Adventure World

Lv. 151 - Rastoria Ruins



Lv. 151 - Rastoria Ruins

0»Dreadful Forest, Heart Kingdom«     
0

Dreadful Forest, merupakan hutan berbahaya yang menghububgkan antara pulau Kerajaan Heary dan Kerajaan Diamon. Dan jika dilihat dari jalan masuk hutan ini, akan ada sebuah pegunungan yang bersebelahan dengan laut jika terus menuju barat.     

Dan tepat di bagian pangkal bebatuan gunung tersebut, terdapat sebuah gua dengan ukuran yang sangat besar dengan jalan masuk yang membelakangi laut. Lalu penduduk di sekitar sering menyebutnya ....     

»Dark Hollow Cavern«     

Dan saat ini, seseorang dengan penampilan pemu akan bulu burung hitam di punggungnya berdiri tepat di depan gua tersebut.     

"Tomb of Monarch, seharusnya aku dapat menemukannya setelah memasuki gua ini," gumam Raven yang berdiri di depan sebuah jalan masuk gua.     

Raven pun melanjutkan langkahnya dengn berjalan lurus memasuki gua tersebut. Setiap langkah ia lakukan, semakin gelap lingkungan di sekitarnya, semakin gelap sampai tidak ada yang terlihat.     

Raven masih bisa merasakan jalan bebatuan yang ia pijaki, menggunakan bantuan tongkatnya ia memeriksa jalanan yang ada di depannya, apakah masih ada jalan atau ada kemungkinan tiba-tiba muncul sebuah celah.     

"Ini semakin gelap, dan hawanya juga semakin lembap. Aku juga bisa merasakan kalau jalan yang kulewati semakin turun ke bawah. Oh!!"     

Raven sesaat tersentak dan menghentikan langkahnya, dari kejauhan ia melihat sebuah celah cahaya berwarna gradien ungu kehijauan. Ketika Raven yelah sampai di jarak paling dekat, ternyata sebuah reruntuhan batu menghalangi jalannya.     

"Tidak ada pilihan lain," gumamnya.     

[Rise]     

Seekor makhluk dengan penampilam layaknya kera setinggi empat meter dan memiliki sspuluh ekor muncul dari dalam bayangan Raven.     

"Megicula, hancurkan!" ucap perintah Raven.     

Duarkt!     

Dengan hantaman ekor miliknya, Megicula berhasil menghancurkan reruntuhan batu ya g menghalangi jalan Raven. Dan cahaya yang sebelumnya melewati celah pun terlihat dengan jelas.     

Raven cukup takjub dengan apa yang ia lihat sekarang. Ternyata gua yang ia lewati sejauh ini telah menuntunnya menuju sebuah tempat yang mirip dengan kota bawah tanah.     

"Tunggu, ini lebih mirip seperti reruntuhan sebuah Kerajaan, dari pada di sebut sebuah kota."     

Alasan Raven mengatakan hal tersebut, karen ia melihat sebuah reruntuhan kastil, dan bangunan lain yang terlihat mewah di sekitarnya. Lalu, di dinding, langit-langit dan bagian bagian bawah, terdapat tumpukan bebatuan lancip yang tersebar secara merata.     

Dari pada dj sebut batu, akan lebuh bagus di sebut sebagai kristal. Kristal dengan warna gradien hijau keunguan tersebut meruapakan sumber cahaya dari tempat bawah tanah ini.     

»Rastoria Ruins«     

"Rastoria kah ... aku seperti pernah mendengarnya– ah! Tempat ini merupakan bekas kerajaan. Lebih tepatnya, kerajaan milik para Dark Elf. Wow, aku tidak menyangka bahkan tempat ras ini harus benar-benar berkebalikan dengan tempat para Elf. Baik lokasi, keadaan, dan juga kondisinya."     

Bagi Raven yang merupakan player dengan ras Dark Elf, mengunjungi tempat ini merupakan sebuah pengalaman yang sedikit unik.     

Kebenaran dari player Dark Elf, ketika mereka selesai membuat avatar, tujuan pertama mereka bukanlah sebuab kota, melainkan desa. Dark Elf yang telah kehilangan tempat asal mereka, telah berpencar dan membuat tempat di mana-mana. Bahkan karena ini, Dark Elf sudah dianggap sebagai ras langka selama beberapa puluh tahun.     

