Adventure World

Lv. 112 - Waktunya Bergerak



Lv. 112 - Waktunya Bergerak

0»Silver Dragon Headquarters«     
0

"Bagaimana dengan tawaran kami tuan Sigurd? Apa anda tertarik?"     

Saat ini, tepat di hadapan Sigurd sosok wanita dengan kulit merah muda samar, dua tanduk di kepala yang bersurai hitam panjang, sebuah ekor lentik dan dua sayap iblis menjulang dari pinggangnya. Tatapan matanya seakan menghipnotis dengan kecantikan wajahnya yang selalu menarik perhatian mata.     

Memiliki tubuh yang terbilang sexy dan balutan yang minim membuat banyak bagian tubuhnya terekspos. Bahkan dirinya juga tanpa segan segan menempel ke tubuh Sigurd, dengan niatan yang sangat jelas untuk merayu.     

"Sebenarnya apa tujuanmu, Demon?"     

•Amoureus•     

{The Demon Sin of Lust}     

{The Succubus Queen}     

"Kami hanya ingin mendapatkan kekuatan kami kembali. Dan karena kami butuh bantuan kalian makhluk Terarya, maka kami memberikan sebuah tawaran."     

"Ho~ tawaran seperti apa memangnya yang bisa membuat kami lebih memihak ke sisi Demon?"     

Mendengar itu, Amoureus semakin gencar mendekati Sigurd. Dirinya mensekatkan bibirnya ke telinga Sigurd dan menjawab, "Tentu saja, ke-ku-a-tan."     

Sesaat sebuah sengiran muncul pada wajah Sigurd. Dirinya pun perlahan mendorong Amoureus dan berkata, "Kalau begitu, lebih baik kita pergi ke tempat yang lebih cocok untuk mengobrol."     

"Ah, baik. Dan kalau bisa, aku akan lebih senang jika kita bisa sedikit bersenang-senang."     

"Tentu, akan juga cukup tertarik denganmu."     

Mereka pun pergi ke suatu ruangan, dengan Amoreus yang menggandeng tangan Sigurd. Dan keduanya sama-sama menunjukkan wajah yang dipenuhi hasrat.     

.     

.     

.     

.     

Masih di tempat yang sama, kali ini player lain dengan tampang serius dan meyakinkan, ia memasuki ruangan Sigurd.     

Tok! Tok!     

"Masuklah."     

"Maaf mengganggu Sigurd."     

"Oh~ Sekke, ada apa?"     

Memasuki ruangan, dapat dilihat kalau Sigurd sendirian di dalam, dengan telanjang dada ia duduk bersandar di atas sofa.     

"Apa kau yakin dengan keputusanmu dengan Demon itu? Dilihat dari tittle miliknya, wanita itu pasti bukan Demon sembarangan."     

"Tentu aku yakin, memangnya pernah kah aku ragu dengan keputusanku? Hal seperti itu hanya untuk mereka yang pengecut."     

"Tapi, bagaimana dengan pendapat anggota yang lain?"     

"Kau tidak perlu khawatir. Sejak awal semua anggota kita memasuki guild ini dengan keyakinan yang sama bukan? Mereka hanya mengejar kekuatan, kekuasaan, dan uang. Hanya itu dan tidak lebih, kita berbeda dengan guild lain yang menjunjung kekeluargaan, kita tidak butuh hal yang seperti itu. Semua orang di sini saling menjatuhkan satu sama lain untuk dapat menuju ke puncak. Seharusnya kau paham itu."     

"Yah, aku paham."     

"Dan satu hal lagi Sekke, ada hal lain yang harus kau ketahui tentang Kerajaan yang kita tempati saat ini. Sebelumnya Demon itu memberitahuku kalau ...."     

Mendengar itu semua, tidak kuasa menahan keterkejutan, ekspresi Sekke menjadi kacau balau. Di terlihat kalau ingin menyangkal hal tersebut, namun melihat ekspresi ketuanya yang tidak main-main, dirinya hanya bisa menerima kenyataan.     

"Kau ... apa itu semua dapat dipercaya?"     

"Ya, aku sendiri sudah mengirim Ezio dan dia sendiri juga sudah memastikannya."     

"Jika ketua regu Silver Claws sendiri yang memastikan, maka aku tidak akan bisa menyangkal."     

"Kau benar, aku sendiri juga awalnya tidak menyangka, kalau keyakinan yang dianut oleh hampir seluruh makhluk di benua ini sudah tercemar bagian dalamnya."     

"Lalu, bagimana tindakan kita selanjutnya?"     

