Adventure World

Lv. 75 - Ketinggian



Lv. 75 - Ketinggian

0Slash!     

Wushh!!     

Slash!     

Kwak!!     

Teriakan Imp yang tertebas terdengar di segala sisi. Pertarungan Luck dan Erika untuk melindungi setangkai bunga mawar masih belum berakhir.     

Kemunculan Imp yang tidak terbendung dan semakin menumpuk membuat Luck harus menghilangkan Gigan Gauntlet, dan mengeluarkan Companion Dancer. Dan dengan begitu, total ada enam orang yang melindungi bunga mawar itu.     

[Lightwave]     

Dengan cahaya yang muncul pada bilah pedangnya, setiap tebasan yang Erika lakukan mengeluarkan sebuah gelombang tebasan yang bercahaya. Sepuluh tebasan untuk sepuluh target. Lightwave termasuk serangan andalannya, selain cepat cooldownnya juga tidak banyak memakan waktu.     

[Absolute Target]     

Di lain sisi, Luck lebih sering menggunakan Absolute Target untuk menghabisi Imp yang berhasil melewati Erika dan para Dancer. Senjata yang ia gunakan adalah Phortos, submachine gun kembar yang bisa mengeluarkan serangan bertubi-tubi dalam waktu singkat.     

Ia lebih memilih senjata itu karena ia akan dapat mengeluarkan serangan lebih cepat. Selain itu, karena para Imp juga punya pertahanan lemah, ia tidak perlu mengeluarkan serangan yang tidak terlalu memiliki damage tinggi.     

....     

"Fyuhh ... akhirnya selesai." Luck membaringkan dirinua di tanah. Lalu dari arah lain Erika muncul, ia menunduk dan posisi kepalanya sejajar dengan Luck.     

Luck yang mengahadap langit, seketika seluruh pandangannya terisi oleh wajah Erika. Dengan sebuah senyuman gembira Erika berkata, "Terima kasih, jika bukan karena bantuanmu aku akan kesulitan."     

Luck diam engan tatapan datar. Namun, kenyataannya sesuatu dengan ia pikirkan di dalam hatinya, "Sial, senyuman itu bahkam lebih menyilaukan daripada sorotan sinar matahari yang sekarang."     

Selang beberapa detik, Luck pun berdiri dari posisinya lalu menatap Erika sambil berkata, "Aku tidak melakukan apapun, bukankah kau yang berusaha dengan keras."     

Sesuatu terpikirkan di kepala Erika, ia kemudian berjalan mendekat ke arah Luck, saking dekatnya bia dibilang wajah mereka aaling berhadapan dengan jarak yang minim. "Hm ... kau sedang malu-malu ya?"     

Ekspresi datar Luck seketika pecah, sebuah kerutan muncul di dahinya. "H-hah?! Apa maksudmu? Benar-benar tidak masuk akal." Luck memutar tubuhnya dan pergi ke tempat bunga mawar yang mereka lindungi sebelumnya     

Erika cukup terkejut, Luck yang sejak awal terlihat sangat dewasa dan tenang. Bisa gugup secara tiba-tiba hanya karena sebuah kalimat yang ia ucapkan. Mengetahui hal itu Erika membuat dirinya tidak bisa tersenyum, dengan menahan mulutnya ia menuju ke arah yang sama dengan Luck.     

.     

.     

.     

"Jadi, kemana kita pergi sekarang?" tanya Luck.     

"Mmm ... sebentar ...." Menunggu, Erika terlihat seperti menunggu suara sistem yang masih belum berbunyi.     

Luck yang bosan, mendekat ke arah tangkai mawar itu. Tanpa hebti Luck melihat maear itu dari segala sisi, lalu sesuatu terpintas di pikirannya. Ia bertanya-tanya, "Apa kubuka saja penutup kaca ini?"     

Dan tanpa berpikir panjang, dengan tatapan tanpa ragu Luck mengangkat penutup kaca yang melindungi setangkai mawar itu. "Tidak ada yang terjadi?" benak Luck terheran-heran.     

"Luck? Apa yang kau lakukan?" Erika terkejut, penutup kaca yang melindungu bunga mawar yang afa di hadapannya terlepas, dan setangkai mawar itu ada di genggaman Luck.     

"Oh? Aku penasaran, jadi kuambil saja."     

Erika terlihat ingin marah dengan apa yang dilakuakn Luck, karena ia tidak tahu apa yang bisa saja terjadi jika melakukan seauatu sebelum intruksi sistem. Namun, ia terhenti karena suara sistem muncul di saat itu juga.     

