One Night Accident

EMAK RINA



EMAK RINA

0Happy Reading.     
0

Spesial malam Minggu aku tambah updateannya.     

****     

Bugh Bugh Bugh.     

"Dasar bocah kurang ajar. Bajingan! Brengsek!! Makan nih!!!     

Bukh Bughk Bughk     

"Aw ... ampun Mak ... Ampun ... Marco salah apa?"     

"SALAH APA KAMU BILANG!?!?" dada Emaknya naik turun karena marah. Dia shock saat bermaksud mengunjungi anak pertamanya si Marco tapi yang dilihatnya membuat darahnya seketika mendidih.     

Di sana, Marco dan seorang wanita tertidur tanpa sehelai benang pun dan parahnya, Emaknya melihat jejak darah diseprai dan wanita itu terikat dengan air mata yang mengering. Ibu mana yang tak merasa gagal melihat anaknya habis memperkosa seorang gadis.     

Maka tanpa aba-aba, sang Emak langsung mengambil sapu dan memukuli Marco tanpa ampun. "Dasar bajingan! Siapa yang mengajarimu berbuat begini, ha?!"     

Bugh Bugh Bugh.     

"Ampun Mak, ampunnn ... Marco beneran gak tau salah apa?"     

Emak melemparkan boxer Marco karena malu sendiri melihat ketelanjangan anaknya. Yang bahkan anaknya sendiri tak sadar kalau dia masih telanjang bulat.     

Marco baru mengerti kenapa Emaknya membangunkan tidurnya dengan sadis saat celana itu mendarat di wajahnya. Sontak dia langsung memakainya cepat sedang emaknya menghampiri ranjang dan menyelimuti tubuh telanjang Lizz yang terlihat mengenaskan.     

"Lepaskan ikatannya!" perintah Emaknya. Marco langsung melepaskan ikatan tangan Liz dan meringis saat melihat tangan Lizz yang membiru.     

"Keluar!" Marco keluar dari kamar disusul emak Rina yang ternyata belum puas menghajarnya dan langsung memukuli Marco lagi dengan sapu. "Anak kurang ajar!"     

Bugh Bugh.     

"Gak punya otak!"     

Bugk bughk Bugkh.     

"Aw ... sakit ... mak ... udah makkk ...."     

"Sakit kamu bilang. Sakit mana sama perempuan yang kamu perkosa didalam, hah?! Kamu nggak mikir gimana kalau adikmu yang diperkosa?"     

"Iya ... mak. Marco minta maaf ... udah jangan marah-marah ntar darah tinggi mak kumat."     

"Diem kamu! Emak darah tinggi juga gara-gara kamu. Kamu kok bisa bejat kayak gini? Emak salah apa? Dari semua adekmu kenapa cuma kamu yang berandalan," Mak rina terduduk lemas.     

"Mak ... emak nggak salah ... Marco minta maaf Marco yang salah ...." karena emak-emak selalu benar.     

Bugh Bugh.     

"Aaaawwwwww!!"     

"Emang kamu yang salah. Siapa bilang kamu nggak salah?!" Kata Emak Marco dengan judes.     

"Siapa namanya?!" tanya emak Marco.     

Nama? Marco tak tahu namanya, dia cuma melihatnya, menginginkannya dan membawanya pulang. "Marco nggak tau mak."     

"Apa?! Terus kamu dapet dari mana itu perempuan? Kamu culik terus kamu perkosa?!"     

Marco ingin membantah tapi memang begitu kenyataannya. Akhirnya dia cuma diam dibawah tatapan tajam emaknya.     

"Pokoknya kamu musti tanggung jawab."     

"Iya Mak, Marco pasti tanggung jawab."     

"Bagus, sekarang segera hubungi keluarganya dan siapkan pernikahan kalian."     

"MENIKAHHHHH?! Marco nggak mau nikah sama dia." Marco mengira tanggung jawab yang di bicarakan emaknya sama seperti yang dia lakukan selama ini. Selesai bercinta dia biasanya memberi sepaket perjanjian dan segepok uang pada wanita-wanita itu agar tak menemuinya lagi.     

"Iya menikah, emang kamu mau tanggung jawab apa selain menikah?" tanya Emaknya bingung.     

