One Night Accident

CIUMAN PERTAMA



CIUMAN PERTAMA

0Enjoy reading.     
0

***     

"Tute ..," ucap Ashoka masih cadel sambil menoel-noel bayi yang adalah anak dari pangeran Inggris itu.     

"Jangan digituin, Sayang. Nanti babynya nangis," kata Ai mencoba menjauhkan Ashoka yang sepertinya suka sekali dengan keberadaan sang calon putri itu.     

"No! Tute Mommy ... again ... again ...." Ashoka memberontak dan menghampiri bayi itu lagi berusaha mencolek bayi yang tertidur itu.     

"Iya babynya memang cute, tapi Ashoka jangan begitu. Nanti kalau nangis gimana?" kata Ai masih berusaha menjaga jarak dari si bayi mungil.     

"Kasih cucu Mommy aja," ucap Ashoka menunjuk dada Ai.     

Ai tentu saja langsung merah padam karena malu karena di sana ada Raja dan Ratu Inggris, beberapa petinggi kerajaan dan tamu-tamu penting internasional, tapi Ashoka malah menunjuk-nunjuk dadanya dengan bangga.     

Daniel yang tahu Ai sedikit risih langsung menggendong Ashoka. "Kalau susu mommy dikasih baby, Ashoka nggak boleh minum lagi. Ashoka mau?" tanya Daniel.     

Ashoka mengernyitkan dahi seperti berpikir. Tidak berapa lama dia mengangguk. "Ashoka nggak mimik cucu, buat Baby saja," ucap Ashoka memasang tampang serius.     

Ai tersenyum. "Benar ya? Mulai sekarang Ashoka nggak boleh minta mimik cucu Mommy lagi," kata Ai bercanda dan langsung diangguki oleh Ashoka.     

Mereka tidak menyangka bahwa Ashoka serius dengan ucapannya dan tidak pernah meminta disusui oleh Ai lagi setelah kembali dari pesta itu.     

Usaha Daniel dan Ai untuk mengganti susu AI dengan susu Formula selalu gagal, namun tanpa diminta dan tanpa melakukan apa-apa. Bayi dari Putri Laurance berhasil menjinakkan Ashoka. Benar-benar luar biasa.     

Di tempat lain.     

"Hei, apa yang kamu lakukan di sini?" Putri Ella melihat dua orang anak laki-laki yang tiba-tiba masuk ke kamarnya. Sebagai salah satu putri di kerajaan Inggris kamarnya tidak pernah dimasuki oleh sembarang orang.     

"Melihat-lihat," jawab salah satu dari mereka.     

"Tapi, ini kamarku," protes Ella tidak suka ada orang asing tiba-tiba memriksa kamarnya.     

"Ish ... kita kan cuma lihat, bukan mau nyuri."     

"Jovan ... jangan bicara keras-keras dengan wanita!" Salah satu dari anak laki-laki itu menegur saudaranya yang ternyata adalah Javier.     

"Maaf ya sepertinya kami salah masuk. Perkenalkan aku Javier, ini kembaranku Jovan." Javier mengulurkan tangannya. Ella menyambut tangan Javier ragu-ragu.     

"Sarah Elaine Victoria, panggil saja Ella."     

"Jovan ..." Javier menyikut Jovan saat saudaranya tidak mengulurkan tangannya.     

Jovan menjabat tangan Ella dengan malas. "Jovan," ucapnya singkat. Namun ketika tangannya bertemu dengan tangan Ella tiba-tiba sebuah ide muncul di otaknya.     

Jovan lalu mendekati telinga Javier dan berbisik. "Jav bagaimana kalau kita coba ciuman yang seperti dilakukan Mommy dan Daddy di mobil tadi. Bukankah Dad mengatakan akan mengizinkan kita mencium wanita mana pun yang kita suka."     

Javier mengernyit. "Aku mau dan penasaran sih dengan ciuman itu, tapi kita mau ciuman sama siapa?" bisik Javier balik.     

