One Night Accident

MOTIF



MOTIF

Enjoy Reading.     

***     

"Semua sudah siap?" tanya orang itu.     

"Sudah bos."     

Orang itu tersenyum licik.     

"Kamu dan sebagian anak buahmu pergi ke tempat bocah kembar itu. Saat mereka datang lakukan rencananya, jangan sampai gagal."     

"Baik Bos."     

Apa yang lebih menyakitkan dari kehilangan anggota keluarga? Pasti mereka akan terpuruk menyaksikan kematian bocah-bocah itu. Dan pada saat itu tiba mereka pasti akan lengah dan itu adalah saat yang tepat untuk menghabisi mereka semuanya.     

"Segera berangkat! Mereka sebentar lagi sampai!" perintahnya pada anak buahnya dan dia juga pergi.     

"Sisanya tetap jaga di sini beritahu aku jika mereka sudah datang. Aku ingin mengunjungi Ai dan membantunya pergi ke surga," katanya lagi pada anak buahnya yang lain.     

Tentu saja dia tidak akan membiarkan Ai mati begitu saja. Akan lebih bagus jika Ai mati di depan mata mereka.     

Dia bisa menyiksa Ai sedikit dan membiarkan mati dengan pelan.     

***     

Di sebuah kamar, Ai terbaring lemas karena lapar. Sudah dari kemarin dia tak menyentuh makanan. Bukan karena kekanakan, dia hanya takut makanan yang diberikan padanya diberi racun.     

Saat masih ada Pete dia masih berani makan. Karena, walau Pete psycho, tapi ia menyukainya. Jadi tak mungkin Pete meracuninya. Tetapi sekarang siapa yang tahu dengan apa yang akan dilakukan orang-orang itu padanya.     

Masih berbaring dengan lemas tiba-tiba Ai mendengar suara pintu yang terbuka dan muncullah sosok yang dari kemarin masih membuat Ai tak percaya bahwa dialah orang yang merencanakan semua ini.     

Bagaimana orang itu terlihat hangat dan senantiasa menyayangi dan melindungi keluarga. "Mau apa lagi Anda kemari?" tanya Ai memandang orang itu benci. Orang itu menutup pintu dan memandang Ai dengan tatapan menghina.     

"Apa pun yang aku mau kau tak akan pernah mengerti little girl. Yang harus kau tahu. Salahkan saja nasib burukmu karena menikahi seorang Cohza sekaligus Cavendish yang harusnya menjadi milikku!"     

"Daniel tidak tamak akan semua itu! Anda bisa mengambilnya kalau mau, bahkan jika anda minta, aku yakin saudara anda akan menyerahkannya pada anda dengan suka rela!" jawab Ai tak takut.     

Orang itu mengangguk. "Mungkin jika aku meminta pada keluarga Cohza Save Security akan menjadi milikku sepenuhnya tapi Cavendish?!" Orang itu menggeleng geleng.     

"Aku bukan keturunan Cavendish jadi aku tak mungkin memiliki Cavendish. Padahal dibandingkan Cohza aku lebih membutuhkan Cavendish. Terutama laboratorium milik mereka."     

"Jadi anda ingin menjadi penguasa Cavendish?" tanya Ai miris tak menyangka saudara mertuanya sangat gila kekuasaan.     

Orang itu mengernyit lalu tertawa terbahak bahak mengetahui pemikiran Ai. "Aku tak peduli dengan Kerajaannya. Siapa pun boleh menjadi Raja dan Ratu di sana! Yang ku inginkan adalah laboratorium milik Cavendish. Aku ingin mendapatkan obat yang selalu mereka simpan rapat untuk mereka sendiri!"     

"Untuk apa? Anda tidak mengidap penyakit yang mematikan." Ai menyahut.     

"Aku memang tidak, tapi seseorang yang ku sayangi pernah menderita penyakit itu. Dan saat aku membutuhkannya, Cavendish tak memberikan obat itu. Dengan kejamnya mereka membuat orang yang aku cintai mati di depan kedua mataku."     