Marco membuka mulutnya lalu menutupnya lagi. Bisa dicincang dia kalau Emaknya tahu dia suka bayarin cewek. "Apa aja. Yang penting jangan nikah."     

Bugh Bugh Bugh.     

"Aw ... udah dong mak."     

"Dasar nggak tau malu, disuruh nikah nggak mau. Tapi kawin mulu! Pokoknya kamu harus nikah sama perempuan di dalem itu kalau nggak? Nggak usah ketemu lagi sama Emak! Emak malu punya anak kelakuan kayak kamu."     

Mendengar itu sontak Marco langsung memegang kaki emak Rina. "Mak ... jangan gitu dong, setelah dibuang orang tua, masak Emak mau buang Marco juga?" kata Marco sedih.     

Di perlakukan begitu Emak Rina langsung menangis kasihan. Dia jadi ingat dua puluh satu tahun lalu, saat menemukan Marco ditelantarkan orang tuanya lalu dirawat layaknya anaknya sendiri. "Makanya, kamu itu nurut apa kata orang tua! Lekas nikahi dia! Jangan cuma dikawin aja!Dosa nak, Dosa."     

"Iya Mak, iya. Marco bakal nikahin, tapi Emak jangan ngomong gitu lagi. Emak jangan buang Marco yaa ...."     

"Iya! Udah, lepasin. Emak mau lihat perempuan di dalem, takut kenapa-napa," kata Emak Marco dan langsung masuk ke kamar setelah Marco melepas kakinya.     

Di dalam, Lizz sudah terbangun saat mendengar suara berdebum dan teriakan orang yang mengaduh karena di pukul di luar kamar. Tapi saat dia menggerakkan tubuhnya semua terasa sakit. Dadanya juga nyeri, mungkin efek Marco yang tertidur menimpanya tadi. Saat tangannya digerakan pun terasa aneh dan ada bekas membiru melingkar di kedua pergelangan tangannya.     

Akhirnya dengan kaki gemetar Lizz turun dari ranjang dan membebat tubuhnya dengan selimut. Lalu berjalan tertatih sambil memegangi pinggiran ranjang sebagai penopang dan mulai memunguti pakaiannya. Air matanya jatuh lagi saat melihat celana dalamnya yang robek tak berbentuk. Bukti kejadian tadi adalah nyata. Lalu dilihat seprai dengan noda darah yang menguatkan fakta itu.     

Lizz langsung terduduk dilantai dia memeluk bajunya, mendekapnya erat lalu menenggelamkan wajahnya diantara kedua lututnya dan menangis dengan keras. Meratapi nasib buruk yang baru saja menimpanya.     

Bersamaan dengan itu, emak Marco masuk dan menatap miris keadaan Lizz yang mengenaskan. "Nak ... maafkan anak Emak ya, Nak," kata emak Marco dan memeluk Lizz dengan sayang.     

Lizz tersentak kaget dan berusaha mundur. Takut cowok tadi yang memeluknya. Tapi ternyata di depannya ada wanita paruh baya yang terlihat baik.     

"Nama saya Rina, saya emaknya cowok yang perkosa kamu. Kamu nggak perlu takut," kata Emak menggenggam tangan Lizz dan mengusap lembut rambutnya yang berantakan.     

"Maafkan anak emak. Emak jamin dia bakal tanggung jawab. Emak tahu perbuatan anak emak emang keterlaluan tapi kamu nggak usah takut emak pasti bantu kamu. Kamu mau maafin anak emak 'kan?"     

Lizz bingung mau menjawab apa. Semuanya terlalu cepat dan dia belum memahami sepenuhnya pembicaraan ini. Emak memeluk Liz dan mengusap menenangkan agar Liz tak takut lagi. Liz diam tapi entah mengapa dia merasa nyaman berada dipelukan wanita paruh baya ini. Rasanya seperti pelukan Ibunya yang telah lama tiada.     

"Sakit ...." kata Lizz lirih dan entah kenapa tangisnya pecah lagi.     

"Yang sakit mana, Nak?" tanya Emak Rina masih memeluk Liz.     

"Sakit semua ...."     

Emak Rina seMakin miris mendengarnya. Akhirnya Emak hanya diam menunggu Lizz menyelesaikan tangisannya. "Ibu siapkan air hangat. Kamu berendam biar nyeri di tubuh kamu agak berkurang." kata Emak Rina sambil menuntun Lizz memasuki kamar mandi.     

