Adventure World

Lv. 76 - Swordsmanship [1]



Lv. 76 - Swordsmanship [1]

0"Baiklah, pertama-tama lakukan 1000 ayunan pedang."     
0

"Hah?!"     

"Apa kau tidak sanggup?"     

Sial, sepertinya aku salah mengira sesuatu. Kupikir orang bernama V ini punya sifat yang lembut. Jangan bilang kalau dia ini iblis berpenampilan malaikat.     

"Bukan, bukan berarti aku tidak sanggup. Tapi apa aku memang harus melakukan itu?"     

"Tentu, kau ingin belajar Limitless Swordsmanship bukan? Kalu begitu ini adalah langkah pertama. Dan jika kau merasa tidak sanggup, pergilah saja." Dengan suara yang lembut ia memberikan tatapan tajam, aku bisa merasakan sebuah intimidasi darinya.     

"Baiklah, akan kulakukan."     

"Bagus, gunakan pedang kayu itu."     

Aku pun pergi memgambil pedang kayu yang ia tunjukkan. Yah, pada akhirnya si V itu duduk di atas sebuah batu dsn terlihat seperti melakukan sebuah meditasi.     

[ Jumlah ayunan yang dilakukan 0/1000 ]     

Baiklah, waktunya bekerja keras. Seharusnya dengan STRku saat ini, stamina yang kumilili cukup tinggi. Jadi aku harus bisa melakukan ini secepat mungkin. Lagipula aku juga telah menggunakan semua point statsku.     

....     

"Tiga ratus tiga puluh tiga ...."     

[ Jumlah ayunan yang dilakukan 333/1000 ]     

Kltak!!     

Pedangku terjatuh, telapak tangan ino sudah tidak sanggup lagi memegang pedang. Tubuhku terasa pusing, ini aneh ... ini hanya game kan? Sepertinya aku melewati batas.     

Bug!!     

Seketika tubuhku ambruk, aku mengantuk. Tubuhku berat, dan aku merasa tidak ingin melakukan apapun.     

"Hah?!"     

Tiba-tiba aku terbangun, itu semua karena aku merasakan tetesan air yang membanjiri wajahku secara tiba-tiba. Dan ternyata itu adalah ulah V. Terlihat kalau salah satu tangannya membawa sebuah botol labu.     

"Ketahuilah batasanmu. Bukankah aku tidak menyuruhmu melakukannya dengan cepat? Jangan terburu-buru, kesabaran juga merupakan salah satu dasar untuk mempelajari aliran pedang ini. Ulangi lagi, kali ini lakukan dengan benar."     

[ Jumlah ayunan yang dilakukan 0/1000 ]     

Hah? Yang benar saja. Aku harus mengulanginya? "Setidaknya beri tahu aku cara melakukannya dengan benar!!" teriakku.     

Ia kemudian berbalik lagi menghadap ke arahku, dan berkata. "Kenali dirimu sendiri, rasakan sensasindari setiap ayunan. Dan perbaiki cara berbapasmu, itu aalah satu kuncinya." Setelah itu ia pergi meninggalkan tempat, dan melanjutkan meditasinya.     

"Pernapasan huh ...."     

Baiklah, aku memulainya sekali lagi. Kali ini aku harus melakukannya dengan benar. Rasakan sensasi dari tiap ayunan ... lalu atur pernapasan.     

Tarik ... hembuskan ... tenang, ketenangan huh ... aku bia merasakannya sekarang. Tiap ayunan memiliki tempo, ketika pedang terangkat, ketika pedang mengalami proses turun, dan ketika kembali lagi ke posisi awal. Semua itu memilili tempo yang berbeda.     

....     

"Latih anak ini."     

"Huh?!"     

.     

.     

Memiliki potensi, itulah yang dikatakan dewa kematian. Awalnya aku, V menjalani kehidupanku di Meadows dengan normal. Sampai tiba-tiba dewa kematian mendatangiku secara pribadi dengan tiba-tiba.     

Awalnya aku berpikir, apakah aku akan diusir dari Meadows? Atau hal lain akan terjadi? Namun siapa sangka akan jadi seperti ini.     

Aku, V telah mendapatkan kematian yanh sempurna dengan menghadapi tantangan jutaan orang sekaligus. Dengan imu pedang orisinilku, tidak ada yang tidak bisa kukalahkan di dunia.     

