One Night Accident

IMPOTEN 88



IMPOTEN 88

0Enjoy Reading     
0

***     

"Jovan! bagaimana kalau ada yang melihat?" Ella memegang pundak Jovan menahannya. Karena Jovan sedang berusaha menciumnya diruang tamu.     

"Aku, kangen." Jovan memeluk tubuh Ella  yang sudah dia tarik ke dalam pangkuannya.     

Yeah bagi Jovan.     

Zahra istri pertama akan selalu di hati.     

Ella istri kedua, untuk dinikmati.     

Oh, yes.     

"Kita baru berpisah tadi pagi," protes Ella ketika merasakan lehernya mulai dicium dan digigit.     

"Sosisku mah selalu kangen sama kamu." Jovan menggesekkan miliknya sambil meremas pantat Ella.     

Hanya sosisnya? batin Ella merasa dilecehkan.      

"Tapi, aku harus masak untuk makan malam. Ingat, Mahesa menyuruhku belajar masak." Ella berusaha menjauh.     

"Aaaaaa." Tubuh Ella tiba-tiba sudah terlentang di sofa dengan Jovan berada di atasnya.     

"Sebelum makan malam, berikan aku makanan pembuka dulu," bisik Jovan di telinga Ella. Dengan tangan yang sudah masuk ke dalam baju dan meremas gundukan kenyal kesukaannya.     

Tidak besar tapi tetap enak disentuh.     

"Jovannnn." Ella mengerang pasrah dengan serangan dadakan yang dilancarkan oleh Jovan.     

Selalu seperti itu. Pulang kerja bukannya mandi atau apa. Pasti langsung nubruk Ella. Iya kalau cukup sekali. Kalau Ella belum merengek minta makan malam akan langsung lanjut terus sampai pagi.     

Bangun tidur morningsex. Pulang kerja nagih lagi. Malam hari  apalagi. Hari Minggu malah double sift. Mau pagi, siang, sore, malam. Disama ratakan.     

Walaupun Ella senang karena ada bagian dirinya yang disukai Jovan. Tapi, kalau begini terus, lama-lama remuk dan hancur dia.     

Eh ... tapi, sepertinya enggak deh. Karena, walau Ella diajak tempur setiap malam. Ella tidak pernah bangun dengan tubuh lelah atau kesakitan. heran juga sebenarnya Ella kan jarang olah raga tapi kenapa bisa punya performa yang tinggi.     

Apa gara-gara vitamin yang diberikan Jovan padanya? Masak iya obat sekecil itu bisa membuat Ella bertenaga siang malam?     

"Ohhhhh, astagaaaa." Ella terlalu banyak melamun hingga tidak menyadari sekarang dia sudah separuh telanjang dengan dada yang sedang dipermainkan oleh tangan dan lidah Jovan.     

Ella selalu terhanyut kalau Jovan mulai mempermainkan kedua gunung kembarnya. Karena memang disana letak kelemahan tubuhnya. Mainkan dadanya dan Ella langsung pasrah.     

"Uchhhh, Jovannnn." Remasan tangan Ella dirambut Jovan semakin kencang. Begitupula kuluman dan sedotan Jovan diputingnya juga semakin kuat dan nikmat.     

Jovan menggeram sudah tidak sabar. Ella melenguh dengan tubuh mulai bergetar. Keduanya sudah asik dengan dunianya sendiri. Sampai-sampai tidak mendengar atau memang mengabaikan ucapan salam dari arah pintu.     

"Ahhhh, ahhhhhh." Jovan semakin semangat mendengar Ella mendesah-desah tidak karuan. Dilahapnya seluruh dada Ella seolah ingin memasukkan semuanya kedalam mulut saking gemasnya.     

"Astagfirullahhaladzim. Ayahhhhhh!!!" teriakan Mahesa yang hanya satu meter darinya membuat Jovan dan Ella yang sedang asik bercumbu segera melepaskan diri.     

Ella menutup dadanya dengan baju. Jovan juga langsung mengambil jasnya. Memberi perlindungan ekstra di tubuh Ella dengan cara membungkus dengan jasnya agar tubuhnya tidak terekspose di depan Mahesa.     

Marco dan Mirna  yang baru menyusul Mahesa di belakangnya langsung ikut terdiam melihat Jovan dan Ella acak-acakan.     

"Opaaaaa, ayah memakan dada Tante cantik mommy tiri lagiiiiiii," adu Mahesa pada kakeknya.     