Lizz sebenzrnya malu tapi sumpah area diantara ke dua pahanya memang terasa sakit jadi dia nurut saja waktu di suruh berendam air hangat.     

"Emak keluar sebentar, kalau udah selesai panggil Emak ya." Lizz hanya mengangguk malu.     

Emak Rina keluar kamar dan bermaksud mengomeli Marco lagi. Apalagi melihat keadaan Lizz yang memprihatikan. Emak Rina takut Lizz akan trauma dengan kejadian ini.     

Tetapi saat sampai di ruang tamu di sana bukan hanya Marco keempat anaknya yang lain juga ada dan ada tiga orang yang tak dia kenal. Mereka semua berpakaian rapi termasuk Marco.     

"Siapa mereka? Kok adekmu di sini semua?" tanya emak Rina heran.     

"Lha katanya emak suruh Marco nikah, ya Marco bawa Penghulu. Lagian, masak Marco nikah, tapi keluarga Marco nggak dateng. 'Kan enggak lucu Mak."     

Kepala Emak Rina serasa mau pecah menghadapi tingkah anak sulungnya ini. "Maksud Emak, dilamar dulu minta restu baik-baik sama keluarganya. Cari hari baik terus ngadain resepsi."     

"Ngapain minta restu, dia udah nggak punya orang tua. Cuma punya adek satu dan itu juga dalam perjalanan kesini. Hari ini baek kok, ngapain di cari lagi." Marco menyahut panjang lebar.     

Marco memang langsung melakukan penyelidikan dadakan setelah di omeli Emaknya. Tak mau Emaknya makin marah, dia segera menyiapkan pernikahannya. Semakin cepat berlangsung, maka semakin cepat pula Emaknya akan memberikan maaf.     

"Terserah deh," kata Emak Rina pasrah, "Terus baju buat penganten wanita mana?"     

"Baju?" Tanya Marco bingung.     

"Kamu mau nikahin anak orang tanpa baju? Cepet cari!" kata Emak. "Sekalian bawa tukang rias!" teriaknya menambahkan. Marco segera melaksanakan titah Ibusuri di rumahnya itu.     

Lizz membuka pintu kamar mandi perlahan, badannya sudah agak mendingan setelah berendam hampir setengah jam.     

"Lama banget. Mandi apa mati?" tanya Marco yang duduk dipinggir ranjang menunggu Lizz selesai mandi. Lizz yang mengetahui keberadaan Marco langsung ketakutan. Tapi rasa takutnya berubah jadi kaget saat tiba-tiba Marco mengangkatnya lalu menurunkannya disamping ranjang dan memberikan baju untuknya. Lizz hanya diam karna masih takut.     

"Cepet pake, atau mau aku yang pakein?" Lizz masih diam bingung dan shok.     

"Ah! Lama!" tanpa aba-aba, Marco menarik handuk yang di pakai Lizz dan sebelum Lizz protes, dia sudah berhasil memakaikan celana dalam dan beranjak memakaikan bra miliknya. Lalu disusul kebaya yang tadi dipilihnya.     

"Perfect!" kata Marco senang begitu selesai. Sedangkan Lizz hanya diam mematung tanpa berani bicara. Dia masih takut diperkosa lagi.     

"Mak! Udah nih!" Marco berseru, lalu Emak Rina masuk bersama seorang wanita dan langsung mendandani Lizz secara kilat.     

Lizz ingin bertanya, tapi tak ada kesempatan hingga selesai dandan dia langsung digiring ke ruang tamu. Di sana sudah ada beberapa orang dengan pakaian rapi dan anehnya adiknya Vano juga di sana.     

Lizz disuruh duduk di sebelah Marco. Dan semuanya berjalan sangat cepat hingga tiba-tiba kata 'Sah' meluncur dari mulut semua orang. Liz tersentak kaget, dia baru sadar. Bahwa namanyalah yang disebut dalam ijab kabul tadi.     

Dia baru saja selesai dinikahi. Dinikahi oleh laki-laki yang memperkosanya tadi.     

Lizz memandangi setiap wajah yang terlihat gembira dan masih memanjatkan doa setelah ijab qobul. Lizz ingin memprotes. Tapi tiba-tiba dia merasa tubuhnya limbung dan semuanya gelap.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.