One Night Accident

KANGEN BEB



KANGEN BEB

0Happy Reading.     
0

*****     

Akhirnya kembali lagi ke negeri yang dicintainya. Marco senang sekaligus cemas saat kakinya menapak di bandara Soekarno Hatta. Senang karena akan bertemu keluarganya, cemas karena akan bertemu istrinya.     

Seorang Marco yang tak takut apa pun, hari ini merasa ketakutan karena akan bertemu dengan seorang wanita bernama Lizz. Bukan takut karena akan dimutilasi atau diberikan sianida. Tapi takut akan tergiur dan menubruk tubuh Lizz untuk yang kedua kali. Padahal itu pantangan berat bagi tubuhnya.     

Marco sudah memikirkan seribu satu cara menghindari Lizz. Sisi negatifnya menuntut agar menceraikan Lizz saja. Tapi sisi positifnya seperti tak rela kehilangan istri seperti Lizz.Cantik, lemah lembut, Pendiam dan tak menuntut apa pun.     

Harusnya dia tak mengirim uang pada Lizz. Biar ia yang menuntut cerai dari Marco. Karena tidak mendapatkan nafkah lahir dan batin selama empat bulan, jadi wajar kalau ia menuntut cerai. Tapi membayangkan Emaknya yang bakal mencak-mencak, Marco jadi mengurungkan niatnya. Apalah dia garang diluar tapi mengkeret di hadapan emak Rina.     

Marco membukakan pintu untuk Ai dan mengikutinya masuk rumah. Sedangkan David dari bandara langsung menuju kantor karena ada pertemuan mendadak. Tubuh Marco menegang saat baru masuk ruang tamu. Di sana Lizz sedang berjongkok sambil menggunakan penyedot debu. Dan rok seragam Maid yang ia gunakan terlalu pendek, hingga memperlihatkan paha mulusnya. Sial memang. Apa yang dilakukan istrinya di sini? Kenapa dia masih kerja menjadi pembantu? Apa kurang uang yang di kirim olehnya? Dan lagi kenapa Ai menetapkan peraturan yang mengharuskan para Maid memakai pakaian seperti itu.     

Marco semakin menelan ludahnya saat Lizz berbalik dan bagian depan terlalu rendah sehingga memperlihatkan sedikit bagian atas payudaranya. Tak tahukah Ai, bahwa Lizz bisa dijadikan fantasi semua penghuni rumah ini.     

Di rumah ini hanya ada Ai dan Lizz yang berjenis kelamin perempuan. Sisanya laki-laki semua. Dan Marco berani bertaruh, semua bodyguard di sini meneteskan air liur saat melihat istrinya.     

Lizz adalah istri dari seorang Marco Abdul Rochim. Dan keluarga Rochim tidak seharusnya memperlihatkan aurat yang berlebihan seperti itu. Apalagi saat suaminya tak di rumah. Marco harus mengingatkan dirinya sendiri agar membelikan banyak gamis untuk Lizz. Agar tak ada mata lapar yang memandangi istrinya dengan tatapan jorok.     

Cukup Marco seorang yang melakukan itu.     

"Liiizzzz... aku pulang!" teriak Ai dan langsung memeluk Lizz.     

"Aku kangen padamu, terutama masakanmu. Lihat ini, aku membawa dua Pangeran tampan," seru Ai sambil memperlihatkan kedua anaknya yang sedang digendong WiBi.     

"Wah ... ganteng sekali siapa namanya?" tanya Lizz, namun tidak berani menyentuh mereka karena tangannya sedang kotor.     

"Javier dan Jovan," kata Ai seperti enggak ikhlas.     

"Kamu nggak suka sama nama itu?" tanya Lizz ketika melihat wajah Ai yang lemas.     

"Itu nama yang diberikan Bang David, padahal gue pengen kasih nama Rizki Ridho kayak pemenang D'Academi itu. Tapi Bang David malah ngancem bakal cabut semua fasilitas gue kalau gak nurut."     

"Nama mereka bagus kok Ai. Apalagi lihat wajahnya gemesin banget." Lizz enggak sabar bisa mencium wajah imut-imut di depannya.     

"Makanya elu cepet nikah, biar punya debay ganteng kayak gue?"     

Lizz mengernyitkan dahinya. Menikah? Bukannya Ai datang ke pernikahannya? Kenapa sekarang dia menyuruh Lizz nikah lagi. Atau jangan-jangan Marco sudah menceraikan dia tanpa di ketahui olehnya. Lizz memandang Marco yang diam saja sedari tadi seperti patung. Dilihat dari sikapnya, Lizz merasa sudah menjadi janda. Bahkan Marco tak menyapanya sama sekali.     

