One Night Accident

CAVENDISH



CAVENDISH

0Happy Reading.     
0

****     

Ai masih memandang bingung wanita paruh baya yang ada di hadapannya. Apa maksudnya? Tiba-tiba mengakui Duo-J sebagai cucunya? Lalu ingin membawa pergi seenaknya. Dia pikir, Javier dan Jovan itu seperti barang enggak berharga apa, main bawa sembarangan.     

Bapaknya saja enggak tahu di mana rimbanya, bahkan mungkin tidak mengakui Javier dan Jovan sebagai anaknya. Eh ... sekarang malah ada yang mengaku sebagai neneknya dan ingin membawa duo-J pergi. "Maaf. Ibu, sepertinya salah orang. Mereka anak-anak saya," ucap Ai tegas.     

Marco memandang tajam Ai, karena berani melawan perkataan Ratu. "Kenapa, mata kamu menatap tajam kayak gitu?" tanya Ai pada Marco membuat Marco semakin medelik memperingatkan.     

Tetapi, Stevanie hanya tersenyum dan menunjukkan foto bersama Daniel. "Saya tahu mereka anakmu, tapi juga cucuku. Ayah mereka, Daniel Cohza Cavendish adalah anak saya."     

Ai melihat foto itu dan seketika Ai membeku, itu memang wajah pria yang telah menghamilinya tiga tahun yang lalu.     

"Bahkan, wajah Daniel saat kecil sama persis dengan kedua anakmu," ujar Ratu Stevanie saat memberikan foto Daniel ketika masih balita.     

Ai semakin tegang, dia memandang Marco meminta pertolongan. Tapi Marco hanya menunduk. Dia tak berani menatap wajah Sang Ratu yang adalah ibu kandungnya sendiri. Marco bahkan tidak berani bicara karena khawatik tidak bisa menahan air matanya, karena rasa rindu.     

Apalagi, saat baru datang tadi sepertinya, Stevanie memandanginya dengan lebih lama, Marco tak ingin Stevanie curiga dan mengetahui kenyataan tentang dirinya. Karena ini memang belum waktunya.     

Stevanie berjalan pelan mendekati si kembar, "Hallo sayang, Aku Stevanie, grandma kalian," sapa Ratu Stevanie.     

Mendengar suara asing mengganggu mereka bermain game di ponsel, duo-J mendongak dan melihat seorang tante-tante berwajah bule menyapa mereka.     

"Hallo Oma, perkenalkan aku Javier."     

"Aku Jovan."     

Stevanie terkejut bukan main, dia pikir dia hanya akan menyapa basa basi, karena tahu perbedaan negara dan bahasa. Mengira dua cucunya tak akan mengerti kata yang diucapkannya. Tapi, dia salah. Ternyata hormon kecerdasan otak yang dia suntikkan ke tubuhnya, telah menurun kepada Daniel lalu diwarisi cucunya. "Kalian mau bermain ke rumah, Oma?" tanya Stevanie dengan senyum ramah.     

"Apakah Mommy akan mengizinkan kami?"     

"Apakah aku boleh minta ice cream lebih dari satu?" tanya mereka bersamaan.     

Stevanie tertawa pelan, melihat perbedaan karakter mereka. "Mommy kalian akan ikut, jadi sudah pasti memberikan izin dan kalian boleh memakan ice cream sebanyak mungkin."     

"Yeah …!" teriak mereka bersamaan.     

"Baiklah, karena masih pagi. Ayo kita berangkat, Oma akan memperlihatkan sesuatu yang sangat bagus," ajak Ratu Stevania lalu dengan mendadak menggendong Javier.     

"Kamu, ikut denganku!" Ucap Stevanie sambil berjalan keluar dari ruang rawat. Javier yang memang kalau ada Jovan jarang mendapat giliran pertama digendong tentu saja dia jadi merasa senang dan menatap wanita yang menggendongnya dengan mata berbinar-bginar.     

"Tunggu dulu, kenapa kamu membawa anakku sembarangan." Ai memprotes dan hendak mendekati Stevanie lalu merebut Javier, namun Marco segera mencekal tangannya dan mencegah.     

"Jangan berbuat macam–macam, Ai." Marco mengingatkan Ai dengan berbisik.     

"Apa maksudmu ?" Ai memandang Marco heran.     

"Lakukan, apa pun yang beliau minta atau kamu tak akan bisa keluar dari Inggris," ucap Marco dengan serius.     

"Memang siapa ia? Ratu Inggris? Kenapa aku harus menurutinya?"     

