One Night Accident

KEKUATAN CINTA



KEKUATAN CINTA

0Happy reading.     
0

***     

Daniel merasa seluruh tubuhnya agak terasa panas danperih. Dia ingat ini pasti efek ledakan tadi. Pasti tubuhnya ada yang terbakar. Ia pun berusaha membuka matanya perlahan dan mendapati ruangan yang temaram karena sedikitnya cahaya yang masuk.     

"Sudah bangun, Brother?" tanya sebuah suara. Daniel menoleh ke sampingnya dan mendapati Marco duduk dengan kedua kaki dan tangan di rantai.     

"Kamu terlihat mengenaskan" kata Daniel miris melihat keadaan adiknya.     

"Apa kamu tak melihat dirimu sendiri? Kamu lebih mengenaskan," sahut Marco memandang Daniel yang keadaannya tak jauh berbeda dengan dirinya, dan sepertinya dia tidak sadar bahwa dia ada di sebuah sel tahanan.     

Daniel memandang tubuh dan tangannya. "Shittt" Daniel berdecak kesal saat merasakan tangannya kebas. Entah sudah berapa lama mereka berada dalam keadaan seperti itu.     

"Hahaha ... kenapa kalian terlihat seperti daging panggang? Bahkan aku bisa mencium bau gosong dari tubuh kalian." terdengar suara tawa seseorang dari sel di sebelah mereka. Sontak kedua saudara itu langsung menoleh ke arah sumber suara. Di sana ada seseorang berlumuran darah yang juga di ikat. Keadaannya bahkan lebih mengenaskan karena seluruh wajahnya membiru dan berdarah.     

"Astagaaaa!"     

"Setannnnn!" teriak keduanya bersamaan.     

"Keponakan kurang ajar, berani mengataiku setan," kata suara itu lagi.     

"Setannya ngomong?" tanya Daniel.     

"Itu bukan setan goblok! Itu Uncle Paul," Marco menyahut.     

"Uncle Paul?" tanya Daniel tak percaya.     

"Dengan melihat tatonya saja, aku langsung kenal," jawab Marco kemudian.     

"Ah ... Kamu memang keponakanku tersayang," kata Uncle Paul pada Marco ketika Marco mengenalinya.     

"Tapi ... kenapa Uncle ada di sini?" tanya Daniel kemudian.     

"Apa aku perlu menjawab? Kalian tak memperhatikan sekitar? Kita ini ada di sel tahanan!" Paul lalu mengumpat-umpat saat sedikit menggerakkan tangannya dan rasanya luar biasa sakit.     

"Ah ... Sial! Sepertinya tanganku patah," ucapnya sambil mengerang..     

"Tunggu dulu, kalau Uncle Paul di sini ... lalu siapa yang berusaha membunuh si kembar?" tanya Marco memandang bergantian Daniel dan Paul.     

"Sialan ... kita harus segera keluar dari sini. Siapa pun dia, yang pasti nasib anak dan istri kita dalam bahaya," ucap Daniel sambil menggerakkan tangannya berusaha memberontak.     

"Hey, apa maksudmu? Siapa yang berusaha membunuh si kembar?" tanya Uncle Paul.     

"Tidak ada waktu untuk bercerita, kita harus keluar dari sini!" teriak Daniel kesal dan mulai menendang tembok tempat rantai tertanam.     

Marco memandang saudaranya yang seperti orang gila ingin menghancurkan tembok. "Yang benar saja. Di pikir dia itu Hulk?"     

Sedangkan Paul, hanya meringis melihat keponakannya yang sedikit panik.     

"Abaikan dia, sambil menunggu dia berhasil melepas rantai atau menghancurkan tembok aku akan ceritakan kronologisnya," Marco berujar.     

"Saat Javier dan Jovan akan di beri chip buatan Uncle. Ada yang menyabotase alat yang di gunakan dengan mencampur racun di ujungnya. Jika sampai mengenai tubuh mereka seinci saja maka racun itu akan membunuh mereka kurang dari satu menit. Dan karena alat dan chip itu dari Uncle Paul, kami sempat curiga, bahwa Uncle yang bermaksud melenyapkan si kembar. Terlebih, setelah kejadian itu, dirimu malah menghilang. Seperti itulah kronologinya uncle." Marco mempersingkat cerita.     

"Apa!? Jadi kalian menuduhku mencelakai keluargaku sendiri?! Tsk!! Ini tuduhan paling menyakitkan yang pernah aku rasakan. Aku bahkan rela melajang seumur hidup demi keluarga, namun tega-teganya kalian menganggapku serendah itu. Kalian benar-benar parah. Uncle kecewa dengan kalian," ucap Paul dengan wajah di buat semenyedihkan mungkin.     

"Ewwhhh ... You are so lame, Uncle! Please don't do that! Your face looks disgusting, you know?! Anyway, kami punya alasan kuat. Siapa suruh, Uncle menghilang saat dibutuhkan?" Marco membela diri.     

"What?! You said this gorgeous face looks disgusting?! Kamu pikir, mukamu itu kloning dari siapa kalau bukan dariku?" Marco memutar matanya jengah.     

"Lagi pula, aku tidak menghilang. Tapi di culik!" Paul melanjutkan.     

"You are so stupid, Uncle. Bagaimana mungkin seorang ahli senjata dan komunikasi Save Security begitu mudahnya bisa di culik."     

"How about you? Apa kamu tidak sama bodohnya denganku? Buktinya sekarang kamu bisa ikut di sini bersamaku, eh?!" jawabnya menang, terlebih setelah melihat kedua mata keponakannya yang memutar sebal.     