"Ai ... tapi aku sudah men--"     

"Ai reuninya entar lagi, sebaiknya istirahat dulu. Kasihan Duo-J, pasti lelah habis perjalanan jauh," Marco memotong ucapan Lizz. Ai sudah dihipnotis oleh Jack, jadi dia melupakan kebersamaannya dengan Jack termasuk saat pernikahan Marco dan kejadian setelahnya. Makanya dia tak tau kalau Lizz sudah dinikahi oleh Marco. Sementara dari seluruh penghuni rumah ini, hanya Vano yang mengetahui pernikahan itu.     

Setelah memastikan Ai masuk ke kamar dan dijaga oleh WiBi. Marco langsung mencari Lizz meminta penjelasan tentang keberadaanya di rumah David.     

Sedang Liz yang merasa yakin kalau Marco mau menceraikannya, sekarang sedang bersedih. Apa iya Lizz tak semenarik itu? Yah, mau bagaimana lagi, dia cuma pembantu. Pasti malu punya istri pembantu. Ai juga mengatakan untuk Lizz segera menikah!     

Lizz jadi curiga jangan-jangan Marco menceraikannya karena mau nikah dengan Ai. Lizz melihat, kalau mereka sangat dekat. Kalau bersaing dengan Ai, Lizz memilih untuk mundur. Selain cantik dan sexy, Ai juga kaya raya. Memikirkan itu, Lizz jadi tak bersemangat. Dan akhirnya memilih duduk dibawah pohon belakang rumah.     

Tetapi lamunannya buyar saat ada sosok yang menjulang di hadapannya. Lizz langsung berdiri memandang Marco yang terlihat kesal. Belum sempat Lizz berbicara, tiba-tiba tangannya sudah ditarik oleh Marco dan dibawa ke kamarnya. Marco langsung menutup pintu kamar Lizz begitu mereka masuk.     

"Apa maksudnya ini?" tanya Marco mengurung tubuh Lizz diantara dirinya dan dinding.     

"Maksud apaan?" Lizz bingung, bukannya seharusnya dia yang marah karna mau dicerai, kenapa malah Marco yang terlihat kesal.     

"Kenapa kamu di sini?" ucap Marco dengan mata tajam.     

'Bahkan Marco sudah tak sudi melihatnya lagi.'Liz membatin dengan wajah semakin sedih. "Kerja." jawab Lizz menahan sakit hati.     

"Aku tahu kamu kerja, tapi kenapa kamu masih kerja jadi pembantu? Emang kurang uang yang ku kirim? Kamu mau berapa? Sebutkan!"     

Lizz langsung terhenyak dan benar-benar tersinggung. Dipikir Lizz itu apa?     

Tanpa sadar tangan Lizz sudah terangkat dan sebuah tamparan mendarat sempurna di pipi Marco. "Dasar cowok jahat! Kamu pikir aku mata duitan? Harusnya kamu mikir kenapa aku di sini bukan     

di rumah-Mu! Kamu meninggalkanku di sana sendirian tanpa uang dan pakaian. Aku hampir mati kelaparan TAHU!" Lizz berseru sambil memukuli dada Marco, tak peduli jika pukulannya bahkan tak berpengaruh apa pun padanya.     

Marco terhenyak kaget mendengar ucapan Lizz. Malam itu dia memang lupa kalau dia meninggalkan Lizz begitu saja saat Jack meneleponnya. Dia juga tak mengabari keluarganya, agar menemani istrinya. Apa lizz menunggunya sepanjang hari? Astaga ... Kalau begitu, pantas saja istrinya kabur.     

"Maaf," Marco berujar sambil mengelus lengan Lizz menyadari kebodohan yang tidak dia sengaja.     

Lizz memalingkan wajahnya kesal. Tapi dia juga malu karena lepas kontrol. Akhirnya dia hanya mengangguk memaafkan kelakuan Marco.     

Marco tersenyum dan sedikit terkejut karena Lizz mudah sekali memaafkan dirinya. Istrinya ini sebentar banget marahnya. Coba kalau si Ai diperlakukan seperti itu, bisa berbulan-bulan dia dikerjain.     

Marco memandang aura Lizz yang tak berubah sejak ditinggal olehnya. Masih sangat indah. "Cantik ...." kata Marco mendekatkan tubuhnya pada Lizz, membuat wajah Lizz memerah mendapat pujian itu. Hingga membuat Marco gemas sekali dan refleks langsung mencium kedua pipi Lizz.     

Sayang ternyata mencium pipi saja tak cukup. Marco lalu menundukkan wajahnya, dan mengecup bibir Lizz dengan lembut. Lama, dan semakin lama Marco semakin tak bisa melepasnya. Bahkan saat Lizz terengah-engah kehabisan napas Marco terlanjur tak bisa berhenti. Ciumannya berpindah ke leher dan semakin ke bawah.     

"Kangen, beb," kata Marco disela ciumannya sambil menarik pinggang Lizz hingga menempel padanya.     