Karena itu aku menolak reinkarnasi, walaupun semua jiwa menginginkannya. Bagiku hidup di dunia yang fana itu sudah tidak memiliki arti, semua tujuanku sudah kudapatkan.     

"Tapi ... mendapatkan murid seperti ini tidak buruk juga."     

Seperti yang dikatakan dewa kematian, anak ini punya potensi besar, atau hampir tidak terbatas. Jika ia berhasil menguasai seluruh hal yang kukuasai, akan jadi monster seperti apa dirinya nanti ....     

....     

"Se–ribu ... hah ... hah ... hah ...."     

[ Jumlah ayunan yang dilakukan 1000/1000 ]     

Akhirnya aku menyelesaikan ini, aku terduduk di atas tanah seketika. Ini adalah hal paling melelahkan yang pernah kulakukan ketika di dalam game.     

"Hei! Kemarilah!"     

Aku mendengar suara teriakan dari kejauhan. Itu adalah suara Master V. Aku pun berusaha berdiri dan pergi ke tempatnya. Ia menungguku dengan sabar di depan pintu rumahnya.     

Ketika aku sampai, ia membantuku berdiri dan membawaku masuk. Di dalam, terdapat sebuah meja dengan kumpulan makanan hangat di dalamnya.     

"Masih ada hal lain yang harus kau pelajari setelah ini. Jadi makanlah dan pulihkan dirimu."     

"Terima kasih, Master."     

Baiklah, kalau kupikir-pikir dia memang orang yang baik.     

....     

Setelah melakukan sedikit istirahat untuk sementara, tubuhku pulih dengan sangat baik. Makanannya benar-benar enak.     

"Baiklah, bersiaplah untuk latihan selanjutnya."     

"Apa yang akan kulakukan kali ini?"     

Master V tidak menjawab. Namun satu hal yang aneh, ia memasang sebuah kuda-kuda. "Aku akan menjadi lawanmu kali ini," ucapnya.     

Oi oi oi, yang benar saja. Sebelumnya aku sudah melakukan hal yang cukup gila. Dan sekarang, hal yang lebih gila harus kulakukan.     

Master V tidak membawa senjata, ia hanya menggunakan tangan kosong. Ini terlihat kalau dia ingin memberiku sebuah keuntungan, atau mungkin tidak. Yang pasti adalah, aku merasa ini akan sulit.     

"Kau hanya perlu mendaratkan tiga serangan ke tubuhku. Dan kau berhasil."     

"Baiklah."     

[ Berikan serangan pada V 0/3 ]     

Aku pun juga mulai bersiap dengan memasuki mode bertarung. Tapi–     

Bugh!!     

Sial, aku berhasil terpukul. Tanpa jed, tanpa suara, dan tanpa tanda. Ia tiba-tiba di depanku dan memukul perutku.     

Aku pun mencoba membalas dengan melayangkan pedang, namun ia dengan mudah membelokkan arah seranganku.     

"Sepertinya, inj tidak ada bedanya menghadapi seorang Boss."     

....     

Zen dan V mulai menjaga jarak. Zen sekali lagi maju untuk menyerang. Dengan keadaan pedang yang tersarungkan di pinggang ia berlari kedepan.     

Saag Zen melakukan tebassn, V berhasil menghindar. Namun sayang sekali tangan yang melakuakn tebasan itu tidak membawa pedang.     

V terjatuh dengan mudah pada suatu perangkap. Zen yang menyadari kalau ininadalah sebuah kesempatan, ia menggunakan tangan kirinya untuk menarik pedang den melakukan tebasan. V sekali lagi berhasil menghindar. Namun itu juga masih belum akhir dari serangan Zen.     

"Aku tidak biaa menggunakan sihir, andai saja Cursed Thorn dapat digunakan. Namun ... masih ada cara lain."     

Zen memberikan serangan pada tubuh V menggunakan salah satu kakinya. Dan itu berhasil.     

[ Berikan serangan pada V 1/3 ]     

"Tidak buruk, tapi ini masih akan terus berlanjut."     

Kali ini V mempercepat gerakannya, gerakan tangan, gerakan kaki, semua itu digabungkan menjadi satu. Beberapa serangan tidak bisa dihindari oleh Zen, dan itu memberinya waktu yang berat.     

"Baiklah, bagaimana dengan mencoba ini ...."     

