One Night Accident

IMPOTEN 58



IMPOTEN 58

0Enjoy Reading.     
0

***     

Zahra melepaskan ciumannya hingga membuat Jovan mendesah kecewa karena masih merasa kurang.     

Sudah lama istrinya ngambek dan setelah berbaikan tentu saja Jovan berharap Zahra akan segera memberikan jatah harian padanya.     

Zahra melihat wajah suaminya dengan sedih. "Zahra juga minta maaf sudah bikin mas Jovan sakit hiks."     

Ya ampun kenapa masih maaf maafan sih. Jovan tuh enggak akan pernah marah sama Zahra.     

"Hustttt, mas enggak apa-apa sayang, demi kamu apa pun akan mas lakukan. Bahkan nyawa pun kalau kamu minta. Mas akan berikan," ucap Jovan dengan lancar.     

"Mas enggak boleh ngomong  begitu, sudah Zahra bilang, Zahra  enggak  mau kehilangan mas Jovan." Zahra kembali memeluk Jovan semakin erat.     

"Zahra ... kamu itu sangat  penting bagiku. Asal kamu kembali sama aku, Pasti mas akan jadi pria paling bahagia di dunia. Karena kebahagiaan mas ya cuma kamu. Hanya kamu, enggak ada wanita lainnya. Sumpah deh." Jovan berkata dengan wajah serius.     

"Jadi ... Zahra mau kan kasih mas Jovan kesempatan kedua? Kita mulai semuanya lagi dari awal ya? Kali ini mas janji hanya ad ada kamu satu-satunya. Enggak akan ada Ella, Mirna, Rika, Cintia atau wanita lainnya." ucap Jovan penuh binar cinta di matanya.     

Zahra cemberut sekaligus menangis lagi, lalu kembali mengangguk. Dia percaya pada suaminya. "Iya mas Zahra mau. Zahra cinta sama mas."     

"Mas juga cinta sama Zahra. Cintaaaaaaaaaaaaaa banget." Jovan menghapus air mata Zahra dan mengecup keningnya lama.     

Senang akhirnya Zahra memaafkan dirinya.     

"Mas, kangen sama kamu," ucap Jovan dengan dada yang terasa membuncah bahagia.     

Zahra kembali memeluknya dengan erat. Dan meresapi kebersamaan dengan hanya saling memeluk dan menenangkan hingga tangisan Zahra benar - benar berhenti.     

"Zahra ...."     

"Hmmm."     

"Mas kedinginan."     

"Mau Zahra tambah selimutnya?" tanya Zahra sambil mengelus lengan Jovan berharap rasa dingin yang dialami Jovan berkurang.     

Jovan menggeleng tapi dengan  lembut dia menarik Zahra agar semakin dekat dengannya lalu mencium bibir Zahra dan melumatnya pelan. Zahra memejamkan matanya dan menaruh kedua tangannya ke pundak Jovan agar ciuman mereka semakin dalam.     

Jovan menarik Zahra ke atas tubuhnya tanpa melepas ciumannya yang semakin membara. Tangannya sudah gatal sekarang mulai mengelus punggung Zahra dengan lembut.     

Ciumannya yang awalnya hanya berupa belaian berubah menjadi lumatan dan hisapan dalam. Lidah Zahra dan Jovan saling membelit mencari pasangannya hingga suara decapan dan erangan memenuhi kamar itu.     

Jovan melepas ciumannya begitu tahu istrinya mulai kehabisan oksigen. Tapi tidak begitu lama dia kembali melumat bibir Zahra dan mengerang senang dengan respon istrinya yang juga terlihat semangat.     

Sepertinya bukan hanya dirinya yang kangen. Karena Zahra juga terlihat sangat merindukannya.     

"Astagfirullahhaladzim."     

Blammmm.     

Eko kembali menutup pintu dan Anisah langsung berbalik badan saat melihat anak dan menantunya asik ciuman di atas ranjang.     

Zahra dan Jovan yang terkejut juga langsung memisahkan diri.     

"Zahra, ini buburnya kasih ke Jovan." Teriak Anisah dari balik pintu kamarnya.     

Zahra turun dari atas tubuh Jovan dengan wajah merah karena malu dipergoki orangtuanya sedang melakukan ciuman panas dengan Jovan. Walau Jovan suaminya tetap saja Zahra malu.     

Zahra menarik nafas panjang sebelum keluar dari kamar mereka.     

"Lain kali kalau mau ciuman di kunci kamarnya," tegur Anisah sambil menyerahkan bubur yang tadi dia beli.     