Seperti yang diketahui sekarang, Reruntuhan Rastoria, merupakan tanah yang dikenal sebagai bekas dari Kerajaan Dark Elf, yang telah runtuh paska Evilwar.     

Alasan dari runtuhnya kerajaan ini yang sebenarnya masih belum diketahui dengan pasti, semenjak Dark Elf diduga merupakan pemuja dari Undead King.     

Dugaan pertama kehancuran mereka adalah disebabkan oleh upacara pemanggilan Undead King itu sendiri. Pemanggilan itu dikatakan berkhir dengan berubahnya Kerajaan ini menjadi lautan darah.     

Raven saat ini tidak tahu harus ke arah mana, tetapi ia hanya mengandalkan instingnya saja. Beberapa kali ia juga melihat penampakan nakhluk berwarna putih transparan berterbangan di sekelilingnya.     

Tentunya ia berusaha mengabaikannya sebisa mungkin, sebab akan buruk jadinya jika makhluk yang mirip hantu tersebut menjadi agresif jika diganggu.     

"Dan untungnya mereka tidak agresif. Dari pada hanya sekedar mengelilingiku, aku merasa kalau mereka sedang memberitahu sesuatu."     

Raven merasakan kalu beberapa dari mereka mencoba menyentuhnya dan memberikan sebuah isyarat dengan gerakan mereka.     

"Mereka semua bergerak ke satu arah. Mungkin aku harus mengikuti mereka, aku sendiri penasaran apa yang berada di arah yang mereka tuju sekarang."     

Sesuai ucapannya, Raven pun berjalan mengikuti mereka. Dan setelah lama berjalan, Raven berakhir sampai di area yang sangat dalam dari tempat bawah tanah ini.     

"Sebuah ... kuil?"     

Raven dapat melihat sebuah bangunan yang dibangun dengan bebatuan hitam dan masih berdiri kokoh, seakan-akan masih belum tersentuh oleh siapa-siapa.     

"Tempat ini seperti gereja yang ada di tiap-tiap kota, hanya saja ... aura yang dipancarakan lebih terasa penuh akan energu kematian, dari pada energi kehidupan. Sangat pekat, dan membuat sesak. Jika bukan karena classku, mungkin aku akan runtuh terlebih dahulu."     

Sesaat Raven menghela napasnya, ia sedikit lebih lama melihat-lihat ulang beberapa sisi dari bangunan tersebut. Raven juga memeriksa apkah bangunan itu memang masih benar-benar kokoh,atau hanya sekedar jebakan.     

"Baiklah, semuanya aman."     

Satu langkah Raven lakukan, dan bukannya langkah miliknya menyentuh tangga yang menuju jalan masuk bangunan tersebut, ia malah berakhir melewati sebuah portal hitam dan pergi ke tempat lain.     

"Huh?"     

Raven terlihat sesikit terkejut, dan itu terlihat jelas di wajahnya. Ia bingung harus berkata apa, apalagi jalan masuk portal yang sebelumnya ada di belakangnya telah menghilang.     

"Huh, sepertinya aku akan terlibat dalam hal yang akan sedikit merepotkan," gumam Raven.     

Sesaat, Raven mulai mengalihkan perhatiannya ke arah lain, dan kurang dari sedetik sebuah meja sudah ada di depannya beeserta kursi yang menghadap ke dirinya.     

Bahkan ketika ia melihat ke bawahnya, sebuah kursi juga muncul dan sip diduduki oleh dirinya sendiri. Tentunya Raven langsung menggunakannya, dan mencoba membuat dirinya senyaman mungkin.     

Lalu, ketila perhatiannya kembaki lurus kw depan, seseorang telah memenuhi kursi ya g berada di hadapan Raven.     

"Thanatos?"     

•Thanatos•     

{God of Death}     

"Bagaimana kabarmu, Luck?"     

Raven pun hanya bisa menghela napas, dan mulai menangapi Thanatos."     

"Baik, lalu bagaimana denganmu?" balas Raven.     