Angin mulai berhembus, dan tangkai mawar yang ada di tangan Luck juga ikut tertiup oleh angin. Luck yang terkejut berusaha menangkapnya namun ....     

"Luck, hentikan!"     

"Eh?! Mawar itu akan hilang loh."     

"Tidak akan, kita akan ikuti arah yang dituju mawar itu. Segera!!"     

Tanpa bertanya-tanya Luck melakukan apa yang dikatakan oleh Erika. Dan keduanya pun berakhir mengejar setangkai mawar yang terbawa oleh hembusan angin.     

....     

Sekarang aku bersama dengan Erika sedang mengejar setangkai mawar yang terbawa oleh angin. Awalnya ini semua aku yang menyebabkan, karena aku mengambil mawar itu, dan melepaskannya dari genggamanku, angin membawanya pergi.     

Dan saat aku berusaha mengambilnya, Erika menghentikanku. Aku tidak tahu perintah seperti apa yang ia dengar sebelumnya dari sistem. Namun aku yakin kalau ini adalah lanjutan dari perkembangan Class Quest miliknya.     

Tidak membutuhkan waktu lama, mawar itu berhenti bergerak di udara dan jatuh ke atas tanah. Dan di saat itu sesuatu yang luar biasa muncul di hadapan kami.     

Pijakan tanah di depan kami sudah habis, atau bisa dibilang ini adalah ujung dari daratan yang bisa kami lalui. Namun, terlihat ada sebuah struktur bangunan yang membentuk jalur jembatan di depan, dan sepertinya hal itu juga bisa kami lalui.     

Jembatan yang sangat panjang dan cukup lebar. Di ujungnya tidak terlihat apapun, seperti ada sesuatu namun tertutupi oleh kabut dan awan.     

Aku terdiam melihat itu, di depan kami selain jembatan yang terlihat hanyalah luasnya langit. Melihat ke bawah pun hanya awan yang bisa di dapatkan, aku penasaran tentang apa yang akan kutemui jika jatuh ke sana.     

"Luck!" kejut Erika. Di tengah-tengah lamunanku, ia tiba-tiba menepuk bahuku, membuatku tersadar.     

"Ayo kita pergi Luck!"     

Dia terlihat sangat semangat, namun ada yang aneh. "Erika, kau tidak apa-apa? Kau terlihat gemetar."     

"T-t-tidak a-apa-apa, ini bukan berarti aku takut dengan ketinggian atau apapun," ucaonya dengan suara yang gugup, ia berdiri di sampingku dan memegang salah satu tanganku.     

Ah~ begitu kah ... pantas tatapannya terlihat tidak bisa berhenti terpaku dengan langit yang ada di depan. Saat itu aku pun menutup kedua matanya dengan telapak tanganku.     

"L-luck?! Apa yang kau lakukan?"     

Aku pun membisikkan sesuatu ke telinganya, "Sssh ... tenanglah, tarik napas ... lali hembuskan ...."     

Aku pun mencoba membuatnya tenang, dengan sedikit melkukan pernapasan panjang. Alhasil ia sudah tidak terlalu gemetar, dan suaranya kembali normal.     

Saat aku ingin melepaskan tanganku dari wajahnya, ia tiba-tiba menahannya. "Jangan, jangan lepaskan tanganmu."     

"Baiklah, nikmati waktumu dengan baik."     

"Terima kasih."     

Sangat mengejutkan bagiku, terkadang ia terlihat sangat bersemangat seperti tidak ada yang bisa menghentikannya. Namun, sisi miliknya yang ketakutan seperti ini juga tidak buruk.     

Haha ..., kalau dipikir-pikir dalam waktu kurang dari sehari aku jauh lebih mengenalnya daripada saat di dunia nyata. Lalu ironisnya di matanya saat ini aku adalah orang lain yang baru ia kenal.     

"Apa kau sudah tidak apa-apa?" tanyaku, karena ia tiba-tiba melepaskan tanganku dari posisi menutupi matanya.     

"Mm ... yah, aku sudah tidak apa-apa. Kita bisa melanjutkan ini."     

Itulah yang ia katakan, namun ketika aku audah berada di sisi jembatan ia terhenti tepat di perbatasan. Aku bisa melihat ketakutan dan kecemasan dari wajahnya.     

"Sial, melihatnya seperti itu membuatku sesak."     

Aku pun menariknya masuk, aku bisa melihat wajah terkejutnya, dan menutupinya dengan sebuah pelukan.     

"Aku tahu kalau ini lancang, kau bisa menghajarku nanti. Tapi, biarkan aku memberimu sedikit ketenangan. Aku tahu kalau sebelumnya akulah yang membuatmu memaksakan diri untuk melakukan ini. Tapi, dibalik itu aku juga melihat kalau dirimu juga tidak ingin berhenti begitu saja bukan?"     