V menggerakan tangannya yang ia bentuk menjadi pipih. Dan ketika serangan itu berhasip mengenai tubuh Zen, saat itu sebuah luka dalam muncul oada tubuh Zen.     

"Gerakan tangan itu ... terlihat ssperti ia sedang menggunakan pedang," gumam Zen.     

"Apa kau sudah mulai lelah?" tanya V.     

"Tentu tidak," jawab Zen dengan semangat.     

Zen sekali lagi maju, kali ini dengan posisi pedang sedang menusuk. Serangan seperti itu cukup mudah ditangkis. Namun, Zen sudah menyadarinya.     

Ketika Zen melakukan sebuah tusukan, ia melepaskan pedangnya dan membiarkannpa meluncur sendiri dengan V sebagai targetnya.     

V tentu berhasil menangkis serangan itu. Tapi Zen sejali lagi berulah. Ia melaju ke arah V dan melayanhkan sebuah tinju, tentu V tahu itu, namun siapa yang menyangka kalau posisi tangan Zen yang siap memukul hanyalah samaran.     

Ketika Zen berhasil mendekat ke V, ia mengganti serangannya dengan sebuah tendangan. Dan dengan itu sebuah tendangan meluncur ke tulang kering V berhasil di lakukan.     

[ Berikan serangan pada V 2/3 ]     

"Kau lagi-lagi bermain sebuah tipuan huh ... kalau begitu aku akan mencoba dengan sedikit serius."     

V tiba-tiba menghilang, dan ketika ia muncul dirinya sudah ada di samping Zen dan melayangkan sebuah pukulan ke wajah Zen. Zen berusaha melakukan serangan balik dengan menebaskan pedang.     

Namun V berhasio menghilang terlebih dahulu dan memberikan serangan yang lain. Saat utu tubuh Zen benar-benar menjadi samsak hidup.     

Zen berusaha untuk tetap tenang. Ia mulai terbiasa dengan serangan milik V, Zen mencoba memprediksi dari mana V akan datang.     

"Samping kiri? Kanan? Depan? Belakang? Tidak, di atas ...."     

Zen berhasil menghindar, kemudian ia ingin melanjutkan serangan dengan meraih pakaian V. V sendiri berusaha membebaskan diri, namun ia berakhir dengan Zen yang melakuakn sebuah gerakan, yaitu untuk membanting lawan.     

Bhug!!     

[ Berikan serangan pada V 3/3 ]     

"Huh? Kuakui cara-cara yang kau lakukan untuk mengalahkanku tidak biasa. Sejak awal kau tahu perbedaan kekuatan kita tapi kau masih menyerang. Lalu au sendiri sadar kalau aku tidak serius. Dan berhasil memanfaatkan semua hal itu dengan baik. Kerja bagus."     

V menepuk kepala Zen dengan pelan.     

"Terima kasih, Master."     

"Baillah, bersiaplah untuk yang selanjutnya. Ini akan lebih susah daripada yang sebelumnya."     

....     

Fyuhh, ini sangat melelahkan bertarung dengannya. Yah, dia sangat kuat, bahkan dia sempat bermain-main ketika di tengah pertarungan.     

Aku semakin sadar, kalau perbedaan kekuatan kamk sangatlah besar. Dan itu tentu tidak akan bisa kututupi dengan waktu yanh cepat.     

Baiklah, aku siap dengan latihan yang selanjutnya. Master V bilang kalau ini akan lebih susah daripada ketika melawannya. Aku benar-benar penasaran.     

Aku mengikuti Master V menuju ke suatu tempat, dan ternyata ini cukup jauh. Dan ketika dia berhenti, di depan kami terdapat sebuah air terjun yang sangat besar.     

"Lepaskan pakaianmu," ucapnya tiba-tiba.     

"Huh?"     

"Lepaskan ...."     

Tanpa menunghu jawabanku, Master V melepas pakaian atasanku dengan tiba-tiba. Selain itu dia juga menendangku ke sungai.     

"Pergi ke bawah air terjun, dan duduk di atas batu yang ada di sana!" teriaknya.     

Tentu aku melakukannya, tapi ini sangat dingin, arusnya juga cukup deras. Ketika aku mulai dudum di atas batu yang ada di bawah air terjun, aku bisa merasakan semua tekanan dari atas yang menghujaniku.     

"Ini benar-benar akan sangat berat."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.