One Night Accident

WANITA HEBAT



WANITA HEBAT

0Happy Reading     
0

***     

"Uncle Pete menikah."     

Glontang ...     

Glekk ...     

Brusss ...     

Uhukkk-uhukk     

Ratu menjatuhkan sendok makannya, Peter menelan     

makanan yang masih penuh di mulutnya dengan susah payah, Ai lebih semangat karena dia langsung menyemburkan makanan hingga muncrat kemana-mana saat tersedak.     

'Benar-benar calon Ratu idaman,' batin Stevanie melihat menantunya yang sangat tidak sopan itu.     

"Sebaiknya kita kesana dan melihatnya," kata Ratu Stevanie     

yang berhasil menguasai dirinya terlebih dahulu.     

"Tidak perlu, biar aku yang melihat dulu, kamu urus saja kerajaan," ujar Peter pada istrinya.     

"Aku ikut," ucap Ai semangat.     

"Tweety," protes Daniel.     

"Kenapa? Aku hanya ingin melihat wanita sehebat apa yang     

berhasil membuat uncle Pete bertekuk lutut dan menikahinya," Kata Ai dengan wajah tidak bisa di ganggu gugat.     

Daniel menghembuskan napas berat. "Baiklah kita kesana     

bersama," kata Daniel mengalah.     

"Terimakasih, Honey," ucap Ai memeluk Daniel dan menciumnya mesra tentu saja dibalas oleh Danie dengan sama semangatnya.     

"Mommy, mau seperti itu?" Tanya Peter pada Stevanie.     

Stevanie memutar bola matanya malas. "Jaga sikapmu," kata Ratu mengelak. "Dan jangan lupa beritahu aku saat Pete mengadakan resepsi pernikahannya, aku tetap akan datang" kata Stevanie melanjutkan makannya tanpa menghiraukan anak dan menantunya yang masih asik berciuman.     

Stevanie sudah terlalu kebal melihatnya mereka bermesaraan di sembarang tempat.     

"Apa kamu penasaran dengan istri Pete?" tanya Peter.     

"Tentu saja, kita semua tahu bagaimana Pete, jadi siapa pun     

wanita yang berhasil menakhlukkan dirinya. Pastilah wanita itu sangat hebat dan tangguh karena bisa bertahan di sisi Pete. Bahkan bisa membuat Pete menikahinya. Aku yakin dia sangat luar biasa."     

"Yeah, aku juga penasaran, pasti wanita itu memiliki kemampuan tingkat tinggi," kata Peter setuju sambil menggenggam tangan Stevanie di bawah meja dan mengelusnya mesra.     

Siapa bilang mereka tidak bisa bersikap romantis?     

***     

Ai bukan orang yang sabar. Begitu dia mendengar Pete menikah rasa penasaran langsung melonjak tajam. Ai mengajak Daniel ke Indonesia saat itu juga. Bahkan Ai dengan rayuan mautnya berhasil mengumpulkan semua anggota keluarga satu jam sebelum dia sampai di Indonesia. Karena begitu sampai di sana Ai tidak akan menunda semenit pun untuk melihat seberapa cantik dan anggun istri Pete.     

Ai sudah bisa membayangkan bahwa istri pamannya tidak akan kurang dari Stevanie sang Ratu. Atau paling tidak memiliki aura dominasi layaknya si penghianat Pauline itu.     

Jadi di sinilah Ai sekarang membangunkan semua orang dari tidur lelapnya untuk mengajak mereka bertemu istri paman Pete yang menggemparkan seluruh keluarga Cohza.     

Semua sudah siap kecuali Marco. Karena Marco satu-satunya orang yang sudah mengenal istrinya Pete maka ... Ai mengajak semua orang berkumpul di rumahnya sebelum berangkat.     

Marco tentu saja membuka pintu kamarnya dengan wajah kusut ketika digedor berulang kali tanpa jeda.     

"Bos ...? Kapan datang?" tanya Marco melihat ternyata kakaknya yang menggangu tidurnya.     

"Barusan. Siap-siap gih. Kita ke rumah paman Pete." Daniel berbalik tanpa menunggu jawaban Marco.     

Marco yang baru tidur belum mencerna perkataan Daniel dengan sempurna. Sesaat setelah dia paham Marco hendak memprotes karena ini masih terlalu pagi. Namun ternyata ruang tamu miliknya sudah berkumpul banyak orang.     

"Kalian pada ngapain di sini?" tanya Marco heran.     

"Marco ... ish ... cepat ganti baju. Kita mau ke rumah paman Pete." Ai menegur Marco yang malah tidak segera bersiap.     

