One Night Accident

SETAN



SETAN

0Nungguin ya, hehehee, maap. Malam minggu biasalah.     
0

*****     

Marco tak langsung pulang ke tempat David. Bagaimanapun, pakaiannya sudah tak keruan. Jadi dia memilih pulang ke rumahnya sendiri dan memperbaiki penampilannya. Dia tak mau Lizz melihatnya dalam keadaan berantakan. Dia harus selalu terlihat keren dan macho, agar Lizz semakin termehek mehek padanya.     

"Marco!!!!" Shittt benar-benar tak tepat waktu Emaknya itu. Dia sedang terburu-buru ingin bertemu Lizz, dan sekarang gara-gara Emaknya dia pasti akan tertahan dalam waktu yang tidak bisa di tentukan. mending kabur aja batinnya.     

BRAKKK BRAKKK!!!     

"Marcoooo ... jangan kabur, Emak tahu kamu di dalam. Cepet keluarr!"     

Marco menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Emaknya itu memang amazing. Tahu saja kalau dia mau kabur. Bodo amatlah bebeb Lizz nomor satu.     

Baru saja kaki Marco menapak jendela suara Emaknya makin keras. "Marcoooo ... Kalo pintunya enggak kamu buka, lebaran nanti Emak nggak mau masakin kamu lontong sayur lagiii!!!"     

Marco menoleh cepat. Enggak asyik banget Emaknya ini. Ngancem pake makanan kesukaannya segala. Dengan tidak ikhlas, akhirnya Marco membuka pintu rumahnya. "Apa sih Makkk ... teriak-teriak, enggak malu sama tetangga apa?"     

PLETAKKK     

Satu jitakan mendarat di kepalanya, "Kamu itu kebiasaan kalau enggak Emak ancem, nggak mau ketemu ama Emak!"     

"Siapa yang enggak mau ketemu Makkk ..., Marco tadi lagi mandi, lihat nih masih basah," ucap Marco menunjuk rambutnya yang memang masih sedikit basah.     

Emak Rina langsung percaya "Ya sudah temenin Emak yuk?"     

"Emang yang lain pada ke mana? Marco buru-buru, Mak."     

"Kamu lupa Marcell dan Misell musti kerja ngurus perusahaan yang kamu tinggalin itu, Miko di Jogja ngurus penginapanmu, Milo 'kan masih pada kuliah. Lagian Emak bosen di temenin mereka. Jangan-jangan kamu emang enggak sayang sama Emak makanya enggak mau nemenin?"     

"Ya ... bukan gitu Makkk, Marco kan juga musti kerja."     

"Kamu bukannya baru pulang? Masak mau berangkat lagi? Lagian biasanya kamu kerja pake baju formal kenapa sekarang cuma pakaian kasual? Kamu mau bohongin Emak? Kamu udah nggak sayang ama Emak? Sampe nemenin Emak keluar aja nggak mau? Coba Lizz bisa dihubungi, Emak lebih milih ditemani dia dari pada kalian semua. Lizz itu mantu idaman. Enggak pernah protes. Nggak aneh-aneh, baik, sopan, lemah lembut, kamu tuh beruntung banget dapetin dia. Untung dulu dia kamu perkosa, makanya dia mau sama kamu coba kalau nggak, mungkin sekarang dia udah sama orang lain. Makanya kamu tuh baik-baik sama Lizz, jangan macam-macam, jangan selingkuh, jangan bikin dia nangis. Terus cepet kasih Emak cucu. Emak malu tiap arisan semuanya udah pada punya cucu, Cuma Emak yang belum padahal dilihat dari segi umur kalian itu lebih tua dari pada anak temen arisan Emak. Ini pasti pengaruh kamu kecapean kerja makanya Lizz gak hamil-hamil. Sekali-kali bawa honeymoon kek, biar cepet hamil jangan di kurung di rumah terus ... bla ... bla ... bla ... bla ...."     

Marco terasa sakau mendengar ocehan emaknya. Dia sudah terduduk pasrah. Emaknya itu kalau sudah mulai ceramah, dia hanya bisa diam mendengarkan .Dipastikan sejam lagi Emaknya baru akan berhenti. Dan benar saja, akhirnya Marco tak bisa kabur. Seharian ini dia menemani Emaknya pergi ngemall dengan gaya anak muda masa kini.     

Bahkan Marco ditatap oleh para pengunjung Mall dengan tatapan seolah dia adalah berondong peliharaan tante-tante girang. Karena tingkah Emaknya yang bergelayut manja di lengannya dengan mesra.     

