One Night Accident

INSTING



INSTING

0Enjoy Reading.     
0

****     

Setelah acara camping yang gagal karena Javier menghilang dan diteruskan dengan goyang di tenda masing-masing dengan para anak-anak yang diabaikan sampai bosan. Akhirnya Daniel memutuskan mengirim semua keluarganya kembali ke kerajaan karena para paman harus melakukan penyelidikan di kota itu.     

"Kamu mau kemana?" tanya Ai yang melihat Daniel akan beranjak keluar dari mobil padahal perjalanan segera dimulai. Awalnya Daniel hendak ikut menyelidiki namun sebagai kepala keluarga sekaligus Raja dia harus menahan diri agar para wanita dan anak-anak tidak panik saat tahu bahwa tanpa sengaja mereka berlibur di sarang penyelundup.     

"Kamu di sini saja ya? Aku mau semobil dengan Javier, ada yang ingin aku tanyakan padanya."     

Ai tersenyum. "Sampaikan permintaan maafku. Bukan aku tidak percaya anak sendiri, hanya saja ... membicarakan Jean masih sangat berat bagiku. Kajadian waktu itu sangat buruk dan tak terlupakan," kata Ai tak terasa air matanya keluar lagi.     

Daniel dengan sigap memeluk dan mengusap rambutnya dengan sayang. "Aku tahu, Javier juga pasti mengerti jika aku menjelaskannya," hibur Daniel yang tidak tega melihat Ai bersedih. Bagaimanapun juga Daniel paham kalau Ai masih menyimpan trauma yang dalam karena perlakuan Pauline beberapa tahun lalu. Bekas penyiksaan boleh menghilang, tapi trauma psikis masih menghantui Ai sampai sekarang. Bahkan saat melahirkan Ashoka, Daniel harus menghipnotis Ai agar tidak terkena serangan panik.     

Setelah Ai tenang, Daniel mengecup dahi Ai dan melepaskan pelukannya. "Aku akan menyuruh Jovan menemanimu di sini," kata Daniel lalu keluar dari mobil. Daniel sudah cukup buruk sebagai ayah. Dia menitipkan kedua anaknya pada Marco karena kelebihan yang tidak bisa dia tangani. Kali ini dia akan berusaha menjadi ayah yang baik.     

Mungkin bisa diawali dengan mendengarkan Javier dan memahami apa yang dia inginkan serta berusaha mempercayai apa pun yang dia ungkapkan. Masalah itu fakta atau hanya halusinasi itu urusan belakangan, yang penting anaknya tidak semakin membencinya karena kekurang perhatian dirinya pada mereka.     

"Hai, Boys." Daniel masuk dalam mobil anak-anak dan duduk tepat di depan Javier.     

"Junior, paman tidak bermaksud mengusir tapi ... bisa kamu bergabung bersama Mamamu dulu?" pinta Daniel.     

"Tentu yang mulia," kata Junior tidak keberatan dan langsung keluar lalu bergabung di dalam mobil Marco.     

"Eh ... anak Papa yang paling ganteng. Kangen Papa kah?" Marco sumringah ketika melihat Junior bergabung dengannya.     

Junior tidak menjawab dan malah memejamkan matanya bersiap tidur sepanjang perjalanan. Tentu saja melihat lagi-lagi dia dicueki anak sendiri membuat Marco seperti balon kempes. Lemes seketika.     

Melihat Junior sudah pergi kini Daniel melihat ke arah anaknya yang kecil. "Jovan, bisa temani Mom selama perjalanan?"     

Jovan melirik Javier sebentar lalu mengangguk dan langsung menuju mobil yang berisi Ai.     

"Jalan," kata Daniel pada sopir kerajaan.     

"Javier ...!"     

"Yes, Dad." Javier menjawab tanpa menoleh ke arah Daniel.     

"Apa kamu marah sama Mommy?" Javier hanya diam dan memalingkan wajahnya. Daniel bergeser dan duduk di sebelah Javier.     

"Kamu tahu kan saat usiamu hampir tiga tahun Mommy mengalami keguguran dan kehilangan Jean?"     

Javier mengangguk.     

"Mommy bukan hanya keguguran, tapi lebih tepatnya Mommy disiksa hingga akhirnya keguguran. Penghianat itu dengan sengaja membunuh Jean dengan cara menyakiti Mommymu."     

Javier menengok Daniel dengan terkejut, selama ini yang dia tahu, dia ditembak oleh penghianat hingga mati lalu Mommynya juga diculik hingga kehilangan bayi yang dia kandung dan koma akibat keguguran.     

"Maksud Dad waktu itu Mommy koma karena ...."     