Lizz yang mendengar suara ramai di rumahnya ikut ke luar dan terkejut melihat semua orang berkumpul di sana.     

"Guys, please bisa nggak bertamunya 4 jam lagi?" ucap     

Marco merasa mengantuk karena memang baru bangun tidur setelah lembur semalam.     

Bagaimana tidak protes, Ai dan Daniel     

yang baru datang dari Cavendish langsung membangunkanya dan     

mengajaknya ke rumah Pete saat ini juga tanpa tundaan menit atau pun detik.     

Demisempak mak erot, ini     

baru jam 4 pagi! Marco bahkan baru akan memulai serangan fajar.     

Lagi pula walaupun Rumah paman Pete memang jaraknya setengah jam dari kediaman Marco. Tetap saja, tidakkah mereka bisa bertamu di jam yang normal?     

"Yaelah ... kita sudah siap ini, Lizz cepetan kita sudah mau     

berangkat!" Teriak Ai pada Lizz dan menyuruhnya langsung ganti baju di kantai dua.     

"Bos, bilangin kek sama bininya." Marco memandang Daniel     

yang anteng-anteng saja.     

Daniel hanya mengangkat bahu cuek. 'Benar-benar suami     

takut istri,' batin Marco dongkol.     

"Lagian kenapa bukan daddy aja sih yang ikut?" tanya Marco pada kakaknya. Setelah mengabarkan pada semua orang bahwa pamannya sudah menikah. Marco tidak mengira bahwa yang muncul adalah Ai dan Daniel bukan Daddy Petter atau paman Paul.     

"Sebenarnya daddy mau ikut tapi sedang ada masalah di Cavendish makanya dia menghubungi uncle Paul untuk ke Cavendish, paling nanti 2-3 hari mereka akan menyusul," jelas Daniel.     

"Marco, mau ikut nggak sih loe, udah pada nungguin nih," protes Ai menunjuk David, Tasya dan Vano yang entah sejak kapan sudah ikut masuk ke rumahnya.     

Marco memandang Ai ngeri, calon Ratu Cavendish ini benar-benar pemaksa, dan anehnya kenapa semua menuruti kemauannya.     

"Uncle, cepat ganti baju," protes Javier dan Jovan     

mengangguk mendukung kakaknya.     

"Iya-iya, astaga ..." Marco naik ke lantai dua, mencuci wajahnya dan memikih baju ganti dengan cepat.     

"Kenapa cemberut?" tanya Lizz yang juga sedang bersiap.     

"Aku belum olahraga pagi," protes Marco manja.     

"Ya sudah nanti siang saja ya ... aku kan juga penasaran     

sama istri uncle Pete," bujuk Lizz.     

Marco langsung berbinar. "Beneran ya?" Marco langsung semangat, jarang-jarang Lizz mau diajak main siang hari, karena sibuk mengurus Junior yang lagi seneng-senengnya bisa jalan.     

Lizz mengangguk dan Marco langsung berganti baju dengan kilat.     

Saat     

Marco turun semuanya sudah siap.     

"Astaga ... Marco kenapa kamu tidak sopan sekali? Kita     

mau menemui wanita luar biasa yang berhasil membuat uncle Pete menikahinya, kenapa kamu hanya memakai kemeja lengan pendek?"     

protes Ai.     

Marco memandang semuanya, Daniel dan Vano memang memakai jas resmi, Tasya dan Ai berdandan ala wanita sosialita, Lizz tercinta tetap anggun di matanya, David memakai kemeja lengan panjang hal yang sangat jarang dia lakukan dan keponakannya double J juga didandani pakaian resmi.     

"Kenapa kalian berdandan seperti mau ketemu pejabat?"     

tanya Marco heran.     

"Marco aku tahu cuma kamu yang sudah ketemu sama istri     

uncle Pete, makanya santai, sedang kita kan baru sekali ini ketemu,     

jadi kita mau memberi kesan yang bagus, aku yakin dia pasti wanita     

kelas atas dan berpendidikan tinggi," ucap Ai semangat.     

Di sinilah Marco tahu rasanya nelen biji kedondong. Karena sepertinya semua orang mengalami kesalahan pahaman fatal seperti dirinya saat pertama kali melihat istri pamannya itu.     

Marco ingin membantah tapi Ai sudah memberi aba-aba     

untuk berangkat bagi semuanya.     

Dasar tukang perintah, cocok sekali jadi ratu, batin Marco.     

Tetapi Marco jadi tidak sabar bagaimana reaksi mereka saat tahu Uncle Pete menikahi pensil 2B.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.