"Kamu harus tahu, dia lebih berkuasa dari Ratu Inggris."     

"Ucapan kamu banyak melantur, Marco."     

Marco melepaskan tangan Ai yang tadi dia cekal. "Ai, aku serius kau jangan bertindak aneh dan kita akan selamat."     

Ai mengembuskan napasnya kesal. "Iya. Iya. Cerewet banget sih!"     

"Ekhem … bisa kalian tidak berbisikan? Aku risih mendengarnya. Sekarang mulai berjalan karena aku tak punya banyak waktu untuk mendengar kalian bergosip," kata Stevanie memandang tajam ke arah Ai dan Marco.     

"Saya mohon maaf, Yang Mulia," ucap Marco menundukkan tubuhnya, sedangkan Ai menatap Marco seolah dia orang aneh.     

Stevanie entah kenapa merasa dadanya berdesir pelan, saat melihat Marco menundukkan tubuhnya, perasaan apa ini? Dia seperti mengenalnya.     

"Yang Mulia Ratu!" panggil Mr. Viky saat melihat beliau yang terdiam. Ratu Stevanie yang tersadar dari lamunan, langsung berbalik dan meninggalkan Ai di belakangnya. Marco merasakan hal yang sama, tapi dia memendam dalam hati, sambil berjalan mengikuti mereka.     

'"Aku bahkan belum mengizinkan atau menyetujui pergi bersamanya, kenapa main nyelonong bawa anakku,' batin Ai kesal lalu menggendong Jovan dan menyusul kepergian Marco serta Stevanie.     

***     

Ai merasa takjub, saat sampai di depan rumah sakit, karena terlihat banyak pengawal berdiri rapi. Bahkan Ai berani bertaruh bahwa para pengawal itu yang terbaik dan penjagaan setara dengan paspampres di indonesia.     

Selain itu, dia melihat mobil Limosin paling mewah yang pernah dia lihat sekarang sedang terparkir cantik di hadapannya.     

Ai sudah biasa dan dikawal dan naik mobil mewah milik david, namun apa yang sekarang dia saksikan tidak ada apa-apanya sama sekali. Ai masuk ke dalam limousine begitu pengawal membuka pintu untuknya. Lalu, limousine itu berjalan dengan mulus, bahkan ada pengawalan dari pihak kepolisian.     

"Wow!" hanya itu kata yang terpikir oleh Ai.     

Ai, Javier dan Jovan berada dalam mobil yang sama dengan Stevanie. Sedangkan, Marco ada dimobil berbeda bersama pengawal lainnya. Ai hanya diam saja, karena tidak tahu harus membuka pembicaraan dengan Stevanie. Lagipula, Stevanie terlihat hanya tertarik mengobrol dengan Javier dan Jovan. Ai merasa jadi kacang.     

Limosin terus melaju hingga sekitar satu jam, Ai bahkan melihat Javier dan Jovan malah tertidur pulas. Lalu tiba-tiba Limousine berhenti. Ai pikir mereka sudah sampai, namun ketika Ai melihat dari balik kaca mobil, ternyata limousine itu berhenti karena terhalang sebuah pintu gerbang yang sangat tinggi dan besar.     

Ai tidak berani terlalu kepo dan melihat dengan tampang seolah orang udik, namun ... Ai yakin gerbang itu mungkin setinggi tembok besar cina. Tidak akan bisa melewatinya dengan mudah kecuali pintu itu di buka oleh yang berwenang.     

Begitu pintu terbukan limousine itu kembali melaju. Ai melihat hanya ada satu jalan besar dengan beberapa polisi yang sepertinya memang bertugas. Apakah ini sebuah perbatasan? Kenapa penjagannya sangat ketat, batin Ai mulai risau.     

Ai memandang sekeliling, ternyata hanya ada rerumputan dengan banyak pepohonan yang lebat seperti tak berujung.     

Perjalanan dari pintu gerbang sudah hampir ditempuh selama tiga puluh menit, barulah Ai melihat banyak rumah penduduk. Semua terlihat teratur, modern serta terasa asri.     

Tidak lama kemudian Limousine memasuki sebuah pintu gerbang lagi kali ini layaknya pintu gerbang sebuah kerajaan. Ai melihat dari jauh bangunan yang mereka tuju, dan Ai merasa sangat takjub dan terpesona.     

Limousine berhenti dan pintu di sampingnya terbuka. Stevanie turun dan memerintahkan pengawal menggendong Javier dan Jovan agart di bawa masuk dan beristirahat, Sedangkan Ai ikut keluar dan hanya terbengong-bengong dengan istana di hadapannya.     

