima ribu gold membuat mata Dio membelalak terkejut, bahkan Ai juga hanya bisa menutupi mulutnya yang terkejut juga.     

Yah, walaupun party Nameless hanya beranggotakan tiga orang. Diam-diam mereka semua itu kaya. Zen merupakan penjual potion terkenal yang sering mendapatkan tumpukan pesanan.     

Lalu Luck adalah seorang anonimus penjual set equipment yang sering muncul di pelelangan, dia sendiri bahkan punya hubungan dengan pemilik Trade House.     

Dan yang terakhir, Raven dan yang paling misterius. Ia merupakan chef terkenal di antara beberapa NPC yang memiliki restoran mewah. Ia sering menadapatkan undangan atau sebuah quest yaitu memasak secara langsung untuk bengsawan. Karena itu, ia juga bisa dianggap cukup kaya, dan selain menjadi tukang masak, ia juga terkadang menjual resep originalnya di beberapa tempat.     

"Kak Zen! Bolehkah Ai melihat-lihat bagian dalamnya?"     

"Tentu, tapi hati-hati di dalam oke ...."     

"Baik!"     

Ai pun berlari memasuki rumah itu dengan sebuah kunci di tangannya. Dan sekarang beralih ke urusan yang lain.     

Menkadi perantara untuk sebuah rumah bukanlah misi terakhir Dio. Masih ada satu lagi hal yang perlu ia laporkan.     

"Zen, ini adalah dua peta yang kau inginkan. Jangan salahkan aku jika yang kedua tidak punya kualitas yang bagus, karena kau sendiri yang tiba-tiba meminta tambahan."     

"Tidak apa-apa, aku paham kok. Jadi kedua peta ini adalah rute menuju suatu monster tingkat tinggi kah ... kerja bagus, kau sudah menyelesikan semuanya. Ini adalah bayaranmu."     

"Aku ucapkan terima kasih."     

Dio mendapatkan upah ratusan gold dari dua misi terakhirnya ini. Dan dia sekarang lega, karena akhirnya bisa santai memenuhi kebutuhan hidupnya untuk beberapa bulan.     

Zen kemudian menuyerahkan salah satu gulungan peta yang ada di tangannya ke Raven. "Raven, pastikan kau mengalahkan monster itu dan membawa setiap drop itemnya ke Luck. Kau butuh sedikit peningkatan pada equipmentmu."     

"Baik, akan kulakukan. Hanya ini saja bukan? Kalau sudah aku ingin masuk sebentar, aku penasaran dengan dapurnya."     

"Aku juga Zen, ada hal yang ingin kuperiksa di dalam sana."     

Dan sekarang, hanya Zen dan Dio yang tersisa. Memang sedikit canggung, tapi mereka pasti dapat memulai obrolan dengan baik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.