Jovan mengendikkan wajahnya ke arah Ella. "Bukankah dia lumayan cantik? Tidak kalah cantik dari Angel," bisik Jovan lagi.     

"Enggak, ah, aku enggak berani. Kita kan baru kenal." Javier tidak yakin dengan tanggapan Ella nanti karena mereka bahkan baru bertemu hari ini.     

Jovan tersenyum meremehkan Javier. "Perhatikan saja. Aku akan mengajarimu ciuman seperti yang dilakukan Mom dan Dad di mobil tadi."     

"Yakin kamu bisa?" Javier tidak yakin Jovan akan berhasil.     

"100% yakin." Jovan menjawab mantap. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Jovan melighat ciuman hot yang diperlihatkan Mom dan Daddynya tadi. Sebelum-sebelumnya Jovan juga pernah melihat pamannya David dan juga Joe melakukan ciuman yang tidak kalah dasyat dengan istri-istri mereka.     

Jovan mendekat ke arah Ella. "Ella, ada sesuatu di rambutmu," ucap Jovan sambil menunjuk rambut Ella.     

Ella langsung mengusap rambutnya tapi tidak ada apa pun yang jatuh.     

"Sini aku bantu." Jovan mendekat, kedua tangannya langsung memegang kepala Ella di samping kanan dan kiri. Lalu tanpa menunggu Ella siap bibirnya sudah menempel di bibir Ella dan melumatnya seperti yang dilakukan Daniel ke Ai.     

"Mppppttttt ..." Ella melotot terkejut berusaha melepaskan diri.     

"Javier ... rasanya enak," Jovan menatap bibir Ella yang berusaha mencari oksigen. Sedetik kemudian Jovan menciumnya lagi. Kali ini lebih lama dari yang pertama. Bahkan Jovan menjulurkan lidahnya seperti yang dilakukan Daniel lalu menjelajah seluruh isi di dalamnya.     

Ella menangis karena merasa susah bernapas sedang kedua tangannya yang mendorong Jovan menjauh tidak berhasil membuat Jovan melepaskannya. Putri Ella takut kalau Jovan akan membunuhnya.     

"Jovan ... lepas!" Javier menarik Jovan hingga Ella terlepas. Javier kasihan saat Ella menangis sambil meronta-ronta. Mengetahui dirinya bebas Ella langsung berlari mencari Ibunya. Ella takut pada dua anak lelaki itu. Mereka ingin membunuhnya.     

"Bunda!" Seorang gadis kecil berusia 7 tahun tiba-tiba datang dan menangis sambil memeluk putri ketiga kerajaan inggris. "Ada apa, Sayang" Putri kecil Ella bersembunyi di belakang ibunya dan menunjuk seseorang.     

"Dia jahat Bunda ... Dia mau membunuhku," tangis Ella sambil memeluk bundanya erat.     

"Pangeran Javier dan Jovan?" Ibunda Ella merasa tidak percaya kalau ke dua pangeran Cavendish menjahati putrinya.     

"Yang itu bunda." Tunjuk putri Ella pada Jovan.     

Ai yang melihat itu langsung menghampiri kedua anaknya. "Kalian apain putri Ella?"     

"Nggak ngapa-ngapain dia aja yang cengeng," jawab Javier berusaha membela Jovan.     

Ai langsung memandang pengasuh Ashoka yang tadi mengikuti duo J.     

"Mereka ngapain?" tanya Ai sekali lagi.     

"Maaf Ratu, tadi pangeran Jovan dan Javier masuk ke dalam kamar putri Ella dan entah kenapa mencium putri Ella dengan ciuman em ... seperti orang dewasa." Pengasuh itu salah tingkah sendiri. Tadi dia ingin menegur Jovan tapi tidak berani, namun membiarkannya juga terasa salah. Akhirnya dia tetap membiarkan pangeran melakukan sesuka hati karena mencari aman saja.     

Ai memandang Jovan bertanya. "Kan cuma cium doang, Mom. Masa gitu aja nangis," kata Jovan membela diri.     

