One Night Accident

NEW BODYGUARD 2



NEW BODYGUARD 2

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Berbaringlah." Petter menahan seluruh hasratnya agar tidak berlaku brutal dan membuat Stevanie ketakutan.     

Petter mulai memijat pelan punggung Stevanie yang sangat mulus tanpa ada goresan bekas luka sekecil apa pun. dia memastkan tekanan yang dia berikan pas, tidak membuat Stevanie kesakitan sekaligus tidak terlalu lembut.     

"Uh." Stevanie menelungsupkan wajahnya ke bantal dan mencengkram erat ujung bantal di bawahnya. Tubuhnya terasa menggelenyar dan memanas saat tanpa peringatan bra miliknya di lepaskan dan beberapa jari Petter berada tepat di bagian samping payudaranya dan bukannya memijat, tapi mengelus hingga sampai perut lalu kembali sampai ke bawah ketiaknya.     

Petter bukanlah playboy atau pun penjahat kelamin, tapi Petter juga bukan lelaki yang tidak tahu cara memuaskan wanita, dia hanya perlu melakukan sedikit sentuhan yang tepat dan bisa di pastkan wanita yang berada di bawahnya akan segera menggelepar karena kenikmatan.     

"Ap ... a ... uch ...." Stevanie berusaha menggigit bibirnya saat tiba-tiba Petter mengelus pahanya dan tanpa permisi tangan besarnya sudah meremas pantatnya.     

Stevanie sudah melupakan sopan santun, aturan kerajaan atau norma yang selalu dia patuhinya. Saat ini fokus Stevanie adalah rasa panas, geli dan sensasi nikmat yang pelan namun past membuatnya mulai kehilangan kewarasan.     

Petter bisa merasakan tubuh Stevanie yang mulai menggelinjang kegelian dan terangsang dengan semua sentuhannya, bahkan kini dengan berani Petter mulai menundukkan wajahnya dan menjilat bahu leher bahkan telinga Stevanie yang sepertinya memang salah satu titik sensitif.     

Stevanie tidak sadar kapan tepatnya gaunnya di lepaskan, yang dia tahu dia merutuki mulutnya yang tidak bisa berhenti mendesah saat dengan ahli Petter mencumbu setap centi tubuh bagian belakangnya. Ini salah ... sangat salah, tapi entah kenapa Stevanie dengan senang tenggelam dalam kesalahan ini.     

Peter dengan cepat melepas semua penutup tubuhnya karena dia sudah tidak tahan dengan pekikan dan erangan tertahan yang keluar dari mulut Stevanie saat dia mengelus, memijat pelan dan menciumi tubuh mulusnya. Petter bahkan bisa melihat Stevanie akan mencengkram erat bantal di bawahnya saat sentuhan Petter mengenai tempat yang tepat dan tentu saja sangat sensitif.     

"Berbaliklah," bisik Petter sambil membalikkan tubuh Stevanie yang sudah pasrah.     

Stevanie harusnya malu karena kini tubuh telanjangnya sedang di perhatkan oleh seorang pria. Tapi entah kenapa, melihat tatapan Petter yang terlihat lapar dan tidak bisa berpaling sedikitpun menimbulkan rasa basah di bagian bawah tubuhnya.     

"Kau lebih indah dari imajinasiku selama ini," Petter mengelus leher Stevanie dan terus turun sampai di pangkal pahanya.     

"Lembut dan terasa lezat," bisik Petter sambil meregangkan kedua paha Stevanie.     

Stevanie mendongakkan wajahnya dan mendesah pelan saat dia merasa usapan lembut di pusat dirinya, dia merasa panas, nikmat dan sangat menginginkan sesuatu.     

"Apa ... uh ... yang kau lakukan ... ah ... pada tubuhku?" desah Stevanie terputus-putus, masih bingung dengan reaksi tubuhnya yang dengan cepat merespon sekecil apa pun sentuhan yang di lakukan Petter.     

"Mengenalkan mu pada kepuasan yang sesungguhnya," ucap Petter sambil memasukkan satu jarinya dan mengelus klitoris Stevanie dengan jempolnya.     

"Ah ... ini ... ini ...." Stevanie bahkan tidak bisa berbicara dengan jelas saat lagi-lagi Petter memberi kejutan dengan melahap payudaranya dengan rakus.     

Stevanie tidak bisa mengendalikan tubuhnya. dia mengelus dan mencengkram rambut Petter dengan erat, seolah tidak rela jika rasa menegang di perutnya akan segera meledak. Stevanie ingin lebih, bukan hanya jari bukan hanya lidah, Stevanie ingin semuanya, semua yang ada pada Petter. dia ingin merasakan diri Petter sepenuhnya.     

Petter bisa mendengar rengekan Stevanie yang terdengar merdu, Petter bahkan berhasil membuat Stevanie terus memohon dan merengek karena mengingikan lebih. Petter ingin Stevanie menyebut namanya sebelum menjadikan Stevanie wanita miliknya seutuhnya.     

"Panggil namaku honey," desis Petter saat merasakan tubuh Stevanie menegang dan berada di ujung pelepasannya.     

"Oh ... Petter ... oh ... Pet ... ter ...," jerit Stevanie memenuhi kamar di dalam penginapan tersebut. Tubuhnya melengkung dan kedua tangannya mencengkram bantal hingga tertarik ke atas saat sesuatu terasa meledak di bagian bawah perutnya. Setelah selesai, tubuhnya langsung terhempas lemas.     