Stevanie berbalik menghadap Ai, "SELAMAT DATANG DI KOTA TERLARANG INGGRIS."     

"KERAJAAN CAVENDISH," ucap Stevanie sambil tersenyum.     

Ai hampir pingsan di tempat saat melihat bangunan di depannya. Ini bukan rumah atau mansion bahkan istana, tapi melebihi semuanya. Ini adalah istana dari para istana.     

Ai sampai tidak bisa mengatakan apa pun saking terpesona dengan istana di depannya. Ini sangat luar biasa.     

Stevanie berbalik dan mengisyaratkan Ai untuk mengikutinya memasuki bangunan tersebut. Ai yang masih sangat shock dan terkejut hanya mengikuti Stevanie seperti terhipnotis. Dia makin terpukau saat puluhan Maid berjejer rapi dan menundukkan tubuhnya menyambut Sang Ratu.     

'Oh! Siapa sebenarnya Daniel? Kelihatannya, aku tidur dengan orang yang salah,' batin Ai berkecamuk.     

Ai dan Stevanie masih berjalan mungkin sekitar 50 meter lagi hingga sampai di sebuah ruangan yang mirip ruang pertemuan kerajaan.     

"Silakan duduk," kata Ratu Stevanie.     

Karena terpukau, Ai bahkan tak menyadari kalau sudah memasuki ruangan yang hanya ada dirinya dan Stevanie, sedangkan, Duo-J diantarkan ke kamar agar beristirahat.     

Kali ini Ai duduk dengan sopan, tak ingin sikapnya membuat Stevanie marah. Setelah melihat semua ini nyali Ai jadi ciut dan jujur saja Ai mulai khawatir, sepertinya nenek dari anaknya memang bukan orang sembarangan. Ai lalu ingat sikap tidak sopan saat di rumah sakit tadi, semoga Stevanie tidak memepersulitnya karena sudah kurang ajar.     

"Baiklah, mari kita berkenalan lagi karena perkenalan pertama kita terlalu kaku. Aku Ratu Stevanie, Ibu kandung Daniel. Karena kamu Ibu dari cucuku, jika hanya berdua kau boleh memanggilku Mom," kata Ratu senyum dan bersikap lebih santai.     

Ratu memiliki insting yang mengatakan terlihat dari mimik wajah Ai, dia tak mengetahui tentang Aliansi Cohza dan Kerajaan Cavendish.     

"Saya Ratih Ayu Brawijaya, biasa dipanggil Ai," kata Ai gugup. Bagaimanapun ini bukan wilayahnya jadi Ai harus berhati-hati.     

"Kamu tak perlu takut, aku tak mungkin menyakiti kalian. Justru ... saat ini aku sedang sangat bahagia karena mengetahui bahwa aku sudah memiliki cucu, kamu tidak akan bisa membayangkan betapa aku sudah menantinkan ini sekian lama."     

"Sebagai neneknya aku juga berterima kasih karena kamu bersedia mengandung dan melahirkan mereka serta merawatnya dengan sangat baik selama ini," kata Ratu sambil menggenggam salah satu tangan Ai. Benar-benar merasa senang.     

"Anda, tidak perlu berterima kasih, mereka adalah anakku, tentu saja aku akan merawat mereka sepenuh hati," jawab Ai semakin gugup karena Stevanie tidak melepaskan tangannya.     

"Aku sudah menyuruh orang mencari keberadaan Daniel, jika kau ada pertanyaan kamu bisa minta penjelasan padanya nanti. Atau ... mungkinkah, kamu tahu keberadaan Daniel?" desak Ratu.     

'Mana Ai tahu, mereka ketemu saja baru sekali dan Ai langsung tek dung tralala' batin Ai sambil tersenyum miris.     

"Saya tidak tahu, pertemuan terakhir kami adalah tiga tahun yang lalu," jawab Ai tidak menjelaskan itu adalah pertemuan mereka satu-satunya.     

Sejenak kemudian Ai mengernyit heran. 'Ya ampun! Apa ini cowok bener-benar menghilang tanpa jejak. Sampai Ibunya saja enggak tahu keberadaannya.'batin Ai.     

Ratu mengangguk percaya, "Jadi ... bolehkah aku bertanya? Apa hubunganmu dengan Daniel?"     

Ai berkedip. Hubungannya Dengan Daniel apa?     

Ai saja tidak tahu, jadi ... bagaimana harus menjawabnya.     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.