Marco menggeleng sudah biasa melihat pemandangan ini dari pria cohza.     

"Selalu seperti ini," guman Marco sambil menganggkat tubuh cucunya dan membawanya pergi kembali.     

Mirna dengan cuek melewati Jovan dan masuk ke kamar Mahesa. Membereskan barang-barang bawaannya.     

"Opa Marco, kenapa keluar lagi? kasihan Tante cantik mommy tiri. Dia menjerit kesakitan. Ayah memakan dadanya lagi." Mahesa berusaha berontak.     

Ella segera berlari ke kamarnya begitu Marco dan Mahesa berajak dari hadapannya. Dia amat sangat malu sekali.     

"Enggak  apa-apa ganteng. Ayahmu enggak nyakitin Ella." Marco berusaha memberitahu Mahesa.     

"Noooooooo, Tante cantik mommy tiri menjerit-jerit. Pasti sakit, Mahesa mau melihat keadaannya." Dengan sigap Mahesa menggigit lengan Marco. Membuatnya melepas gendongannya. Lalu dengan cepat Mahesa berlari kembali masuk ke dalam rumah.     

Jovan yang melihat anaknya berlari ke arahnya  langsung tersenyum dan merentangkan tangannya ingin memeluk.     

Kangen dia sama Mahesa.     

"Tidak mau, ayah jahat. Suka bikin Tante cantik mommy tiri kesakitan." Mahesa bersedekap sambil menatap Jovan.     

Jovan berjalan mendekati Mahesa sambil berpikir. "Anak ayah yang paling cakep. Nggak mau peluk ayah dulu? ayah kangen  ini."     

"Enggak mau, Ayah nakal. Kata Dava ibu tiri itu jahat, ternyata dia salah. Ayah yang jahat suka nyakitin Tante cantik mommy tiri."     

Hadehhhh.     

Gimana jelasinnya ini.     

Jovan melihat Marco yang malah bersedekap di belakang Mahesa.     

"Mahesa, ayah tidak pernah menyakiti Tante Ella. Justru ayah lagi mengobatinya. Mahesa lupa ya, ayah kan dokter."     

"Mana ada ngobatin pake makan dada. Ayah ngobatin apa laper? Dada ayam masih banyak ayah, kenapa malah makan dada Tante cantik mommy tiri?" Mahesa masih curiga.     

"Karena Tante Ella bilang dadanya suka sakit dan berdebar-debar. Makanya ayah periksa. Karena ayah periksa pakai tangan kurang terasa akhirnya ayah makan. Biar tahu, Tante Ella kira-kira berasa nggak kalau dadanya ayah makan."     

Mahesa mengernyit semakin bingung.  Dia menoleh ke arah Marco. "Opa? memang bisa ya periksa orang sakit seperti itu?" tanya Mahesa masih curiga dengan ayahnya.     

Marco ingin tertawa tapi dia tahan. "Boleh sayang. Tapi, itu cara pemeriksaan tingkat paling tinggi. Jadi hanya boleh dilakukan suami istri. Kalau belum menikah enggak boleh ya? Nanti jadi malapraktik."     

"Benarkah? berarti ayah hebat ya bisa menguasai tehnik paling tinggi. Suatu saat mahesa pasti juga bisa kan?" tanya Mahesa bertekad tidak mau kalah dari ayahnya.     

Jovan dan Marco hampir tersedak lagi.     

"Emmm Pasti. Nanti kalau Mahesa sudah besar dan punya istri. Mahesa pasti ahli melakukannya." Jovan meringis saat mengatakannya.     

"Ashiappppp. Mahesa akan belajar yang rajin agar bisa se ahli ayah." Mahesa memeluk Jovan.     

Akhirnya bisa peluk anaknya juga. "Ayah kangen sama kamu."     

"Mahesa juga kangen. Tapi, Sekarang Mahesa mau memeriksa keadaan Tante cantik mommy tiri dulu. Dadahhh ayah." Mahesa melepas pelukan Jovan dan berlari naik ke tangga menuju kamar Ella.     

Plakkkk.     

Awwww.     

"Apa sih paman?" Jovan mengelus kepalanya.     

"Bagus ya, gara-gara kamu otak cucuku jadi semakin teracuni. Pengobatan dengan  keahlian tinggi. Ahli  mesum iya. Dasar Playboy. Mulai sekarang kalau ena-ena jangan sembarang. Masuk ke dalam kamar. Ingat, anakmu sudah di rumah. Jangan ceroboh." Marco memperingatkan Jovan sebelum pergi.     