"Jangan lupa suruh minum obat." Anisah kembali mengingatkan.     

Zahra hanya mengangguk. Masih merasa malu.     

Sedang Jovan yang melihat Zahra keluar dari kamar langsung mencari ponselnya yang ternyata di letakkan di meja.     

Untung ponselnya tahan air. Jadi aku nyelip di kolam berjam-jam juga masih aman.     

Jovan segera membuka ponselnya sebelum Zahra masuk kembali.     

13 panggilan tak terjawab dari Alxi. Benar-benar orang yang tidak sabaran.     

Baru Jovan akan menelpon balik, ponselnya sudah berkedip lagi tanda panggilan masuk. Sengaja Jovan tidak memberi nada dan getar di ponselnya.     

"Iya Al ..."     

"Woyyyyyy. Hujannya udah belommmmm???? Udah pesawat ke 16 ini, bisa tenggelam nanti  Jogja. Lagian Gue juga mau balik ke Jakarta njirrrrrr." Teriak Alxi dari atas pesawat yang menurunkan hujan buatan.     

"Udah Al. Thanks ya," ucap Jovan langsung tanpa berniat memperpanjang percakapan.     

Yang Jovan maksud dengan rencana C tadi siang adalah. Meniru drama picisan. Di mana Jovan berdiri di depan rumah dengan hujan yang terus mengguyur tubuhnya hingga dia pura - pura pingsan.     

Yups. Pura-pura pingsan.     

Dengan begitu Zahra pasti akan merasa kasihan, merasa bersalah dan pasti takut kehilangan kalau sampai Jovan kenapa-kenapa.     

Hati istrinya kan halus lembut laksana porselen. Mana tega dia lihat Jovan sakit.     

Benar saja semuanya sesuai dengan rencananya. Jovan tidak salah mengenali sifat istrinya selama ini.     

Kendalanya sih hanya satu karena ini musim kemarau dan tidak mungkin hujan. Jovan akhirnya mendatangkan Alxi dan bala bantuan untuk membuat hujan buatan.     

Pingsan pun hanya sandiwara. Jovan juga menelan obat ciptaan Javier yang bisa membuat orang terlihat sakit padahal Jovan sebenarnya baik-baik saja.     

Sedikit kedinginan sih, tapi selebihnya tidak masalah. Ya kali cuma kehujanan bikin dia tepar. Enggak mungkin. Karena kalau di Save Security latihan yang dia alami lebih ekstrim. Air hujan enggak ada apa apanya sama sekali.     

Cohza ya tetap saja Cohza. Apa pun akan di lakukan untuk mendapatkan wanitanya kembali.     

Rayuan gagal.     

Pake bujukan.     

Bujukan gagal.     

Pakai tipuan.     

Tipuan gagal?     

Culik saja langsung.     

Kelar urusan.     

"Okeee. Semuanyaaaaa. Putar balikkkkkk." Suara Alxi masih terdengar saat Jovan akan mematikan panggilannya.     

Jovan menaruh ponselnya kembali ke meja  dan secepatnya merebahkan tubuh di ranjang dengan  memasang wajah lemas. Sedetik kemudian kenop pintu terbuka dan Zahra masuk dengan semangkuk bubur dan teh hangat di tangannya.     

"Mas, makan dulu ya?" Zahra menawarkan dengan lembut.     

Jovan mengangguk lemah dan kembali berusaha duduk. "Suapin ya, tangan mas terasa lemas," ucap Jovan modus. Tidak mau kehilangan waktu bermanja-manja dengan Zahra.     

Zahra mengangguk dan mulai menyendok bubur, meniupnya baru menyuapkan bubur itu ke mulut Jovan.     

Kenapa enggak di suapin sama bibir saja sih sayang. Batin Jovan gemes.     

Jovan makan dengan perlahan. Sambil mengamati wajah Zahra yang entah kenapa terlihat sangat mempesona.     

Seperti kata Alxi. Nabila itu paling cantik di seluruh dunia, padahal seluruh dunia juga tahu. Nabilla cantiknya masih cantik di batas normal.     

Coba lihat Zahra. Cantiknya itu luar dalam. Tanpa diskon dan oplosan.     

Tidak sia-sia dia membayar 10 kali lipat kepada Alxi kalau hasilnya sesempurna ini.     

Zahra kembali ke pelukannya.     

Istrinya, kekasihnya, cintanya.     

Hanya Zahra yang Jovan butuhkan.     

Hanya Zahra yang Jovan inginkan.     

Hanya Zahra yang akan Jovan perjuangkan.     

Hanya Zahra dan Jovan merasa cukup.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.