Adventure World

Lv. 59 - Amano Itsuka



Lv. 59 - Amano Itsuka

0Hai, aku Amano Itsuki. Aku pria normal yang tinggal di prefektur Kyoto, Jepang. Yah, kuakui walaupun aku bilang normal, aku berasal dari keluarga yang cukup terpandang.     
0

Kedua orang tuaku selalu sibuk dengan bisnis mereka, dan hal itu membuat mereka jarang pulang. Walaupun begitu aku tidak menyalahkan, karena aku tahu kalau mereka juga bekerja untuk diriku, lagipula mereka sebenarnya orang tua yang penyayang. Dan karena itu, hanya aku dan para pembantu yang mengisi rumah besar ini.     

"Ugh ...."     

Bangun di pagi hari seharusnya tidak semenyiksa ini. Huh– akhir-akhir ini aku sering sekali bermain game, dan entah kenapa setelah bermain dengan Zen aku selalu lebih capek dari biasanya, seperti masalah besar selalu muncul ketika ada dia.     

"Selamat pagi Itsuki-sama."     

"Selamat pagi Kyoichi-san."     

"Apa anda ingin memakan sarapan sekarang?"     

"Nanti, ketika aku selesai olahraga bawakan ke kamarku."     

"Baik."     

Dari pukul 6 sampai 7 aku mengawali hari dengan sedikit pemanasan dan olahraga ringan, lalu dilanjut dengan sarapan. Aku tidak ingin tubuh bagus yang sudah kubentuk semasa SMA ini menghilang, jadi setidaknya aku harus rajin olahraga.     

Setelah itu aku akan memasuki Adventure Word, karena Zen berasal dari Indonesia waktu kami mengalami perbedaan selama dua jam, karena itu di pagi hari aku lebih sering bermain sendiri, kegiatanku biasanya melakukan leveling.     

Lalu ketika pukul 9 aku berhenti bermain, karena ada kelas hari ini. Aku kuliah di universitas yang cukup bergengsi, masih di prefektur yang sama, yaitu Universitas Kyoto.     

Mengambil jurusan yang berhubungan dengan binis, takdirku memang sudah ditentukan sejak lahir. Hal ini juga tidak jauh dari pengaruh keluargaku, sebagai satu-satunya anak dalam keluarga Amano, beban yang kubawa tidak ringan, karena itu selagi bisa menikmati masa muda, aku akan mencari kesenanganku sendiri.     

....     

Aku selalu pergi dengan mengendarai mobil yang memiliki supir pribadi. Terdengar menyenangkan bukan jika seperti itu, tapi aku membencinya. Bayangkan saja kau selalu menjadi perhatian publik dimanapun kau berada, aku benci itu.     

Yah, akan buruk jika aku mengatakannya terang-terangan di depan orang lain. Walaupun aku bilang sangat benci di awal, setidaknya aku masih bersyukur mendapatkan kenikmatan.     

"Halo Amano!"     

"Selamat pagi, Amano-san."     

"Hai, Amano-kun."     

"Yo!! Amano."     

"Pagi Amano!!"     

"Halo Amano-san."     

Lihatlah semua serigala berbulu domba itu. Bahkan domba sepertiku sudah bosan melihat kalian yang berpura-pura baik di depanku. Maksudku, aku tahu mereka punya maksud tersendiri bersikap baik.     

Perusahaan orang tuaku merupakan jenis perusahaan yang bergerak hampir di semua bidang. Dan bagi para mahasiswa universitas ini, perusahaan itu merupakan tempat terbaik untuk bekerja setelah lulusan.     

Mereka mungkin berpikir kalau dekat denganku akan mempermudah jalan mereka. Benar-benar naif, mereka kira dunia dewasa akan semudah itu? Benar-benar lucu sekali.     

Kelas pertama dimulai pukul 10, dan kelas terakhir akan berakhir puku 3 sore. Saat aku menyelesaikan seluruh kelasku, aku mencari seseorang, tapi ia tidak ada dimanapun aku menemukannya.     

Bahkan teman yang selalu bersamanya juga tidak bisa kutemukan. "Apa dia ada rekaman lagu? Atau konser di suatu tempat? Tapi, jika memang seperti itu seharusnya ia memberitahuku."     

Yang sedang kucari-cari adalah tunaganku, yah tunangan. Seperti yang kukatakan di awal, takdirku itu sudah ditentukan. Semuanya sudah ada pilihannya, sebenarnya aku bisa saja menolak ide penjodohan seperti ini. Namun, jika ini bisa membuat orang tuaku bahagia, aku akan melakukannya.     