Sedang Mahesa tanpa mengetuk pintu langsung menerobos kamar Ella. Untung Ella sudah memakai bajunya kembali.     

"Tante cantik mommy tiri apa kamu sudah merasa baikan?" tanya Mahesa langsung duduk di pinggir ranjang.     

"Baik, memang kenapa?" tanya Ella bingung duduk di sebelah Mahesa.     

"Kata ayah, Tante cantik mommy tiri sedang sakit. Dadanya suka berdebar kencang makanya ayah periksa pakai mulut. Apa itu benar?"     

"Mommy tiri tidak sakit sayang. Mommy tiri baik-baik saja kok." Ella mengelus rambut Mahesa.     

"Benarkah? kalau Tante cantik mommy tiri tidak sakit. Untuk apa ayah memeriksa Tante cantik mommy tiri dengan tehnik pengobatan tingkat tinggi?"     

"Pengobatan tingkat tinggi?"     

Mahesa mengangguk. "Yang ayah memakan dada Tante cantik mommy tiri. Itu kan pengobatan tingkat tinggi. Masak Tante cantik mommy tiri tidak tahu sih?"     

Ella terdiam.     

Pengobatan tingkat tinggi?     

Atau mengobati sosis yang layu.     

Whatever.     

"Mahesa ganteng, apa yang dilakukan ayahmu itu bukan pengobatan tingkat tinggi. Tapi, bentuk rasa sayang ayahmu sama mommy tiri."     

"Bukannya kalau sayang berpelukan ya?" tanya Mahesa.     

"Iya, kalau sayang harus berpelukan. Yang dilakukan ayahmu tandanya dia lebih dari sekedar sayang."     

"Jadi, kalau Mahesa sayang sama seseorang. Mahesa boleh memakan dadanya?"     

Savage.     

Bukan begitu juga kali Mahesa. Astaga, bagaimana Ella menjelaskannya. Punya anak tiri pinter banget ya.     

"Sayang, em ... apa yang dilakukan ayahmu itu. Hanya boleh dilakukan kalau sudah dewasa dan kedua belah pihak harus saling mencintai. Kalau hanya salah satu yang suka, tidak boleh. Harus dua-duanyanya. Oke?"     

Mahesa mengerutkan dahinya tanda berpikir. "Kenapa jadi orang dewasa ribet sekali."     

Ella tersenyum memeluk Mahesa gemas. "Nanti kalau Mahesa dewasa, Mahesa pasti akan mengerti."     

"Tapi, benar Tante cantik mommy tiri tidak apa-apa. Tidak sakit waktu dadanya dimakan sama ayah?" Mahesa masih kepo.     

Ella menggeleng. "Tidak sakit kok."     

"Lalu kenapa Tante cantik mommy tiri menjerit-jerit? Mahesa kan jadi khawatir Tante cantik mommy tiri kenapa-kenapa."     

"Jadi Mahesa mengkhawatirkan mommy tiri?" tanya Ella senang. Tidak apa-apa Jovan tidak khawatir, masih ada Mahesa yang perduli padanya. Harap Ella.     

"Tentu saja. Kalau Tante cantik mommy tiri kenapa-kenapa. Terus pergi ninggalin Mahesa. Apa yang harus Mahesa lakukan? Bunda kan sudah tidak ada, masak Mahesa juga kehilangan mommy tiri. Nanti Mahesa enggak punya mommy seperti yang lain." Mahesa menatap Ella polos.     

Mendengar itu Ella malah terharu dan langsung memeluk Mahesa sayang. "Mommy tiri tidak akan pernah meninggalkan Mahesa. Mommy tiri janji."     

Ella benar-benar sayang sama Mahesa. Anak suaminya itu walau bagian nyata dari istri pertama. Tapi bisa menerimanya lebih tulus dari pada yang lainnya.     

"Mommy tiri sayang sama Mahesa," ungkap Ella sungguh-sungguh.     

"Mahesa juga sayang sama Tante cantik mommy tiri." Mahesa balas memeluk Ella senang.     

Mahesa melepas pelukannya tiba-tiba, lalu menatap Ella serius. "Tante cantik mommy tiri sayang padaku, aku juga sayang sama Tante cantik mommy tiri. Jadi, apa Mahesa juga boleh memakan dadamu?"     

Savage.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.