"Kau terasa nikmat honey," ucap Petter menjilat jarinya dan otomatis menarik perhatian Stevanie yang masih belum pulih dari eforia kenikmatan yang baru kali ini dia rasakan.     

Stevanie mungkin memang sudah tidak waras karena bukannya malu, Stevanie justru tanpa sadar menjilat bibirnya saat menyaksikan Petter menjilat jarinya sendiri.     

"Kau benar-benar menggoda." Petter tidak tahan melihat lidah Stevanie yang menjilat bibirnya sendiri. Sebelum Stevanie bisa menanggapi perkataan Petter, bibirnya sudah di cium dengan rakus. Bahkan Petter mulai memiringkan wajahnya mencari posisi yang lebih nikmat.     

Stevanie bisa merasakan gelenyar di tubuhnya datang kembali saat dengan pelan Petter menurunkan tubuhnya, hingga keduanya kini menempel erat tanpa penghalang sama sekali. Petter menggeram senang, sedang Stevanie mulai merasa gelisah lagi. Stevanie bisa merasakan saat kedua kakinya di tekuk dan di buka semakin lebar, lalu sesuatu yang panas dan keras menempel dan menggesek inti dirinya, dia terengah dan mulai merasakan lagi apa yang baru beberapa menit lalu dia lewat. Tapi Stevanie tahu ini lebih nikmat dan lebih menggairahkan.     

"Kau siap?" tanya Petter basa-basi, karena tanpa menunggu jawaban dari Stevanie. Dia mulai memasukkan secara perlahan miliknya yang sudah terlalu keras.     

Stevanie langsung mendongak dan memekik saat merasa sesuatu yang keras dan tumpul meghujam inti dirinya.     

"Oh, shit. Kau lebih dari yang aku bayangkan honey, kau bahkan masih perawan," Petter mengelus tubuh Stevanie agar tidak terlalu kesakitan.     

"Maafkan aku, tapi ini harus di selesaikan. Dan aku berjanji, sakitnya hanya sebentar," ucap Petter mulai memasukkan lagi miliknya lebih dalam dan akhirnya menemukan sesuatu yang menjadi penghalang penyatuan tubuhnya. Maka dengan sekali sentakan kuat, Petter menembusnya dan tentu saja Stevanie langsung menjerit kesakitan.     

Petter mencium bibir Stevanie yang terlihat pucat karena merasakan ketidaknyamanan akan penyatuan ini, tapi Petter bersabar dan terus menggerakkan tubuhnya naik turun. Keluar dan masuk dengan pelan dan lembut, menunggu dengan sabar hingga akhirnya air mata Stevanie sudah tdak lagi menetes, dan kini berganti desisan dan erangan walaupun masih sangat pelan dan lirih.     

Stevanie merasa tidak kuat dengan rasa sakit yang mendera tubuh bagian bawahnya, dia ingin mengeliat pergi tapi tubuh Petter sangatlah besar untuk sekedar di geser. Akhirnya Stevanie hanya bisa terisak menahan setap hujaman yang di lakukan Petter padanya, hingga saat Stevanie merasa sudah tidak akan kuat, tiba-tiba rasa perih dan sakit itu berganti dengan sesuatu yang membuatnya mendesah dan mengerang dengan spontan.     

Stevanie tidak tahu mana yang lebih dominan, rasa sakit atau nikmat. Yang dia tahu, dia tidak ingin Petter berhenti, dia ingin lagi dan lagi. Dia ingin Petter menggerakkannya lebih cepat, lebih keras dan lebih dalam. Dia bahkan mencengkram pinggul Petter dengan kedua kakinya, berupaya agar mereka bisa lebih dekat dan semakin melekat erat.     

Petter kini sudah tidak menahan gerakan tubuhnya lagi, satu desahan dari Stevanie langsung membuatnya kalap seketika. Dengan seluruh pengalaman yang dia miliki, Petter benar-benar membuat Stevanie kualahan.     

Stevanie merasa dunianya mengabur, yang tersisa hanya rasa nikmat yang sedang Petter lakukan pada tubuhnya. Dia mengerang, mendesah, bahkan menjerit dengan lantang saat Petter terus menggerakkan tubuhnya keluar masuk dengan keras dan kuat. Hingga beberapa saat kemudian Stevanie tidak tahan lagi, dia mendongakkan wajahnya dan mencakar punggung Petter serta menjeritkan pelepasannya entah yang keberapa.     

Petter mendesis nikmat saat merasakan cengkraman stevanie yang semakin membuatnya remuk redam, sempit dan panas. Miliknya terasa di remas dengan sangat kuat. Setiap dia bergerak, maka secara otomatis rasa seperti di hisap semakin menyelimutnya. Dia tidak tahan lagi. Maka, saat Stevanie menjeritkan kenikmatannya Petter menghujam dalam ke tubuh Stevanie melepaskan seluruh spermanya tanpa ampun, hingga Stevanie tersentak berkali kali karena tidak sanggup menampung seluruhnya.     

Petter ambruk dan langsung membawa Stevanie yang sudah lemas ke dalam pelukannya. Jika orang bertanya seperti apa rasanya surga, maka Petter akan menjawab, Stevanie lah surganya.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.