Bahkan, jika kupikir-pikir ini tidak buruk juga. Sejak awal aku ini payah dengan wanita, karena itu mencari wanita yang tulus bagiku pasti akan susah. Lagipula bukan berarti melakukan penjodohan akan berakhir dengan kehidupan pernikahan yang buruk.     

Ambil kedua orang tuaku saja sebagai contoh. Mereka berdua juga awalnya dijodohkan, dan sekarang mereka berdua menjadi pasangan yang bahagia, aku bisa bersaksi sebagai anak yang mereka rawat sejak kecil.     

Karena itu, aku terkadang benci dengan orang yang menganggapku seorang anak dari keluarga kaya yang kekurangan kasih sayang, hanya karena sikapku saat di luar. Mereka pikir hidupku itu seperti plot cerita murahan? Sayangnya tidak, karena keluargaku adalah keluarga yang bahagia.     

"Huh, baiklah sepertinya aku pulanh saja." Aku pun membuka smartphone dan menelepon supir. "Kikuchi-san, jemput aku sekarang ...."     

....     

Sore hari, biasanya aku menghabiskan waktu dengan tenang. Di ruang belajar membaca buku dengan ditemani secangkir teh hitam. Terkadang aku juga mengeceki tugas-tugas kuliah.     

Bzrrt!!     

Bzrrt!!     

Mendengar smartphoneku berbuyi, aku mengalihkan perhatianku sebentar. Dan itu pesan dari kedua orang tuaku. Ini juga termasuk menjadi hal yang berada di keseharianku.     

Ibuku adalah orang yang cukup overprotektif, dia biasanya akan menelpon untuk mengobrol sebentar menanyakan tentang bagaimana hariku, tapi kali ini ia hanya mengirim pesan. Mungkin ada sesuatu yang mendesak baginya.     

Lalu dari ayah, seperti yang kuduga. Ayahku lebih seperti orang yang ketat dan tegas, ia biasa mengirim dokumen-dokumen tertentu dari perusahaan dan harus kuperiksa. Lalu aku harus menulis review dan mencari kesalahan di dalamnya. Aku tahu ini terdengar merepotkan, tapi ini juga bentuk latihan bagiku.     

"Baiklah, aku akan mengerjakan ini, seharusnya jam 11 malam nanti aku bisa log in dan bermaij bersamanya," gumamku.     

"Kyoichi-san!!"     

"Ya, Itsuki-sama. Apa ada yang anda perlukan?"     

"Aku akan memakan makan malamku nanti pukul setengah tujuh malam, jadi ingatkan dan persiapkan."     

"Baik, sesuai keinginan anda."     

....     

[ Selamat Datang di Adventure World ]     

»Mesaia Island«     

Aku sudah masuk, sekarang waktunya mencari Zen. Eh? Serius? Ketika aku ingin mengirim pesan ke Zen, aku melihat kalai statusnya sedang Offline, dan ia juga meninggalkan sebuah pesan.     

"Maaf, hari ini aku berhenti dulu. Tubuhku pegal semua," gumamku membaca pesan Zen.     

Oh, dia juga bisa lelah ternyata. Yah kemarin-kemarin dia sudah bermain cukup lama, jadi kurasa ini wajar. Zen dan Aku hanya punya sedikit waktu bermain bersama di hari-hari kerja. Jika kami ingin melakukan hal yang sedikit lebih ekstrim seperti menaklukan dungeon, sarang monster, atau sebuah event kami harus menunggu weekend.     

Di hari Sabtu dan Minggu kami biaa bermain selama yang kami mau, bahkan pernah selama satu hari kami tidak berhenti sama sekali. Mencoba mencari sesuatu untuk menghabiskan waktu, aku mengalihkan pandanganku ke segala arah.     

"Ternyata tempat ini memang sangat ramai yah, tidak heran karena ini adalah pulau yang berada di pusat map."     

Tidak menemukan apapun aku memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar. Player lalu lalang, suara orang jual beli, canda tawa dari sebuah party, semuanya kurasakan di tempat ini. Dan entah kenapa aku merasa, kalau dunia ini bahkan lebih hidup daripada dunia nyata.     

"Dan, itu dari sudut pandang pribadiku."     

Setelah berjalan beberapa menit, aku berhenti di depan suatu tempat yang terlihat cukup megah. Aku pun bertanya-tanya pada diriku sendiri, "Apa aku harus memasuki tempat ini?"     