"Bohong. Dia nggak cium aku, kalau cium harusnya di pipi bukan di bibir. Pasti dia mau bunuh aku. Tadi aku sampai nggak bisa napas." Putri Ella berteriak tidak terima masih dengan air meta bercucuran karena takut.     

Ai memandang Jovan kaget. "Kamu cium putri Ella di bibir?" Jadi maksud pengasuh dengan ciuman ala orang dewasa adalah benar-benar ciuman seperti yang dia lakukan dengan Daniel di mobil tadi?     

Jovan dan Javier hanya meringis. "Javier yang suruh, Mom." Jovan menunjuk kakaknya.     

"Kok jadi aku?" Javier tidak terima karena jadi kambing hitam.     

"Tadi kan kamu bilang penasaran dan pengen nyoba ciuman kayak Mom dan Dad."     

"Tapi kan aku nggak nyuruh kamu cium Ella."     

"Itu karena kamu nggak berani cium dia makanya aku ciumin dia buat kamu."     

Ai memandang anaknya semakin terkejut. Jika lantai bisa terbelah dan menenggelamkannya saat ini juga, dia akan senang hati terkubur di bawahnya. Ai malu sekali. Semua orang memandang dirinya yang pasti dikira mengajari anaknya yg tidak-tidak.     

"Aku tidak mau mencium Ella karena aku mau ciuman pertamaku dengan Angel."     

"Apa? Tidak boleh. Enak saja, ciuman pertama Angel harus denganku."     

"Boys ... selagi kalian berdebat. Mungkin saat ini ciuman pertama Angel sudah diambil Junior," kata Daniel memperkeruh suasana.     

"Apa?!"     

"Tidak boleh!" teriak Javier dan Jovan bersamaan.     

"Daddy ... jangan sampai ciuman pertama Angel diambil Junior, Daddy."     

"Iya Javier juga tidak rela."     

"Selamatkan ciuman Angel dari Junior."     

"Bawa Angel ke Cavendish."     

Javier dan Jovan semakin rusuh.     

"Javier! Jovan! Daniel!" Ai memandng ayah dan anak itu dengan tajam dan seketika semua diam.     

"Javier, Jovan, minta maaf pada putri Ella."     

"Kok aku juga? Kan Jovan yang cium," protes Javier.     

"Javier ...." Ai memperingatkan.     

"Iya, Mom." Javier menunduk pasrah. "Putri maaf ya ...," kata Javier berjabatan tangan dengan Ella untuk ke dua kalinya hari ini.     

Ella menatap ibunya dan ibunya mengangguk menenangkan. Lalu dengan pelan Ella menyambut tangan Javier dan memaafkannya.     

"Aku juga minta maaf ya," ucap Jovan disambut ragu-ragu oleh Ella karena masih takut dan curiga padanya. Dan benar saja, tiba-tiba ....     

Cup.     

Jovan menarik tubuh Ella merapat ke arahnya dan kembali menciumnya.     

"Jovan!" Ai menegur Jovan yang mencium putri Ella dengan lumatan selayaknya orang dewasa, lagi dan lagi.     

Ella menangis lagi begitu Jovan melepaskannya. "Sekalian, Mom. Kan ciuman pertama Jovan udah terlanjur hilang," kata Jovan mengedipkan sebelah matanya sebelum berlari menjauh mencari tempat aman agar tidak terkena amaran Mommynya.     

Ai memijit pelipisnya dan berbalik memandang tidak enak pada Ratu Inggris dan keluarganya. "Maaf ya, Putri."     

"Tidak apa-apa, Ratu. Namanya juga anak-anak," kata Putri Calista, ibunda dari Putri Ella. Walau begitu terlihat sekali semua orang merasa kaget sekaligus menatap Ai dengan ekspresi campur aduk.     

"Kecilnya saja mesum begitu bagaimana besarnya nanti." Itulah kira-kira pikiran mereka semua.     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.