One Night Accident

TITIK TERANG



TITIK TERANG

0Enjoy reading.     
0

***     

"Abang mau kemana?" tanya Marco ketika Daniel malah menjauhinya.     

"Memeriksa ruangan sebelah kanan, kamu periksa yang sebelah kiri," perintah Daniel menghemat waktu.     

"Wait ... Sebelah kanan adalah arah selatan tidak perlu diperiksa," ujar Marco membuat Daniel menghentikan langkahnya karena dia memang menuju ke arah selatan.     

"Kenapa?"     

"Jika perhitunganku benar sekitar 1 km dari tempat ini di sebelah selatan adalah sungai besar jadi tidak mungkin ada jalan rahasia menuju ke sana." Marco ingat Alxi sempat mancing di sana.     

"Kenapa tidak? Bisa saja kan dari arah selatan berbelok ke barat atau timur?"     

"Ck ... itu tidak mungkin. Permukaan tanah di sini gembur, rawan longsor. Hanya orang bodoh yang mau mendirikan bangunan yang mendekati air."     

"Dan ... dari mana kamu tahu permukaan tanah di sini gembur?"     

"Abang enggak lihat. Jalan di sini tidak rata. Banyak aspal yang pecah dan jalan seperti tidak diperbaiki. Itu bukan karena kamu sebagai Raja tidak membangun jalan ini. Namun ... karena kontur permukaan tanah yang gembur jelas sekali jalan lebih cepat rusak dari daerah lain. Jadi ... ketika daerah lain butuh 10-20 tahun baru melakukan perbaikan, maka aku yakin jalan ini dalam waktu 3-5 tahun sudah rusak kembali jika dilalui kendaraan berat. Dan ... melihat ini adalah hutan sudah jelas banyak kendaraan berat yang lalu lalang mengangkut kayu. Jadi ... tidak butuh waktu lama merusak jalan utama apalagi jalan kecil yang menuju ke sini." Marco menjelaskan analisisnya dengan bangga.     

Daniel memperhatikan Marco yang berjalan menjauh dan mulai mengawasi setiap sudut ruangan. Daniel jadi tersenyum sendiri, adiknya itu sebenarnya jenius tapi kalau alaynya kumat kok ya bikin merinding.     

"Kamu periksa sebelah utara, aku barat," ujar Daniel membuat Marco menoleh padanya.     

"Itu juga tidak perlu."     

"Kenapa lagi?"     

Marco mengelus dagunya seolah memiliki janggut seperti santa clouse. Dia seolah berpikir keras. "Coba perhatikan seluruh ruangan ini." Daniel mengikuti seluruh pandangan Marco.     

"Setiap ruangan memiliki pintu dan keggunaannya tersendiri. Tapi perhatikan ruangan itu ... dia kosong." Marco mulai berjalan sambil meneruskan bicaranya.     

"Bukankah ini aneh? Di saat semua ruangan berisi berbagai macam alat, hanya ruangan ini yang tidak terdapat apa pun, lebarnya juga lebih kecil dari ruangan yang lain." Marco memasuki ruangan itu.     

"Ini bukan ruang penelitian, tapi ini lorong. Sama seperti lorong yang akan menuju tangga darurat di gedung-gedung di luaran sana."     

Daniel maju dan meraba permukaan temboknya. Lalu menyeringai senang dengan intuisi adiknya.     

"Kamu ingin aku yang memeriksanya atau kamu sendiri?" tanya Daniel tahu pasti Marco sedang ingin pamer. Marco menyeringai senang.     

"Oh ... silakan bos memeriksa hasil kerja anak buahnya yang keren ini."     

Daniel mendengus lalu mulai mengetuk-ngetuk tembok di depannya dan membandingkan dengan suara tembok yg lain. Saat mereka sudah mendapatkan titik terang. Daniel langsung tersenyum senang.     

Marco menggambil sesuatu dari dalam ranselnya. Daniel hanya melirik karena baru menyadari adiknya membawa barang.     

"Sebelah mana?" tanya Marco.     

"Apanya?" "     

Pusatnya? Maksudnya bagian mana yang harus aku pasangi bom?"     

"Bom? Kamu ingin menghancurkan tembok ini?" tanya Daniel langsung melotot.     

Marco memandang Daniel seolah kakaknya itu bodoh. "Tentu saja untuk tembok ini memang untuk apa lagi? Cemilanmu?"     

Plakkk.     

"Ish ... Abang!" Marco cemberut dan mengelus kepalanya yang mendapatkan pukulan.     

