One Night Accident

TIDAK MENYERAH



TIDAK MENYERAH

0Enjoy Reading.     
0

****     

Marco meraih ponselnya. Ia menghubungi anak buahnya untuk menyiapkan pesawat dan helycopter sebanyak mungkin. Dengan keyakinan penuh, Marco kembali ke pemakaman.     

Satu jam kemudia Marco berdiri kembali di depan makan Javier. Dia melihat langit di atasnya yang cerah. Lalu dia kembali mengangkat ponselnya dan menghubungi seseorang. "Turunkan sekarang!" Marco memerintah seseorang di seberang sana.     

Lalu tanpa memedulikan bajunya yang mulai basah, hujan buatan mengguyur seluruh area pemakaman. Marco memandangi makam Javier dengan tenang. Bukan obat. Serum atau pun hormon yang gagal bekerja di tubuh Javier. Semua formula sudah sesuai takaran dan dimasukan ke dalam tubuh Javier dengan cara yang benar. Namun semua itu masih gagal karena mereka Tapi mereka melupakan satu sentuhan yang dulu bisa membangkitkannya.     

Air.     

Semua yang hidup butuh air. Namun tak semua air bisa digunakan untuk hidup. Marco sudah berusaha merendam Javier dalam air mineral tapi hasilnya gagal. Sekarang marco memiliki satu keyakinan.     

Air yang dibutuhkan Javier adalah air hujan. Tapi ... bukan air hujan biasa, Javier butuh air dan tanah. Air akan memiliki kandungan mineral jika melewati tanah. Karena tanah sendiri memilik banyak zat yang berguna.     

Selama ini Marco lebih cepat sembuh jika berendam di sungai atau air terjun. Karena di sana ada dua elemen yang di butuhkannya. Air dan Tanah. Marco selama ini salah. Bukan air murni yang menyembuhkan dirinya. Tapi kombinasi Air dan Tanah. Dua elemen tersebut yang harus bersatu agar hormon pembangkit itu bekerja. Dan karena Javier sudah berada di tanah, Marco tinggal menyiramnya dengan hujan buatan yang saat ini sedang diturunkan melalui pesawat dan helikopter yang tadi di perintahkannya.     

"Ayo, Javier! Bangkitlah!"     

***     

Daniel memandang sendu wanita di depannya. Sudah tiga hari semenjak dia koma, tapi tak ada tanda-tanda Ai akan segera sadar. Setiap hari yang dilakukan Daniel hanyalah duduk termenung menunggu pujaan hatinya segera sadar. Tak ada keluarganya yang menegur, justru mereka ikut bergantian menjaga Jovan. Begitu pun keluarga Ai setelah mengetahui insiden yang menimpanya. Mereka secara bersamaan datang ke Cavendish dan membantu menguatkan Ai agar segera sadar.     

Cuaca panas yang menyengat tiba-tiba berubah menjadi hujan lebat. Seperti itulah perasaan Daniel kini. Ia seolah sedang jungkir balik dengan cepat. Baru beberapa hari yang lalu dia menikah dan menjalani kebahagiaan bersama keluarga besarnya. Sekarang dia merasa sekarat karena kehilangan dua orang buah hatinya. Dipandanginya wajah Ai yang tertidur. Masih terlihat cantik dan menarik, walau pun wajahnya masih agak pucat.     

"Tweety, kenapa kamu tidak segera bangun? Apa kamu tak merindukanku? Kenapa kamu betah sekali tidur?" Daniel memanggil dengan suara tercekat.     

"Bangunlah, sayang. Aku dan Jovan masih membutuhkanmu! Apa kamu ingin menjadi Putri tidur? Aku bahkan sudah menciummu berulang kali, harusnya kamu segera sadar," bisik Daniel di telinga Ai dan mengusap lembut wajahnya.     