"Hmm ... panggil semua ketua regu. Aku akan melaksanakan rapat tentang penaklukan Miseryland."     

"Baiklah, akan kulaksanakan."     

....     

Silver Dragon, guild yang membangun pengaruh mereka di Ibu Kota Kerajaan Spade ini sudah banyak dikenal sebagai salah satu deretan Guild High Class. Mereka bahkan akhir-akhir ini berhasil membuat hubungan dengan keluarga kerajaan setempat, dan bangsawan terkemuka yang ada.     

Bisa dibilang, hal tersebut merupakan prestasi yang luar biasa. Membangun hububgab secara langsung dengan kerajaan, bisa dianggap juga mendapatkan dukungan langsung dari mereka. Dan itu juga berarti kalau kemampuan Silver Dragon diakui dan nama mereka juga dijunjung.     

Selain keluarga kerajaan, di Kerajaan Spade juga ada kubu lain yang memiliki pengaruh hampir sama besarnya. Yaitu Gereja Fanes, sesuai namanya mereka menyembah dewa pencipta, Fanes. Di Kerajaan Spade, berdirilah katedral utama mereka, yabg juga tersebar di kerajaan atau kota lain.     

Mereka sangat berpengaruh karena memiliki pengikut hampir di seluruh benua. Silver Dragon memang belum cukup dekat dengan mereka namun ketua mereka, Sigurd mengetahui sisi lain dari gereja ini, kalau terdapat suatu campur tangan pihak lain di sisi yang lebih dalam mereka.     

....     

»Nameless Party Headquarters«     

Di hari yang damai bagi party dengan anggota tiga player ini. Seusai perbincangan dengan masing-masing Dewa pendukung mereka, suasan kembali lagi ke markas mereka kembali. Di sini mereka mulai membicarakan rencana tentang apa yang akan mereka lakukan kedepannya.     

"Jadi, apa kita akan melakukan apa yang mereka minta?" Obrolan diawali dengan pertanyaan dari Zen.     

Lalu Luck pun menanggapi, "Minta? Lebih tepatnya mereka manyarankan satu-satunya jalan yang tersedia untuk kita."     

"Y-Yah, itu memang benar. Semenjak kita memasuki kubu netral, di mata sistem reputation kita otomatis turun ke angka 50%. Untuk pergi ke sisi Good atau Evil pun hanya akan membuang-buang waktu. Raven, bagaimana menurutmu?"     

"Tentu aku akan mengikuti keputusan kalian."     

"Hah~ sudah kuduha itu akan menjadi jawabanmu." Zen hanya bis geleng-geleng sambil menghela napas.     

"Ngomong-ngomong Zen, apa yang akan kita lakukan dengan informasi yang diberikan Tahanos sebelumnya?" tanya Luck.     

"...."     

Informasi yang didapatkan mereka sari Thanatos, merupakan hal tentang bagaiamana para Demon dan Undead bisa mencapai Terarya.     

.....     

"Baiklah, aku ingin bertanya juga kalau begitu. Thanatos, bagaimana para Demon dan Undead bisa sampai ke Terarya?"     

Kembali lagi ke waktu di maba Zen bertanya secara langsung ke Thanatos.     

"Sebelumnya kau pernah bercerita, kalau mereka sudah tidak akan memasuki Terarya karean tidak ada jalan yang tersisa. Lalu kenapa sekarang mereka bisa muncul lagi?" Lanjut Zen bertanya.     

"Aku memang bilang kalau mereka tidak akan memasuki Terarya, tapi bukan berarti mereka tidak bisa. Aku melarang keras mereka memasuki Terarya jika cara yang mereka gunakan dengan merusak Underworld. Namun, jika mereka punya cara lain dan itu tidak merugikanku, maka aku akan membiarkan mereka. Di Evilwar pertama, alasan aku menghentikan mereka juga sebenarnya karena mereka memaksa membuat lubang di Underwolrd, sekarang sudah ada satu yang permanen, dan aku tidak ingin ada yang kedua. Lalu, jika kau ingin tahu cara mereka memasuki Terarya, maka akan kujelaskan ...."     

Di sini penjelasan tata cara Demon dan Undead ketika memasuki Terarya dimulai. Kedua kubu memiliki cara mereka sendiri dan itu berbeda satu sama lain.     

Untuk Demon, mereka memanfaatkan pemuja mereka untuk menggunakan black magic tingkat tinggi. Dan black magic itu berperan sebagai penghubung antara Terarya dan Netherland.     