"Tidak mungkin ... bukankah keluarga kalian saling mendukung. Tidak mungkin dia membiarkan salah satu keluarga menderita kesedihan!" Ai tahu Daniel sangat menyayangi Jhonatan bahkan rela berkorban demi saudaranya itu, begitu pula sebaliknya. Ai juga yakin Daddy Petter juga bersikap seperti itu pada seluruh saudaranya. Jadi ... tidak mungkin dia menolak kalau memang saudaranya meminta bantuan.     

"Kamu terlalu tidak tahu apa-apa. Jika orang yang aku cintai adalah orang biasa aku yakin mereka tidak akan berpikir dua kali untuk menyelamatkannya. Sayangnya aku Jatuh cinta pada orang salah. Tapi ... mau bagaimana lagi, cinta tidak bisa memilih bukan? Aku malah jatuh cinta pada seorang Smith. Sementara keluarga Cohza musuh bebuyutan keluarga Smith."     

Ai mengerti sekarang duduk perkaranya. "Jadi ... kau yang jatuh cinta tapi aku yang harus ikut sengsara. Kalau mau balas dendam kenapa tidak langsung pada orangnya kenapa melibatkan diriku sialan."     

"Karena aku ingin dia merasakan bagaimana sakitnya kehilangan orang yang dicintai di depan kedua matanya. Dia harus tahu ... seberapa menderita aku selama ini."     

"Kamu gila ...." Ai mulai takut karena orang itu sepertinya semakin emosi.     

"Itu juga yang dulu dikatakan ayahku, Aku gila karena jatuh cinta pada musuh. Memang apa salahnya aku jatuh cinta pada seorang Smith?! Daniel yang seharusnya menikahi putri Inggris boleh menikahimu. Jhonatan bahkan lebih parah karena menikah dengan pembantu. Mereka semua bebas memilih pasangan, kenapa aku tidak?"     

"Lizz memang hanya seorang pembantu tapi dia lebih bermartabat dari pada dirimu? Lizz tidak akan menyakiti anggota keluarga." Ai tidak suka Lizz dihina.     

"Di sini aku yang tersakiti terlebih dahulu. Aku tidak akan melakukan ini jika dari awal Stevanie mau mengobati pasanganku. Namun ... Stevanie sudah menolak dan orang yang aku cintai juga sudah meninggal. Maka ... sejak saat itu aku sudah tidak menganggap dirinya sebagai anggota keluarga lagi. Keluargaku hanya aku dan kedua anak-anak ku. Itupun salah satunya sudah dibunuh Pete. Jadi ... apa kau masih akan mengatakan kalau aku tidak boleh balas dendam?"     

"Apakah dengan balas dendam orang yang mati akan bisa kamu hidupkan kembali? Walau kamu membunuh kami semua tetap saja orang yang kamu cintai tidak akan hidup lagi. Begitu juga dengan anakmu."     

"Siapa bilang dia tidak akan hidup lagi? Jhonatan yang harusnya sudah mati sekarang hidup kembali. Jika akan memiliki seluruh laboratorium Cavendish, untuk diriku sendiri maka aku bebas menggunakan obat apa pun dan ku berikan pada siapa pun! Aku bahkan masih mengawetkan mayatnya karena aku tahu saat itu pasti akan tiba. Orang yang aku cintai akan hidup kembali." Jawab orang itu dengan jejak kemarahan sakit hati dan dendam di matanya.     

"Kenapa anda memberitahu semua pada ku? Anda tak takut aku mengatakan semuanya pada keluarga Cohza dan Cavendish?" tanya Ai.     

Orang itu menyeringai mengejek. "Siapa yang akan kau beritahu? Hmm? Satu-satunya yang akan kau beritahu hanyalah malaikat maut! HAHAHAHA!!"     