Ai berhasil diselamatkan, namun berada dalam keadaan koma. Maka Ai langsung di terbangkan ke Cavendish untuk perawatan lebih lanjut. Sayangnya akibat kekerasan yang dia dapatkan rahimnya mengalami kerusakan parah bahkan nyaris infeksi karena alat yang digunakan untuk mengaduk perut Ai tidaklah steril. Jika dalam kasus lain sudah bisa dipastikan bahwa Ai tidak akan bisa hamil lagi. Namun ... ini adalah Cavendish obat di sana 10 kali lipat lebih bagus dari negara manapun. Ai memang harus tetap berhati-hati namun bisa dipastikan 3-5 tahun yang akan datang Rahimnya akan sembuh total dan jika Ai masih mau dia bisa hamil kembali.     

Daniel tidak perduli tentang hal itu, Ai bisa memiliki anak lagi ataupun tidak itu bukan masalah baginya. Yang Daniel mau hanyalah uistrinya segera sadar dan kembali bersama dirinya. Tidak ada hal lain yang lebih penting dari pada itu.     

Daniel sedang menggenggam tangan lembut istrinya ketika perhatiannya teralihkan karena mendengar suara ketukan pintu.     

"Masuk!"     

"Maaf mengganggu Yang Mulia ... tapi Pangeran Jhonatan kalap dan membongkar makam Pangeran Javier," seorang bodyguard melapor dengan tubuh basah kuyup karena menerjang hujan.     

"Apa?!"     

"Maaf, Yang Mulia. Kami sudah berusaha mencegahnya, tapi Pangeran Jhonatan malah mengamuk dan menghajar kami." Pengawal itu terlihat tidak berdaya. Bagaimanapun juga yang mereka lawan adalah pangeran mereka sendiri. Memukulnya sama dengan mencari mati, namun membiarkan Marco membongkar makan juga sama mengerikan akibatnya bagi mereka.     

Ah ... orang rendahan memang selalu ada diposisi yang salah.     

Daniel berdiri dan langsung keluar. Keadaan lumayan gelap karena memang hari sudah berganti malam tanpa ia sadari. Ia berusaha secepat mungkin sampai ke pemakaman. Daniel tahu, Marco merasa bersalah karena kematian Javier. Daniel juga tahu, Marco masih penasaran dan masih terus berusaha membangkitkan Javier dari kematian, seperti dirinya yang berhasil selamat. Tapi pada kenyataannya, cepat atau lambat, Marco harus menerima keadaan bahwa keajaiban tidak terjadi dua kali.     

Daniel bukan tidak mencintai anaknya Javier karena menyerah begitu cepat akan usaha Stevanie dan Marco. Daniel juga bukan tidak sedih melihat anaknya meninggal. Namun ... apa yang terjadi tidak bisa di putar kembali. Yang bisa dilakukan Daniel saat ini adalah harus menjadi yang paling kuat dan tegar. Masih ada Ai yang perlu perawatan dan penghiburan jika sadar nanti, apalagi jika Ai tahu Javier meninggal, istrinya pasti akan mengalami trauma berkali-kali. Selain itu masih ada Jovan yang terus menanyakan di mana Javier dan bahkan sampai hari ini belum mengerti bahwa saudara kembarnya sudah tidak ada lagi.     

Daniel harus menjadi penopang yang bisa menahan Ai dan Jovan disaat mereka terpuruk dalam kesedihan.     

Hujan masih mengguyur dengan deras ketika Daniel akhirnya sampai di tempat Javier dimakamkan. Hati Daniel langsung terasa teriris pedih begitu sampai di sana. Makam Javier sudah digali kembali, terlihat lubang yang menganga lebar dan Marco masih di dalam berusaha mengeluarkan tubuh kecil anaknya. Sedang di sekitar makan terlihat tubuh beberapa pengawal pingsan karena dihajar Marco.     

Daniel berlari ingin menghentikan Marco yang sepertinya sedang kalap itu. Dia harus menghentikan kegilaan ini.     

"Marco! Apa yang kamu lakukan?"     

Marco tidak menjawab dan tetap fokus di liang lahat itu.     

"Marco ... keluar dari sana, biarkan Javier beristirahat dengan tenang. Sadarlah ... Javier memang sudah pergi. Jangan terpuruk oleh rasa bersalah. Kami tidak menyalahkanmu!" Daniel berujar saat Marco tak kunjung keluar dari dalam makam Javier.     