Lizz bingung harus bagaimana. Ia tak berpengalaman sama sekali dengan semua ini. Lizz hanya bisa mencengkeram bahu Marco saat tubuhnya merasakan sensasi aneh yang membuat tubuhnya geli dan panas.     

Marco semakin mendesak tubuh Lizz menempel ke tembok. Mulutnya masih betah bergulat dengan lidah Lizz. Sebelah tangannya sudah berada di payudara dan meremasnya pelan. Sementara sebelah tangannya lagi, sudah mencengkeram bokong Lizz agar semakin menempel padanya.     

Marco seharusnya menghentikan ini tapi tubuhnya menghianati. Dia sudah tak peduli akan terkapar selama tiga hari setelah melakukan ini. Yang ia inginkan sekarang, hanyalah tubuh Lizz dan tubuhnya bisa menyatu.     

Marco menyusupkan tangannya ke dalam rok milik Lizz dan mengangkat sebelah kakinya saat mendengar desahan yang lolos dari bibir mungilnya. Tubuh mereka sudah menempel sepenuhnya.     

BRAKKKKK!!!     

"WHAT THE HELL?!"     

Marco dan Lizz otomatis menengok ke arah pintu, di mana Ai memandang mereka dengan wajah terkejut.     

"Astaga! Tangannya ... K-k-kenapa masih disitu?!" tunjuk Ai melihat tangan Marco yang masih asyik meremas payudara Lizz.     

Menyadari itu, Lizz langsung mendorong Marco dan berbalik. Berusaha merapikan pakaiannya yang sudah agak kusut. Lizz berbalik lagi dan melihat Ai yang baru saja menampar Marco menggunakan sandal rumah yang dipakainya. Ai memukuli Marco dengan merajalela.     

"Dasar bajingan. Berengsek. Otak mesum. Penjahat kelamin. Kamu mau apakan Lizz!? Mau perkosa?!"     

Bugh Bugh Bugh     

"Shit! Ai slow down!" teriak Marco sambil berusaha menghindar dari pukulan bertubi-tubi yang Ai berikan.     

"Selowww pala lu pitak?! Dasar kadal karatan, mentang-mentang Lizz kerja di sini, elo mau nglecehin seenak jidat lu, Hah?!"     

"Ai! Stop. Jangan pukul lagi!" teriak Lizz berusaha menghentikan Ai yang mulai diluar kendali.     

Ai memberikan tatapan bingung ke arah Lizz. Dia sedang membelanya, tapi Lizz malah membela Marco. Terlihat sekali kalau Lizz terlihat tidak rela Marco mendapat perlakuan kasar darinya.     

"Kenapa kamu malah belain bekicot keriput ini?"     

"Ai, kamu lupa? Marco 'kan suami aku."     

"APAAAA ...?!!!" kedua mata Ai yang terbelalak, memandang Marco dan Lizz bergantian.     

"SUAMIIIII?!! KAPAN KAMU NIKAH SAMA CECURUT INI, LIZZ?!TAK ADAKAH LELAKI YANG LEBIH POTENSIAL?" tanya Ai dengan suaranya yang melengking.     

"Eh ... gue potensial sangat yes." Marco tidak terima.     

Kini gantian Lizz yang dibuat bengong. Bukankah Ai datang ke pernikahannya? Kok malah tanya kapan dia nikah? "Ai--"     

"Kita nikah sebelum berangkat ke Jerman. Karena dadakan, jadi nggak sempet beritahu," potong Marco sebelum Lizz menjawab. Membuat Lizz sempat bingung, tapi Marco memberi isyarat bahwa dia akan menjelaskannya nanti.     

"Oh ... Astaga! Jadi gue yang salah. Maaf ya Marco. Sakit ya? Maaf ya, Lizz?"" ucap Ai cengengesan lalu memakai sandalnya lagi.     

"Udah biasa." kata Marco memasang tampang coolnya lagi.     

"Ai, ada apa ke sini?" tanya Lizz akhirnya.     

"Mmm ... nggak jadi deh. Kalian terusin aja yang tadi. Hehehehehehe .... gue maklum kok, penganten baru lama nggak ketemu. Gue pergi dulu ya. Bye!" ucap Ai tanpa rasa bersalah dan langsung ngeloyor pergi.     

"Ehem!!" Marco berdeham karena suasana canggung yang langsung menyelimuti mereka berdua begitu Ai pergi.     

"Mau dilanjut?" tanya Marco serius.     

"Eeehh ... I-i-itu ... A-aku mau membersihkan halaman belakang dulu." Lizz menjawab salah tingkah dan langsung ngacir pergi karena malu.     

Marco sendiri, hanya tersenyum simpul melihat tingkah Lizz yang masih malu-malu tapi mau. Sejenak Marco menghela napas selalu berucap lirih, "Sepertinya gue emang harus mengambil cuti dan menculik Lizz lagi."     

Istrinya terlalu menggiurkan untuk dilewatkan.     

*****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.