Tentu black magic itu sendiri tidak gratis, membutuhkan kekuatan sihir yang sangt besar untuk melakukannya. Dan selain itu, mereka juga perlu seseorang untuk melakukan kontrak dengan Demon itu. Semakin tinggi tingkat Demon, maka semakin banyak pula energi sihir yang harus dimiliki orang yang melakukan kontrak.     

Lalu untu para Undead, cara untuk memanggil mereka lebih simpel dan cepat, yaitu menggunakan pengorbanan. Namun untuk Undead persyaratannya akan sedikit berbeda, merrka memerlukan daya hidup sebagai bayaran pemanggilan. Jadi semakin tinggi tingkat Undead yang ingin di panggil, maka semakin besar pula jumlah pengorbanan yang dibutuhkan untuk memenuhi ketentuan besar daya hidup yang dibutuhkan.     

....     

"Huh, bahkan Erebus dan Deus tidak berekasi, atau mengatakan apapun setelah itu. Mereka mengklaim diri mereka netral juga bukan candaan," ucap Zen yang lagi-lagi menghela napas.     

"Tunggu, jika mereka netral. Bukankah pasti ada dua pihak yang lain? Kalau para Dewa yang baik pasti sudah ada sejak lama. Namun, Dewa jahat, bukankah itu hal terburuk yang bisa dibayangkan?"     

Dan seperti itulah, keduanya baik Zen dan Luck tertimpa banyak tekanan. Raven pun mencoba menenangkan suasana dengan membuatkan sesuatu di dapur.     

"Luck, akhir-akhir ini aku memeriksa forum diskusi kalau mereka sedang membicarakan penyebab kemunculan Demon dan Undead yang berlebihan."     

"Ya, aku juga tahu. Walaupun aku tidak banyak melihat nama petinggi guild-guild besar, aku yakin kalau tim intelejen mereka pasti sudah tersebar. Dan mereka saat ini sedang mencari solusi menghentikan kedatangan Demon dan Undead."     

"Dan setelah mendengarkan cerita Thanatos, bukankah sudah jelas penyebab kemunculan Demon dan Undead itu berkat pemuja mereka?"     

"Eh! Kau benar, bukankah akan lebih cepat jika para pemuja itu diberantas?"     

Sesaat Luck dan Zen memikirkan hal yang sama, yaitu memberi hal yang mereka bicarakan pada para guild yang ingin mengatasi Demon dan Undead. Namun Zen juga memikirkan hal lain, hal itu tentang menjual informasi ini. Jika memang sangat berharga, kenapa harus diberikan secara gratis kalau bisa untuk mendapatkan keuntungan di baliknya.     

"Zen, aku tahu apa yang kau pikirkan. Tapi kau tidak ingin membuat perselisihan dengan seluruh guild high class bukan?     

"Ayolah, bukankah itu menarik? Oke, singkirkan hal itu untuk sekarang. Kita bahas saja jika di waktu yabg tepat."     

"Huh ... setidaknya dia masih menunda itu," batin Luck.     

"Ada yang ingin kutanyakan, bukankah senjata Soul seharusnya punya Weapon Will? Lalu kenapa ini tidak punya?"     

Mendengar itu lagi-lagi Luck diam tertunduk tenggelam dalam pikirannya. "Entahlah Zen, mungkin levelmu masih belum cukup untuk mendapatkannya? Kau tahu bukan, senjata tingkat Soul selalu menyesuaikan penggunanya."     

"Hmm ... begitu kah, yah tidak ada pilihan lain selain bersabar sepertinya."     

Raven pun tiba dengan kedua tangannya yang sedang memegang nampan. Dan di atasnya terdapat sebuah set alat minum teh dan beberapa camilan.     

"Aku membuatkan kalian teh hijau agar kalian bisa sedikit lebih tenang, dan ini juga ada beberapa camilan."     

"Oh~ seperti biasa, tanganmu memang terampil huh," ucap Luck memuji.     

Dan Zen sudah mengambil bagiannya dengan cekatan.     

"Apa kalian sudah memutuskan akan ke mana selanjutnya?" tanya Raven.     

"Belum, tapi aku ada satu tempat yang bagus untuk kita leveling, dan melakukan sesuatu yang sudah lama tertunda," jawab Zen.     

Luck sesaat menoleh ke arah Zen dan pandangan mata mereka bertemu.     

"Aku akan bertanya padanya terlebih dahulu," celetuk Luck, yang kemudian membuka daftar temannya.     

"Hehe, baguslah. Raven, kita akan pergi ke salah satu Nest of Seven Great Sins yang terdekat dengan tempat kita sekarang."     

"Jangan-jangan tempat itu ....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.