"Benar ... Mommymu koma bukan hanya karena keguguran, namun proses penyiksaan yang sadis yang membuat Mommymu hampir kehilangan nyawa. Kalau kamu masih ingat, bahkan setelah Mommymu sadar dari koma dia terlalu tertekan dan stress hingga keinginannya untuk hidup turun drastis. Hingga menyebabkan dia trauma berkepanjangan dan mengabaikan kita semua. Tapi akhirnya Mommy bisa menerima semuanya walau harus daddy terapi dan hipnotis agar lebih tenang dan traumanya tidak terlalu membuatnya stress dan terus menerus terpuruk karena kehilangan. Jadi ... bukan Mommymu tidak percaya padamu, tetapi dia terlalu sedih dan mendengar nama Jean akan membuatnya mengingat luka lama." Daniel menjelaskan.     

Javier menunduk merasa bersalah karena tadi marah dengan Mommynya. "Maaf, Dad aku sudah salah sangka, aku tidak tahu kalau Mom ternyata mengalami hal yang sangat buruk. Sekarang Mom pasti sedih karena aku membuka kembali traumanya."     

"Tidak apa-apa, Boys, yang penting bisakan lain kali jangan menyebut nama Jean di depan Mommymu? Karena Daddy rasa Mommy belum terlalu siap untuk itu."     

Javier mengangguk pasti lalu memeluk Daniel. "Thangks Dad."     

Daniel menepuk punggung Javier. "Jadi ... apa kamu sering bertemu Jean?"     

"Dad mau mendengarnya?" tanya Javier terkejut. Mengira bahwa Daniel tidak berminat dengan apa yang dia alami.     

"Tentu. Apa yang terjadi pada anakku. Sebagai ayahnya aku harus tahu."     

Javier tersenyum lalu mulai menceritakan hari-harinya bersama Jean. Saat masih di Cavendish setiap hari dia bertemu Jean, bermain dan bahkan belajar. Tapi setelah dia pindah ke Indonesia bertahun-tahun Jean tidak menemuinya hingga beberapa bulan lalu Jean datang lagi dengan wajah sedih.     

"Kau tahu, Dad, dia sangat lucu dan imut. Mungkin jika dia masih hidup dia akan mirip seperti Mommy yang galak tapi menggemaskan," kata Javier semangat.     

Daniel tersenyum dan mengelus kepala Javier sayang. Sudah bisa membayangkan seperti apa jika saja dia memiliki anak perempuan.     

"Dad apa memurutmu Dr Key akan benar-benar menghidupkan Jean?"     

Daniel terdiam. "Kita tidak mengenal siapa Dr Key. tapi daddy janji akan menemukan Jean dan mengusahan yang terbaik baginya."     

Apalagi jika terbukti bahwa Jean itu juga Jean yang sama dengan janin yang digugurkan dari kandungan Ai. Daniel pasti akan menggunakan segala cara menyelamatkannya.     

"Benarkah? Daddy benar-benar percaya padaku?" Javier langsung berbinar senang karena ternyata Daniel tidak meragukan dirinya.     

"Tentu, dengar ini." Daniel mengambil ponselnya.     

"Ah ... sudah ada sinyal, sepertinya uncle Paul sudah menangani jaringannya," gumam Daniel sebelum memencet sebuah nomer dan mengeraskan volume ponselnya.     

"Yohaaa!" ucap Paul di seberang sana.     

"Apa uncle menemukan sesuatu?" tanya Daniel.     

"Saat ini belum, masih dalam proses."     

"Apa Dad bersamamu?"     

"Tidak. Dia ke wilayah sekitar untuk melihat-lihat. Bagaimanapun dia mantan raja. Jadi dia ingin menunjukkan keberadaannya di kota ini, agar siapa pun yang berani mengusik keluarganya tahu bahwa dia akan turun tangan."     

"Terimakasih Uncle. Jika butuh bantuan segera hubungi aku."     

"Oke, Dude. Kamu urus kerajaannmu dengan baik, aku pasti menemukan laboratorium yang dimaksud Javier."     

"Aku tahu kalian akan menemukannya." Daniel yakin.     

"Tentu saja, asal aku turun tangan anggap saja semua sudah beres."     

"Baiklah silahkan lanjutkan." Daniel menutup percakapan.     

"Kamu dengar? Kami sudah menyelidikinya sedari tadi, bahkan tanpa kamu harus memintaku melakukannya. Apa pun yang dialami dan dikatakan pangeran Cavendish harus dipercaya dan diselidiki segera." Daniel ingin Javier tidak ragu disetiap tindakannya di masa yang akan datang.     

Brugkkk.     

"Aku sayang padamu, Dad," ucap Javier memeluk kencang Daniel. Merasa senang karena sang ayah benar-benar mempercayai perkataannya.     

Daniel menepuk bahu Javier pelan. Bukan tanpa alasan dia melakukan ini. Informasi dari Uncle Pete tentang obat-obatan yang ternyata berasal dari kota ini dan pernyataan Javier tentang sebuah laboratorium membuat Daniel merasa ada sesuatu yang menghubungkan keduanya.     

Tidak ada kebetulan seperti itu. Semuanya pasti berkaitan dan Insting Daniel selalu bisa diandalkan.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.