Marco memandang Daniel dan menggendong tubuh Javier erat. Terlihat tubuh kecil anaknya sudah bercampur dengan air dan tanah hingga seperti habis keluar dari kubangan lumpur.     

Daniel tahu, Marco sedang menangis walau air matanya bercampur dengan air hujan.     

"Marco, kembalikan Javier." Daniel membujuk.     

Marco memandang Daniel dan tertawa aneh membuat Daniel semakin khawatir dan curiga bahwa Marco juga mengalami depresi karena tekanan rasa bersalah. Sama persis seperti yang dia alami dulu ketika mengira Jhonathan meninggal dunia karena menggantikan dirinya.     

Dalam sekali lompat Marco keluar dari makam Javier dan berdiri di hadapan Daniel. "Aku akan menghidupkannya lagi."     

Daniel semakin memandang Marco dengan sedih. "Tidak apa-apa Marco, jangan memaksakan diri."     

"Aku sudah berjanji dan itu pasti akan terjadi. Kamu tidak percaya padaku?"     

"Marco ...." Daniel tidak tahu harus berkata apa. Dia ingin Javier bangkit namun dia tidak mau anaknya dijadikan bahan percobaan. Jika memang Javier sudah meninggal maka Daniel lebih suka memakamkan anaknya dari pada harus melihat tubuhnya diotak-atik sebagai bahan laboratorium.     

"Kamu menyepekan kemampuanku?"     

"Tidak ... tapi kita harus menerima kenyataan. Marco ... kembalikan Javier." Daniel memohon.     

Marco mengusap punggung kecil Javier lalu dia membersihkan wajah keponakannya dan menatapnya penuh kasih sayang. "Javier, apa kamu mau kembali ke lubang sana?" tanya Marco pada Javier.     

Daniel makin sedih dibuatnya. Adiknya benar-benar frustasi hingga mengajak bicara orang yang sudah meninggal.     

"Marco." Daniel terlihat sangat nelangsa.     

"Javier, ayo bicara! Jangan sampai Uncle melemparmu kembali ke sana!" Marco berseru dan suaranya terdengar marah.     

"Aku tidak mau. Di sana gelap. Aku takut, Uncle," ucap Javier pelan karena meras baru bangun tidur dan masih mengantuk, dia mengangkat wajahnya memandang memelas ke arah Marco.     

Mata Daniel membelalak lebar. Sementara Marco terkekeh melihat ekspresi terkejut Daniel.     

"Call your Daddy," bisik Marco saat ia menyerahkan Javier pada Daniel.     

Daniel memandang Javier masih tidak percaya. Dengan tangan gemetar Dia meraih dan langsung menggendong Javier dengan perasaan haru yang tak bisa diucapkan dengan kata -kata.     

Javier-nya telah kembali. Anaknya masih hidup. Melihat itu Daniel merasa satu kesedihannya telah diangkat. Dengan rasa yang membuncah bahagia Daniel menciumi seluruh wajah Javier dan terus mengatakan bahwa dia menyayanginya. Ia tertawa sekaligus menangis karena tidak tahu harus mengungkapkannya seperti apa.     

"Sudah ku bilang, aku akan menyelamatkan Javier. Aku tidak berbohong!" ucap Marco bangga.     

"Aku percaya. Sekarang aku percaya. Terima kasih telah mengembalikan Javier padaku." Daniel menyahut. Lalu bersama-sama mereka memeluk Javier dengan tertawa dan menangis bersamaan.     

"Lihat! insiden dengan wanita di malam hari memang insiden paling membahagiakan. Namun aku jamin insiden malam ini yang akan selalu kita kenang seumur hidup. Benar 'kan?!" Marco menyeringai lebar.     

Benar. Insiden satu malam dengan Ai memang membahagiakan. Namun insiden kebangkitan kembali Javier benar-benar mukjizat yang tidak akan pernah Daniel lupakan.     

Mulai saat ini dia akan berusaha lebih keras untuk melindungi orang-orang yang dia cintai. Istrinya, Anaknya dan seluruh keluarganya.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.