One Night Accident

MISI MELUPAKANMU



MISI MELUPAKANMU

0Happy Reading.     
0

*****     

Mata Jack masih tertutup, tapi ia tahu. Ada orang lain di kamarnya. Jack juga tahu, orang itu bukanlah Joe. Tapi ... Jack juga tahu, kalau orang itu tak berbahaya.     

Sebagai penerus nama Cohza, dia sudah sangat terlatih. Bahkan dalam keadaan tidurpun dia tetap bisa selalu siaga. "Ada apa?" Jack bertanya tanpa membuka matanya.     

"CEO EMERALD. Dia terbunuh," jawab suara dingin nan datar itu.     

Jack langsung membuka matanya dan seketika denyut di kepalanya menggila. Sial ... berapa botol yang dia minum semalam.     

"Silakan, Sir." Orang di sebelahnya memberinya sebutir aspirin dan segelas air.     

"Thanks." Jack langsung meminum obat itu cepat.     

Inilah alasannya, kenapa Jack tak suka minum banyak. Mabuk membuatnya tidak profesional. Dan keprofesionalan di butuhkan saat misi dadakan datang seperti ini.     

"Kapan kejadiannya?" tanya Jack berusaha menfokuskan pandangannya.     

"Semalam, Sir."     

"TKP sudah diselidiki?"     

"Sudah Sir, dan semua anggota keluarga Emerald juga sudah diamankan ke tempat yang baik."     

"Apakah Pelakunya sudah diketahui keberadaannya atau aku harus mencarinya sendiri?" tanya Jack sudah siap jika harus memulai penyelidikan dari nol.     

"Sudah terlacak Sir. Mereka Terakhir terdeteksi di Italia dan Swedia. Namun besar kemungkinan mereka akan segera berpindah tempat lagi. Mungkin untuk mengecoh siapa pun yang berusaha mengejar mereka."     

"Lebih dari satu? Apakah mereka sebuah aliansi?"     

"Bukan sir. Akan tetapi ... Kuat dugaan, mereka adalah tiga bersaudara Breadley yang saat ini memang sedang naik daun dan dianggap tiga bersaudara yang hebat dan kompak karena belum pernah gagal dalam menjalankan tugas."     

Jack mengangguk, Ia tahu siapa mereka.     

Mereka adalah pembunuh bayaran yang menurut desas-desus sudah sangat pofesional. Keluarga Cohza belum pernah memasukkan mereka kedalam misi, karena mereka tidak tergabung dalam aliansi pembunuh bayaran. Selain itu mereka belum pernah mengusik keluarga Cohza maupun patner mereka.     

Apalagi mereka masih termasuk newbie bagi keluarga cohza. Karena memang hanya 100 pembunuh bayaran terbaik di dunia yang akan masuk dalam target keluarga Cohza. Selebihnya hanyalah seperti rontokan bulu ketek yang mudah disingkirkan.     

"Jadi ... hanya itu misinya? Melenyapkan mereka bertiga? Atau ada tambahan lain yang perlu aku binasakan sekaligus?"     

"Yes, Sir hanya mereka bertiga. Tapi--"     

"Kenapa?"     

"Keluarga Emerald menginginkan mereka ditangkap hidup-hidup."     

Jack mengembuskan napasnya. Dia tak suka ini. Akan lebih mudah menghabisi mereka, dari pada menangkap hidup-hidup. Meminimalisir mereka kabur atau balik melawan. "Tidak masalah, Aku ambil misi ini. Ada lagi yang perlu aku ketahui?"     

"Menurut keterangan mereka memiliki kemampuan beladiri yang bagus. Dan mereka suka bertarung tanpa senjata api."     

"Apa kamu meragukan kemampuanku?" tanya Jack pada asistennya yang terlihat gelisah.     

"Tidak Sir. Tapi saya yakin, ini akan sangat memakan waktu. Karena anda harus mengejar tiga orang di negara berbeda. Apalagi mereka terus berpindah-pindah."     

"Tidak masalah."     

"Lalu bagaiman dengan adik Anda?" tanya Asisten Jack. Dia sudah tahu seberapa manja Joe pada bosnya. Bahkan dia hampir percaya kalau mereka pasangan gay sebelum diam-diam dia melihat Jack berkencan dengan seorang wanita.     

Joe? Benar juga. Selama ini, Jack belum pernah mengambil misi yang membuatnya meninggalkan Joe lebih dari sebulan. Sementara misi ini? Pasti akan memakan lebih banyak waktu. Jack bukan ragu akan kemampuannya sendiri. Dia hanya tak mau meremehkan lawannya. Kadang tipu muslihat sering mereka gunakan untuk sekedar mengecohnya.     

"Panggil Red-One untuk mengawal Joe selama aku pergi."     

"Tapi, Sir. Red-One sedang menjaga Putri ketiga Pangeran Charles. Apakah bijaksana menarik pengawal putri sebuah kerajaan?"     

Jack menatap tajam orang tersebut. Jack tidak peduli siapa yang dikawal Red 01, Jack hanya tahu bahwa keselamatan Joe lebih penting dari putri kerajaan mana pun.     

Asisten Jack langsung menundukan kepala begitu melihat tatapan tidak suka milik bosnya, seraya menyahut lirih, "Baiklah, Sir." Kemudian dia bergegas pergi tahu pasti Jack tidak suka perintahnya tidak segera dia laksanakan.     

Maka begitu sampai tuan kerjanya sang asisten segera menghubungi Red 01 dan menariknya dari tugas. Tidak mau terlambat sedetik pun.     