"Yah, seperti yang kau lihat, aku juga sangat baik-baik saja."     

"Lalu, apa lasanmu memanggilku ke sini?"     

"Aku melihatmu yang telah menemukan Tomb of Monarch. Apa kau ingin langsung memasukinya?"     

"Benar, lagi pula bukankah itu hal yang kau ingin aku lakukan sejal awal?     

"Benar, tapi kekuatanmu yang sekarang masih belum cukup."     

"Belum cukup kah ... lalu, bagaimana kalau mengambil queat ini?"     

»Class Quest: The Abyss«     

Temukan jati dirimu, di kedalaman dasar Abyss.     

- Tingkat kesulitan: ???     

- Batas waktu: -     

- Syarat: Level 75+     

- Hadiah: ???     

- Konsekuensi: -     

"Hmm ... cukup mengejutkan, kukira akan sedikit muncul lebih lama"? gumam Raven.     

"Ini adalah tes terakhir. Jadi aku ingin kau melakukannya dengan baik. Dan jngan khawatir, kali ini bukam pertarungan, melainkan kamu akan melawan mentalmu secarang langsung." ucap Thanatos.     

"Benarkah?"     

"Ya, dan aku ingin kau memulainya sekarang."     

"Baiklah ..."     

[ Apa anda akan menerima quest? ]     

"Ya," jawab Raven.     

"Kudoakan keberhasilanmu," ucap Thanatos yang kemudian menghilang.     

Dan Raven, ia sendiri juga kehilangan kesadarannya.     

"A-Aku ... tidak menduga in–"     

.....     

»Nameless Party Headquarters«     

"Huh, Luck tidak bisa log in karena ada masalah. Raven juga memutuskan untuk menyelesaikan bagainnya sendirian. Lalu ... aku tertinggal tanpa tahu apa yang harus kulakukan," ucap Zen yang berdiam diri di tepi danau.     

Menikmati pemandangan danau sendirian, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.     

[Main Quest]     

- Tier : World     

- Type : Party [Nameless]     

- Category : Neutral     

- Progress : 33,4%     

- Quest Detail :     

[1] Revive The Seven Demons     

Kumpulkan tujuh jantung dari mantan Tujuh Iblis Dosa Besar dari masa lampau yang saat ini tersegel, dapat ditemukan di Sarang Tujuh Dosa Besar. Dan sebagai pewaris kemampuan Deus Ex Machina, player [Luck] diharapkan dapat menyempurnakan cetak biru No. 777 yang telah dibuat Deus pada masa lalu, dan menggunakan ketujuh jantung iblis pada mahakarya tersebut.     

[2] Concuer The Undead General     

Sama halnya dengan ketujuh iblis dosa besar yang ada di masa lampau. Para Jendaral Undead yang telah dikalahlan oleh pahlawan, jiwanya tah disegel di Tomb of Monarch. Player [Raven] yang menguasai pengendalian jiwa dan elemen abyssal, diharapkan dapat mengumpulkan seluruh kepingan jiwa dan menaklukannya.     

[3] Absorb The Kings     

Sebagai Revenant [Zen] jadilah lebih kuat dengan menyerap sisa kekuatan Demon King dan Undead King sebelumnya, yang telah di segel oleh para Pahlawan di Terarya.     

[4] Be Invincible     

Tiga player yang telah menjadi Apostle dari Dewa netral, diharapakan untuk menjadi karakter yang netral pula. Lakukan apapun yang kalian inginkan, dengan syarat tak terkalahkan. Kalian bebas memilih untuk menjadi Pahlawan terhebat dalam sejarah, atau menjadi Penghancur yang membuat bencana di setiap tempat mereka berpijak. Pilihlah dengan bijaksana, sebab jalan yang akan kalian pilih, akan memperngaruhi seluruh nasib yang saling terhubung benang takdir.     

"Aku ingin menyelesaikan bagianku juga tapi ... sepertinya mustahil jika aku melakukannya sendirian. Aku butuh bantuan mereka bertiga," batin Zen sambil melamun menatap danau.     

"Zen!"     