Separuh dongkol, separuh bosan, menjelang malam Marco baru bisa pulang ke tempat David. Berharap wajah Lizz bisa mengobati kesialannya hari ini.     

Saat dia menghentikan motor di depan gerbang rumah. Satpam memandangnya aneh. "Ngapain bengong?! Bukain gerbangnya!" kata Marco pada security itu.     

"Eh ... i-i-iya, bang," kata security itu gugup dan buru-buru membuka gerbangnya. Marco memasukkan motornya ke dalam lalu turun, dan memperhatikan satpam sedari tadi yang berkomat kamit enggak jelas. 'Kenapa tuh orang?', batin Marco.     

Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam tapi lampu di dalam rumah masih menyala. Pasti kerjaan David nih yang telat makan malam hingga bikin Lizz jam segini belum tidur. Marco membatin.     

Marco yang awalnya mau masuk melalui pintu depan mengurungkan niatnya dia ingin memberi surprise pada Lizz. Jadi ia memutuskan menyelinap masuk dan langsung menunggu Lizz di kamar. Pasti Lizz masih membereskan meja makan, pikirnya. Di saat bersamaan si security yang tadi melihat Marco masuk akhirnya berhenti komat kamit saat melihat Marco yang sudah menghilang dari pandangan. Wajahnya celingak celinguk memastikan bahwa yang dilihatnya Marco beneran apa bukan. Untuk memastikannya Security itu mengetuk pintu rumah.     

Vano membuka pintu. Niat awalnya membuat teh untuk Lizz jadi tertunda. "Ada apa Pak?"     

"Itu Mas, tadi saya lihat Bang Marco."     

Vano mengernyitkan dahinya bingung. "Bapak nggak usah becanda deh. Bang Marco tuh sudah meninggal, enggak baik ngomongin orang yang udah enggak ada."     

"Tapi beneran tadi saya lihat kok. Emang bang Marco enggak masuk ke dalam?"     

Vano semakin bingung, "Bapak jangan nakutin saya, orang dari tadi saya di dalam enggak ada siapa pun yang masuk."     

"Astagfirullahhhh!!! Jangan-jangan ... itu ...."     

"Bapak jangan asal ngomong yaa! Bang Marco memang ngeselin tapi masa iya sudah meninggal saja gentayangan. Sudah ah, mending Bapak jaga lagi. Jangan kebanyakan ngelamun makanya, jadi berhalusinasi yang enggak-enggak deh."     

Security itu mengangguk dan pergi, tapi saat baru berapa langkah dia melihat motor yang nangkring manis di depannya. Dia tidak melamun.Ini memang motor Marco yang di kendarainya tadi. Seketika bulu kuduknya merinding.     

PLAKK!!!     

"Astagfirullah Al adzim Ya Allah subkhanaullahhhh!!!"     

"Kenapa lu, Bro?" tanya satpam satunya.     

"Yaelah cing ... ngagetin saja. Kirain hantu!"     

"Kampret! Jaman sekarang masih saja takut hantu!"     

"Elu enggak tau sih ... tadi gue habis lihat Bang Marco!"     

"Ah!! Ngaco lu!"     

"Serius coy!"     

"Masa? Gimana ceritanya?"     

Lalu si satpam menceritakannya sampai tuntas. Hingga kedua satpam yang berjaga malam ini di rumah David akhirnya berjaga dengan perasaan ngeri-ngeri sedep..     

Marco menunggu Lizz hampir dua puluh menit. Tetapi entah kenapa istrinya tak kunjung masuk ke kamar. 'Betah banget beb di dapur sampe jam segini belum tidur', batin Marco.     

"Beb, lama banget sih ...?" Marco duduk ditepi ranjang dengan merajuk saat melihat pintu kamar akhirnya terbuka. Tapi dia lalu mengernyit heran saat melihat penampilan Lizz yang serba hitam. Apa istrinya baru saja melayat? Siapa yang meninggal? pikirnya.     

Lizz duduk disebelahnya lalu menelusuri wajahnya seolah menghafalnya. Sengatan listrik langsung terasa menjalar tubuhnya saat jari Lizz mulai menyentuhnya.     

"Beb ... Kamu mancing yaa?" kata Marco serak.     