Ai langsung pucat pasi mendengar penuturan orang itu. "Anda akan membunuhku? Apa anda sadar, aku sedang hamil dan aku ini keponakanmu!"     

"Justru yang perlu aku lenyapkan pertama kali adalah bayi dalam kandunganmu! Seluruh pewaris Cavendish harus musnah, karena itu hukuman untuk keluarga Cavendish yang sudah membiarkan orang yang kusayangi pergi!" katanya lalu mengeluarkan pisau lipat dari sakunya.     

Ai terbelalak melihat pisau tajam di hadapannya dia bangun dari ranjang dan berusaha lari tapi karna badannya yang tak kemasukan makanan apa pun dari kemarin membuat dia berdiri gemetar. Ai berusaha membuka jendela di belakangnya dengan panik saat orang itu mulai mendekat. Sayangnya jendela itu terkunci rapat.     

"Aku mohon jangan menyakiti anak-anak dan bayiku." Ai menangis memohon. Orang itu makin mendekat.     

"Sejenak tadi kamu masih sangat galak kenapa sekarang sudah ketakutan?" ejeknya.     

"Bukankah lebih baik anda menyandra aku dan meminta ibu mertuaku menghidupkan dahulu orang yang kamu cintai. Aku yakin aku lebih berguna ketika masih hidup daripada kalau sudah mati." Ai berusaha mengulur waktu selama mungkin. Berharap bantuan akan segera datang.     

"Apa kamu pikir aku sebodoh itu. Bahkan tanpa kamu suruh dari pertama kali kamu dibawa ke sini para dokter di Cavendish sudah melakukan operasi pada kesayanganku tentu saja dengan Stevanie yang memimpin. Karena dia tahu dia tidak bisa main-main denganku. Dia memberikan obat yang salah ... maka aku akan mengabisimu saat itu juga."     

"Bagaimana kamu tahu Ratu akan benar-benar menghidupkannya? Bagaimana kalau gagal?"     

"Stevanie bukan orang seperti itu. Dia tahu aku akan benar-benar membunuhmu dan cucu-cucunya jika dia melakukan kesalahan. Bahkan ... baru satu jam yang lalu mereka mengatakan obat yang dibutuhkan sudah di suntikkan semua dan orang yang aku cintai sudah berada di tempat yang aman. Jadi ... sekarang kamu sudah tidak aku butuhkan lagi."     

"Kamu licik."     

"Yeah ... aku tidak mau ada yang membalas dendam padaku suatu hari nanti. Jadi ... sebaiknya aku bersihkan kalian semua."     

Ai mudur ke pojok ruangan ketika orang itu mulai mendekat. Namun ... baru saja tangannya akan digapai terdengar ketukan di pintu.     

"ADA APA?!" bentak orang itu saat mendengar suara ketukan pintu.     

"Maaf, Boss. Mereka sudah hampir sampai," kata anak buahnya.     

"Sialan! Kalian cepat bersiap, aku akan selesaikan ini dengan cepat!" katanya lalu berbalik dan menghampiri Ai cepat.     

Ai berusaha lari ke arah pintu saat rambutnya di jambak "Aaakkkhhh!!" teriak Ai merasa kulit kepalanya yang sakit.     

"Ayo kita keluarkan bayimu terlebih dahulu," bisiknya di telinga Ai, membuatnya semakin panik. Dia berusaha meronta, memukul, menendang tapi semua percuma. Kekuatannya tak sebanding dengan orang yang memiliki pengalaman bertarung sepertinya. Dengan mudah ia melempar Ai ke atas ranjang hingga membuat dada Ai terasa sesak karena terhempas dengan kencang.     

Ai hendak bangun namun kedua tangannya di cengkeram dan diikat di kepala ranjang. Ai berusaha meronta dan berhasil menendang orang itu hingga terjatuh dari ranjang. Sayangnya perbuatan Ai justru membuat kemarahan orang itu tersulut.     

"Dasar jalang sialan!"     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.