Tiba-tiba mendengar namanya terpanggil, Zen yang duduk bersantai di tepi danau terkejut tidak main, dan hampir melompat ke dalam danau.     

"Celyn?"     

"Yup, hehe ... apa aku mengagetkanmu? Kalau begitu aku minta maaf," ucap Celyn dengan kedua telapak tangan yang disatukan.     

"Tidak, ini bukan masalah besar, aku juga tidak apa-apa. Yang lebih penting lagi, bagaimana kau bisa ada di sini? Siapa yang memberita– jangan bilang Ai yang memberitahumu?"     

"Benar sekali! Ai-chan yang memberitahuku."     

"Oh ... begitukah."     

"Boleh aku duduk di sampingmu?"     

"Tentu!"     

"Kalau begitu ... permisi."     

Celyn pun berakhir duduk bersebelahan dengan Zen menghadap ke arah danau. Obrolan di antara mereka tiba-tiba terhenti ketika Celyn duduk, sebab sebuah hembusan angin tiba-tiba menerjang mereka dengan lembut.     

Celyn tentu sangat menikmatinya, lalu Zen juga dapat meluhat sosok gadis dengan ekspresi yang ceria dan rambut hitam berkilau yang terurai, dan manik mata keunguan yang memantulkan sinar matahari yang menerpanya.     

"Sudah kuduga, Cecil memang cantik. Bahkan jika warna rambut dan matanya di ubah, akan terlihat cocok untuknya," batin Zen.     

"Zen ... Zen!"     

"Ah, Ya?"     

"Kamu melamun sambil melihatku, apa aku semenarik itu?" ucap Celyn dengan kepala yang tersandar di kedua lututnya. Ia menatap Zen dengan lirikan yang menggoda saat ini.     

"Yah, kurasa penampilanmu yang ini cukup menyegarkan."     

"Menyegarkan? Pft– benar-benar cara yang aneh untuk memuji."     

"Benarkah? Kukira itu memang cocok untuk mendeskripsikanmu, sebab tampilanmu yang ini lumayan nyaman untuk dilihat.     

"Lumayan kah ...," gumam Celyn, kemudian ia hanya memberikan sebuah senyuman pada Zen, dan Zen hanya bisa menanggapi senyuman itu dengan ekspresi kebingungan dan kepala yang sedikit dimiringkan.     

"Zen, apa kamu saat ini sedang dekat dengan seseorang? Maksudku, seorang wanita."     

"Hmm ... kurasa tidak, aku tidak punya waktu untuk hal seperti itu saat ini. Memangnya kenapa?"     

Zen merasa aneh dengan pertanyaan Celyn, bahkn ia juga semakin keheranan sebab ekspresi Celyn yang tiba-tiba menunjukkan sebuah keterkejutan.     

Gadis itu kemudian, membalik kepalanya yang sebelumnya tersandar di lutut sambil menghadap ke arah Zen, dan sekarang sudah menghadap ke arah sebaliknya.     

"Jadi ... aku benar-benar punya kesempatan?" batin Celyn kegirangan, saking malunya ia karena tidak bisa mengendalikan ekspresinya, Celyn bahkan tidak bisa menatap Zen secara langsung.     

"Celyn? Ada apa?"     

"Ah! Tidak kok, tidak ada apa-apa. Hanya saja mataku tiba-tiba kemasukan debu."     

"Perlu kubantu?"     

"T-Tidak, tidak perlu."     

"Baiklah." Zen sendiri merasa ada yang aneh pada Celyn. Namun ia nenilih untuk tidak bertanya, dan tidak terlalu ikut campur.     

Seperti itulah perkiraan Zen, namun kenyataannya Celyn saat ini sedang memajang ekspresi gembiranya, yang bahkan tidak tetkendali oleh dirinya sendiri.     

Zen tiba-tiba merasa kalau area di sekitarnya menggelap. Lalu ketika dirinya melihat ke atas langit, awan hitam perlahan menggumpal dan rintikan air juga mulai berjatuhan.     

"Celyn! Ayo masuk! Hujan akan segera turun."     

"Eh? Ah! Baiklah Zen."     

Dan seperti itulah, bagaimana mereka berdua berakhir berduaan di dalam markas Party Nameless     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.