Tubuhnya langsung 'on' begitu merasakan Lizz yang meraba wajahnya. Tak tahu kah bebebnya ini, kenapa Marco suka mengikat tangan Lizz ketika bercinta. Selain agar Lizz tidak memberontak saat dia mencumbunya, sebenarnya Marco bisa ejakulasi dini jika mendapat rabaan dari Lizz, miliknya serasa ingin crot seketika jika Lizz menyentuhnya. Makanya agar aman Marco lebih suka Lizz diam dan Marco yang bekerja keras.     

Lizz menangis terisak dan itu langsung membuat Marco bingung. "Beb, kok nangis kamu kangen banget yaaa?" ucap Marco seraya memeluk Lizz. Tapi bukannya diam, Lizz justru makin menangis kencang. Lalu tiba-tiba Marco merasa tubuh Lizz lemas dan sesaat kemudian matanya tertutup.     

"Lah? Kok pingsan?" Marco menepuk pelan pipi Lizz agar terbangun. Tapi tak berhasil. Akhirnya dia merebahkan tubuh Lizz ke ranjang dan menyelimutinya.     

PRAAAANGGGG!!!     

Marco menengok ke pintu kamarnya dan melihat Vano yang melotot dan menjatuhkan gelas berisi teh di tangannya. Marco baru akan memarahi, saat Vano mendadak menunjuk kearahnya dengan tangan gemetar.     

"SE ... SE ... SE ... SETANNNNNNNN!!!" teriak Vano dan langsung berlari keluar.     

Marco bingung. Setan? Mana setan? Dia menengok ke kanan ke kiri tapi tak mendapati apa-apa. Mana ada setan? Aneh-aneh saja adik iparnya itu, batinnya sambil menggelengkan kepalanya.     

Dengan cuek Marco mencari minyak kayu putih untuk menyadarkan istrinya dari pingsan. Tapi niat itu belum terlaksana saat suara gedebuk orang memasuki kamar mengganggunya.     

Di sana ada Vano, David, Ai, Duo WiBi, dan satpam di depan tadi yang berjubel di depan pintu kamarnya. "Kalian apa-apaan? Berisik tau nggak?! Bini gue lagi pingsan nih!!"     

Semua mata memandangnya bengong. David maju menghampiri Marco, lalu ...     

PLAKKK.     

David memukul kepala Marco dengan kencang.     

"Set dah! Apa-apaan lu mukul gue?" protes Marco kesal.     

"Elo ... masih hidup?" tanya David penasaran.     

"Maksudnya?"     

David memegang kaki Marco. Dan tentu saja, tingkah David itu makin membuat Marco kebingungan. "Elu kenapa, woy?!"     

"Kakinya nyentuh tanah guys, dia beneran masih hidup."     

Embusan napas lega terdengar dari semua orang di pintu kamarnya. Membuat Marco makin bingung. "Kalian pada ngapain?"     

Puk ... Puk ...     

David menepuk pundaknya pelan. "Begini, Bro. Tiga hari yang lalu, kami mendapat kabar kalo elo meninggal."     

"HAAHHH!?"     

"Dan selama tiga hari ini, kami semua yasinan buat elo."     

"APAAA?!?!" kali ini Marco yang terkejut.     

"Makanya, Vano mengira Lo tuh setan waktu melihat Lo tiba-tiba muncul."     

Marco memandang semua orang yang manggut-manggut membenarkan penjelasan dari David.     

"Kalian doain gue mati?!" Marco berseru, dan semua orang di hadapannya mengangguk serempak.     

"Gue masih hidup. Sehat walafiat."     

"Dan lagi, nggak ada setan yang mukanya ganteng kayak gue. Gue kasih tau nih ... gue mau hidup atau jadi setan sekali pun, kadar kegantengan gue tuh enggak akan ada yang nandingi, dan enggak akan berkurang. Bahkan akan bertambah setiap detiknya. Paham?" cerocos Marco percaya diri.     

Semua orang ternganga memandangi Marco. Mereka yang tadi takjub, senang dan terharu karena mengetahui Marco masih hidup, seketika membubarkan diri. Semuanya mual melihat tingkah Marco yang super kepedean itu.     

"Eehhh ... Pada mau ke mana? Bini gue pingsan nih. Gimana nyadarinnya?" tanya Marco saat mereka malah bubar setelah mendo'akannya beneran mati dan mengolok-oloknya sebagai setan narsis.     

"Bodo amat! Pake aja kadar kegantengan lu itu, setan kupret!" ujar Ai lalu membanting pintu kamar dengan kencang.     

Marco memandang pintu dan ke arah Lizz bergantian. "Lah?! Gue kebingungan beneran woy!! Woooyyy!!!"     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.