Susasana menjadi sunyi seketika, tapi aku juga merasakan kalau Erika sudah mulai berhenti bergetar dan terasa lebih tenang.     

"Luck ... sekali lagi terima kasih."     

Ketika kepalanya mendongak, aku bisa melihat wajahnya. Ekspresi ketakutan dan cemasnya mulai memudar, dan itu membuatku merasa ikut senang.     

Erika kemudian mendorongku dengan pelan, ia sedikit menjauh dan terlihat seperti mencoba untuk berdiri sendiri. "L-lihat! Aku bisa kan?" ucapnya dengan sedikit gemetar.     

Aku hanya bisa tertawa garing melihatnya yang berusaha seperti itu. "Kalau begitu, mau lanjut?" ucapku dengan mengulurkan tangan padanya.     

"Hem," jawabnya dengan sebuah anggukan.     

Kami pun melanjutkan perjalanan kami, Erika perlahan bisa mengatasi ketakutannya. Tetapi ia masih menempel sangat dekat denganku.     

Kalai dipikir-pikir, jambatan ini tidak terlalu lebar. Aku bisa melihat jurang dari sisi jembatan ketika berjalan sejajar dengan Erika.     

Setelah beberapa saat kami berjalan, hal yang kami cari akhirnya muncul. Dari ujung jembatan, sesuatu yang awalnya tertutup oleh kabut dan awan akhirnya terlihat penampakannya.     

Dari kejauhan aku bisa melihat pulau melayang yang lain, dan di atasnya terdapat sebuah bangunan yang terlihat mirip dengan istana. Dan hal yang paling mengejutkan dari istana itu adalah, bahkan dari kejauhan aku bisa yakin kalau lebih dari delapan puluh persen bahan yang menyusun istana itu adalah emas.     

"Benar-benar berlebihan, aku penasaran makhluk apa yang meninggali tempat seperti itu."     

Grtk!     

Grttkk!     

Ketika kami sudah lebih dekat dengan tujuan, suara retakan sesuatu terdengar. Aku dan Erika pun mencari sumber suara itu. Dan ketika kami menoleh ke arah belakang, kami bisa melihat kalau bagian jembatan yang telah kami lewati, secara perlahan runtuh.     

Tentunya aku pun berusaha meningkatkan kecepatan dengan berlari, namun sesuatu terjadi pada Erika.     

"M-maaf Luck, kakiku tiba-tiba sulit digerakkan," ucapnya dengan suara ketakutan.     

Sial, aku pun mau tidak mau menopangnya dengan gendongan di depan. Untungnya aku punya point STR yang cukup banyak, setidaknya itu bisa menggendong Erika yang menggunakan full body armor dengan mudah.     

GRTTKK!     

Ketika suara retakan dan runtuh semakin dekat, aku tahu kalau diriku akan segara terkejar. "Tunggu, bukankah aku bisa memakai skill?" Bodohnya aku karena baru saja kepikiran tentang hal itu.     

[Heart of Machina]     

[ +50 STR ]     

[ +50 VIT ]     

[ +50 DEX ]     

[ Skill Tiga Bentuk Perubahan dapat digunakan ]     

[First Form: Gigan Gauntlet]     

Langkah pertama adalah mengaktifkan Heart of Machina, dan aku pun mendapatkan tambahan DEX agar bisa lebij cepat. Lalu, aku pun memindahkan Erika untuk diangkat Gigan Gauntlet. Dengan begitu bebanku akan berkurang.     

"Maaf, maafkan aku Luck, sejak awal aku hanya membuatmu dalam masalah."     

"Jangan minta maaf, aku paham fobia itu bukan sesuatu yang bisa menghilang begitu saja. Sejak awal akulah yang membuatmu terus maju, karena itu jangan minta maaf."     

.     

.     

.     

0

Retakan itu semakin dekat, bahkan tanpa sadar kecepatanku juga mulai menurun. Itu berarti bar staminaku mulai menurun.     

Sial, andai saja ada Zen. Dia pasti memiliki rencana, atau bahkan jika ia tidak punya, masih ada potion pemulih stamina yang ia miliki .... Tidak, aku tidak boleh terus bergantung padanya. Aku juga ingin menunjukkan kehebatanku     

"Karena itu aku harus terus berlari!!"     

Tinggal sedikit lagi, seharunya aku masih sempat. Kumohon, bertahanlah sedikit saja lebih lama .....     

GRTKRTT!!!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.