"However, kenapa pelakunya bisa dengan mudah menculik Uncle?"     

"Awalnya aku mendapat telepon dari Pauline, katanya ada yang mencoba meng-hack perusahaan Cohza, makanya aku pulang lebih awal. Tapi saat mau berangkat, ada yang memberi kabar kalau jet perusahaan Cohza sedang di perbaiki. Akhirnya aku naik pesawat komersil. Sesampainya di bandara aku di jemput anak buah dari perusahaan Cohza. Tapi saat aku sudah di dalam mobil, mereka membiusku. Dan saat terbangun, aku sudah ada di sini dan dihajar sampai babak belur. Aku bahkan tidak sempat bertanya apa motif penculikan ini karena mereka hanya memukuliku begitu saja."     

Marco manggut-manggut usai mendengar penjelasan dari Paul. "Jadi, pelakunya adalah bibi Pauline?"     

"Apa maksudmu?"     

"Kalau bukan Uncle yang ingin menghabisi keturunan Cohza, berarti bibi Pauline pelakunya," jawab Marco.     

"Jangan sembarangan menuduh. Pauline itu saudari kembarku. Tak mungkin dia ingin mencelakakan kalian apalagi memukuliku. Dia menyayangiku sepenuh hati. Bahkan aku berani menjamin, rasa sayangnya ke kalian juga jauh lebih besar dari rasa sayang ke dirinya sendiri," Paul membela saudarinya.     

"Sekarang aku tanya, siapa saja yang mengetahui kode brankas di kantormu selain uncle Paul sendiri?" tanya Marco.     

"Pauline." Paul menjawab.     

"Siapa saja yang bebas mengecek keamanan chip selain Uncle?"     

"Pauline." Paul mengernyit tidak suka.     

"Siapa saja yang membantu Uncle untuk menyiapkan peralatan, mengenai chip di dalam tubuh kita?"     

"Pauline." Pauline tidak mungkin menghianatinya, batin Paul.     

"Lalu, siapa yang menelepon dan meminta Uncle untuk segera pulang?"     

"Pauline." Paul sekarang khawatir.     

"See? Sudah jelas, Bibi Pauline dalang dari semua ini," ucap Marco yakin.     

"No way! Aku tidak percaya!"     

"Tapi semua tuduhan, menjurus pada Bibi Pauline!"     

"I know her so well, kiddo! Dia tak akan mungkin berbuat sesuatu tanpa persetujuanku!" Paul masih membela saudari kembarnya.     

"Aku tahu apa yang paman rasakan, namun bagaimana kalau kenyataannya seperti itu?" tanya Marco mulai menemukan titik terang.     

BRUAGGGGHH.     

Marco dan Paul menoleh ke arah sumber suara keras yang membuat keduanya terkejut. Mata keduanya lalu terbelalak lebar ketika melihat Daniel baru saja menarik rantai besi yang tertanam di dinding hingga tercabut dan meruntuhkan dinding tersebut.     

"Oh my God! Did you see that, Uncle?!" Marco bertanya pada Paul.     

"Maybe I'm a little bit old, but I'm not blind, kiddo!" Paul juga tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihat oleh matanya.     

"Kamu benar-benar melakukannya, Daniel!" Marco tak percaya melihat Daniel berhasil melepaskan tangannya dari rantai.     

"Kamu memiliki hubungan darah dengan Hulk?!" Paul yang masih tak percaya bahwa keponakannya benar-benar bisa menghancurkan tembok dengan tangan kosong juga menimpali dengan suara yang terdengar kagum.     

"Ini pasti kekuatan cinta," Marco berujar saat Ai mendadak saja melintas di dalam benaknya.     

"Bukan. Aku masih ingin selamat. Mendengar kalian berdua mengoceh tak jelas, membuat dinding ini sebentar lagi runtuh! And as you can see." Daniel menyahut kesal dengan mengendikan kepala. Menunjuk dinding yang berlubang dengan dagunya, sambil melepaskan sebelah tangan dan kakinya dari lilitan rantai.     

Marco berdecak sementara Paul meresponnya dengan mendengkus. Keduanya sama-sama terlihat kesal karena diejek oleh Daniel.     

Daniel sudah terlepas dari rantai lalu menatap tubuhnya yang memang penuh lecet akibat ledakan. "Kalian tahu, sebenarnya kalian juga bisa meruntuhkan tembok hanya saja kalian tidak tahu mana titik yang rapuh untuk dihancurkan. Setiap bangunan akan memiliki sudut rawan begitu pula dengan tembok, aku hanya mencari titik yang tepat dan mengerahkan kekuatan untuk membuat titik itu retak dan melebar, setelah satu titik merenggang akan dengan mudah menghancurkan sekelilingnya. Kalian mengerti?"     

Paul dan Marco sama-sama menggeleng.     

Daniel langsung merasa sial karena memberi penjelasan yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Maka dari pada membuang waktu lebih baik dia segera melepaskan mereka saja.     

Baru saja Daniel akan melepaskan rantai yang mengikat Marco, aksinya terhenti saat mendengar suara berdebum seperti benda jatuh, namun kali ini bukan karena ulahnya.     

"Ada yang di lempar lagi," Marco berbisik saat melihat sesosok tubuh yang dilempar masuk ke ruang sel yang di tempati oleh Paul.     

"Pauline?!"     

"Bibi?!"     

Ketiganya terkejut saat wajah orang yang di lempar itu mendongak.     

Tubuh Pauline terikat dan terlihat penuh dengan darah serta banyak goresan di sana sini.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.