"Kamu mau kita mati?" tanya Daniel.     

"Ya nggaklah. Masa aku tega kasih cemilan bom ke abang?"     

Plakkkk.     

"Ish ... Apalagi sih?" protes Marco saat Daniel memukul kepalanya lagi.     

"Serius Marco. Kamu sendiri yang bilang tanah di sekitar sini gembur, lalu kamu malah mau meletakkan bom di sini? Terus boom tempat ini meledak dan runtuh? Kamu mau kita mati kita terkubur di sini." Baru saja Daniel bilang adinya jenius, namun dalam sekejam mata sudah berubah jadi ceroboh.     

"Eh ... benar juga, kok aku bisa lupa ya?" Marco mengusap pahanya sambil meringis.     

"Kemarikan ranselmu." Marco memberikannya pada Daniel dan Daniel langsung mengeluarkan semua benda yang ada di sana.     

"Untung kamu bawa ini," ujar Daniel lalu mengeluarkan sebuah pisau lipat yang lumayan besar. Jangan salah itu bukan pisau lipat biasa. Pisau itu adalah pisau paling tajam di dunia, karena sanggup memotong besi seperti memotong tahu. Pisau itu hanya ada 5 di dunia. Diciptakan sendiri oleh Uncle Paul dan hanya di miliki oleh Paul sendiri, Peter, Pete, Daniel dan tentu saja Jhonathan.     

"Cari sudutnya. Iris dengan lurus sampai ke titik satunya, setelah itu biar aku yang urus." Daniel melempar pisau pada Marco.     

"Maksud bos? Aku yang harus mengerjakannya?" Marco cemberut.     

Daniel bersender pada kaca di sebelahnya. "Seperti ucapanmu, aku bosnya. Jadi silakan dikerjakan, lagipula aku kan Raja. Masa kamu rela Rajamu tangannya jadi kotor dan kecapekan," ucap Daniel tersenyum senang.     

"Setelah menghadapi ini kamu memanfaatkan jabatanmu? Benar-benar luar biasa," ucap Marco menghentakkan kakinya dan bersungut kesal. Susahnya jadi adik, diperintah melulu.     

Daniel hanya tersenyum memandangi Marco yang melakukan tugasnya dengan terus ngedumel tanpa lelah. Tangannya bekerja tapi mulutnya juga mengoceh ria.     

"Sudah." Marco memandang Daniel masih kesal lalu menyingkir dari dekat tembok saat Daniel seperti melakukan ancang-ancang.     

"Apa yang akan kamu lakukan? Men ...."     

Bruahkkkhh ... Bruuughhhh.     

Marco baru akan mengatakan menendang saat Daniel benar-benar sudah menendang tembok itu hingga ambruk. Daniel menyeringai senang saat memandang tembok yang sudah dia hancurkan, memperlihatkan sebuah lorong panjang yang sudah pasti inilah jalan rahasia yang mereka cari.     

"Apa Mom menginjeksimu dengan kekuatan Hulk?" tanya Marco masih tidak percaya Daniel bisa merubuhkan tembok dengan sekali tendang. Tapi dipikir-pikir ini bukan pertama kalinya terjadi Daniel dulu pernah melakukan itu saat mereka, Daniel, Marco dan Paul disekap Pauline di penjara bawah tanah.     

"Kau serius menanyakan itu atau mau masuk ke sana?" tanya Daniel mengedikkan bahu ke arah jalan rahasia yang kini sudah terbuka.     

Marco memandang Daniel dan lorong di depannya yang terlihat jauh dan gelap, bahkan dia belum menemukan di mana ujungnya dan seberapa jauh jalan rahasia itu dibuat.     

"Ck ... lama. Ayo masuk!" Daniel mendorong Marco memasuki lorong. Marco menoleh pada kakaknya.     

"Kenapa aku yang di depan?" tanya Marco.     

"Karena kamu anak buah. Silakan di depan agar jika ada jebakan seperti panah beracun atau senjata terbang lainnya maka kamu yang terkena duluan." daniel bicara sambil tersenyum.     

Marco cemberut, Merasa ternista dan teraniaya karena perbuatan kakaknya. "Ih ... Kakak tega banget sih."     

Daniel tertawa terbahak-bahak lalu merangkul Marco. "Sudah ... jangan takut. Aku temani. Ayo kita masuk sama-sama," ucap Daniel membuat Marco tersenyum senang seketika.     

Lalu bersama mereka memasuki sebuah lorong rahasia yang entah menuju ke mana.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.