»Arena«     

Arena, tempat dimana PvP bisa dilakukan dengan bebas. Di sini juga tempat dimana player dapat mendapatkan Uang, Popularitas, dan Spinel. Di tempat ini juga terdapat leaderboard bagi player-player yang sudah memenangkan banyak pertandingan.     

Terakhir kali aku memasukinya bersama dengan Zen, saat itu aku hanyalah seorang penonton. Dan itu juga pertama kalinya aku melihat Zen bertarung dengan player lain.     

Dan percaya atau tidak, ketika dia berhadapan dengan sesama manusia, dia terlihat seperti pembunuh kejam dari serial killer.     

Cara bertarungnya bisa dibilang cukup brutal. Player yang lambat saat menghadapinya bisa kupastikan akan berakhir dengan kepala yang terpisah, dan itu juga berarti kematian instan.     

"Hm~ mungkim tidak masalah jika aku memcoba beberapa pertarungan."     

....     

[ Willy vs Luck ]     

Jadi dia lawanku? Dengan penampilan light armor dan sebuah pedang satu tangan di pinggangnya. Seorang Swordsman kah, seharusnya tidak masalah jika kemampuannya tidak setingkat dengan Zen.     

[ Pertandingan akan segera dimulai, diharap keduanya menjaga jarak. Apa kalian siap? ]     

"Bersiaplah kau pecundang," ucap player bernama Willy itu.     

"...."     

Aku hanya diam menanggapi ucapannya. Lagipula dia akan berakhir dengan cepat, karena aku paling benci orang sombong sepertinya.     

[ Pertarungan dimulai!!! ]     

[Line Slash]     

Skill yang sama dengan Zen? Mari lihat seperti apa kemampuanmu. Karena aku tahu seperti apa skill yang ia gunakan, aku bisa menebak gerakan apa yang akan ia lakukan.     

"Matilah!!" teriak Willy.     

Player bernama Willy itu melesat ke arahku drngan posisi pedang yang siap menebas, tapi ....     

[Athos]     

"Lambat, dia masih lebih cepat."     

Blar!!     

Yah, sepertinya aku berlebihan. Kepala player bernama Willy itu menghilang dan diikuti oleh tubuhnya yang ikut menghilang juga. Saat sebelumnya ia akan menebasku, aku menekan pelatuk senapanku.     

[ Pemenang Luck ]     

[ Mendapatkan +10 Arena Point, +1 Spinel, +1 Kesempatan bertarung. ]     

Aku melihat ke sekeliling, terlihat ekspresi para penonton yang terkejut dan terkagum, mereka seperti tidak percaya kalau aku mengalahkan seseorang dalam sekali serang. Yah, sebenarnya sangat wajar, karena yang hancur kepalanya. Ini akan berbeda jika dia menggunakan armor kepala.     

Ahh~ apa ini yang biasa kau rasakan saat melakukan hal yang mengejutkan Zen? Tidak buruk juga ternyata.     

"Baiklah, lawan selanjutnya."     

....     

Kali ini aku melawan seorang player yang berukuran cukup besar. Ia menggunakan full armor, perisai, dan greataxe. Ia benar-benar gambaran dari player kelas berat.     

Sama seperti player sebelumnya, ia meremehkanku dan menyerang maju begitu saja. Tapi bedanga dia terlihat masih bisa berpikir.     

"Dilihat dari pertarungan sebelumnya, asalkan aku bisa menjaga jarak dan memasang perisai, seranganmu tidak akan bekerja," ucap player itu.     

Aku hanya diam tidak menanggapi, tapi aku akui itu strategi yang cukup bagus. Tapi ...     

[Aramis]     

[Charge Bullet]     

"Output dua kali."     

Duar!!     

Ketika ia menahan tembakan yang kuarahkan ke kepalanya dengan prisai, tembakan itu berhasil menembusnya dan ia berakhir mendapatkan serangan super critical, lalu tubuhnya ambruk kemudian menghilang.     

"Maaf, tapi kekuatan sihirku sepertinya terlalu kuat," gumamku.     

[ Pemenang Luck ]     

[ Mendapatkan +10 Arena Point, +1 Spinel, +1 Kesempatan bertarung. ]     

....     

Setelah itu aku melanjutkan pertarungan sampai total lima kali, dan semuanya kemenangan sempurna dalam satu kali serang pada setiap lawan. Aku terpikirkan sesuatu, mungkin aku harus mengajak Zen untuk melakukan duel tim kapan-kapan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.