Melihat asistennya keluar dari kamar Jack langsung menghubungi Joe. Pada dering pertama panggilan teleponnya, Joe langsung menerima.     

"Di mana?" tanya Jack.     

"Uch ... Hallo, Brotha. You're fine?" suara Joe seperti serak dan baru bangun dari tidurnya.     

"Sepertinya aku yang minum banyak Joe. Tapi kenapa seolah kamu yang hangover?" tanya Jack heran. Walau mabuk dia masih ingat samar-samar apa saja yang mereka lakukan.     

"Aku ini adik yang baik, ketika melihatmu mabuk sendirian aku menemani mabuk juga. Kita kan kakak adik paling kompak di dunia."     

Jack tertawa pelan. "Lalu ... kalau tahu mabuk, Kenapa tidak tidur di sini saja semalam? Dan siapa yang menyetir? Kamu tidak mengendarai mobil dalam keadaan mabuk kan?"     

"Tenang saja, aku naik taxi kok. Dan .... Terima kasih aku sudah cukup terhibur dengan keberadaan Mr. Mafia mu itu dan tidak bermaksud memperpanjang melihatnya hingga berhari-hari."     

Jack tertawa lagi mendengar sebutan Joe pada asistennya yang baru keluar tadi. Joe memang tak terlalu suka pada Mr. Ron (Mr. Mafia sebutan dari Joe). Itu disebabkan parut panjang yang menutupi sebagian wajahnya. Hingga tampangnya terlihat menyeramkan. Padahal dia baik, menurut Jack tentu saja.     

"Aku ada misi." Jack berucap to the point.     

"Yeah ... Sekarang aku tahu kenapa kamu menghubungiku sepagi ini? Jadi berapa lama?" tanya Joe masih dengan suara malasnya.     

"Lumayan, tiga sampai lima bulan."     

"WHAT?! Elu gila? Masih mabuk lu, ya? Pagi-pagi jangan ngaco napa!" teriak Joe protes seketika.     

"Tenang saja, aku sudah menyuruh anak buahku yang paling hebat untuk menjagamu."     

"Bukan itu masalahnya, tapi siapa yang mengurus perusahaan dan mengatur jadwalku?" Ditingal Jack sebulan saja Joe sudah kelimpungan bagaimana kalau 3-5 bulan. Perusahaannya terancam bangkrut.     

Joe itu model, dia lebih suka di foto dan bergaya dari pada disuruh duduk di belakang meja dan melihat tumpukan kertas laporan entah apa.     

"Erik yang akan mengatur semuanya. Lagi pula, mungkin ini waktunya untuk belajar mengurus dirimu sendiri dan menjalankan agensimu dengan kemampuan hebatmu."     

"Aku masih terlalu muda untuk mengurusnya. Lagi pula aku tidak hebat dalam mengatur perusahaan, bagaimana kalau aku bangkrut ketika kamu kembali nanti." Joe masih tidak rela.     

"Kau sudah dua puluh tiga tahun, Joe. Sudah terlalu dewasa untuk bisa mengurusnya. Yakinlah pada dirimu sendiri."     

"Tetap saja aku tak suka!"     

Jack bisa membayangkan Joe di sana sedang merengut kesal. "Ayolah … jangan manja, mulailah mandiri. Lagi pula Misi ini pengalihan yang bagus untukku. Kamu mau aku terus terbayang-bayang perempuan itu?"     

"Pengalihan?! Oh, jadi ini bukan hanya misi tembak-menembak. Tapi ... misi melupakannya? Kok aku ragu kamu bisa melakukannya ya?" ucap Joe tidak yakin.     

"Anggap saja seperti itu. Dan aku yakin setelah kembali dari misi ini wanita itu sudah hilang dari ingatanku. Kamu tahu wanita itu terlalu menguras perhatianku. Aku harus mengenyahkannya dan kembali fokus. Kau tahu, kalau jatuh cinta pada seorang wanita itu tidak boleh aku lakukan, sangat berbahaya."     

"Dia tak berbahaya, hanya karena kau yang terlanjur jatuh cinta bukan berarti wanita itu yang harus dilenyapkan dari otakmu."     

"Terserah! Yang jelas, wanita itu harus dihapus dari daftar riwayat hidupku. Karna dia, hidupku jadi tidak normal."     

"Kau bego atau apa? Justru wanita itu membuat hidupmu jadi normal. Hidupmu yang sekaranglah yang tidak normal."     

"Terima kasih, tapi, Aku suka hidupku yang sekarang."     

"Terserah! Yang penting jangan menyesal nanti kalau wanita itu jadi milik orang lain."     

Rahang Jack seketika mengeras. Ayu jadi milik orang lain? Kok rasanya Jack ingin marah ya? Tapi ... tidak boleh. Jack harus melupakannya. Harus.     

"Jack ... janga lupa, Kau harus pulang dalam keadaan utuh dan selamat," tambah Joe di seberang sana.     

"Tentu, aku pasti kembali dengan keadaan lebih baik dari sekarang. Jadi ... sampai jumpa beberapa bulan lagi."     

"Take care," ucap Joe sebelum menutup panggilan telponnya.     

Baru Joe menutup panggilan telponnya, ponsel Jack kembali berdering.     

"Ya ..."     

"APA MAKSUD SEMUA INI?"     

Suara Red 01 langsung terasa mengelegar di telinganya. Benar-benar anak buah tak tahu sopan santun.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.