One Night Accident

IMPOTEN 38



IMPOTEN 38

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Kata mas Jovan kalau Zahra tidak mau di madu. Maka Ratu pasti akan menceraikan kami saat ini juga karena membuat kerja sama antar kerajaan gagal." Zahra gugup dan khawatir bahwa itu benar-benar akan terjadi padanya.     

"WHATTT????" Ai menganga tidak percaya. Jovan mengatakan itu? Sudah jelas mau Cavendish membatalkan perjodohan sepihak pun. Kerajaan Inggris tidak akan bisa protes.     

Apa maksudnya Jovan mengatakan itu pada Zahra? Ai semakin curiga.     

"Maafkan kalau kata-kata Zahra ada yang salah. Zahra hanya ingin mempertahankan rumah tangga Zahra. Zahra akan tinggal jika di izinkan tinggal. Zahra akan pergi jika memang sudah tidak di inginkan. Tapi, Zahra mohon jangan minta mas Jovan ceraikan Zahra. Paling tidak sampai bayi ini lahir. Zahra Tidak akan menuntut apa pun. Zahra hanya ingin anak Zahra memiliki status yang pasti. Memiliki ayah dan ibu dengan akte resmi." Zahra sudah menunduk sambil menangis. Khawatir Ai akan segera marah kepadanya.     

Ai tercenung. Dia berdiri sambil memalingkan wajahnya saat satu tetes air mata jatuh di pipinya.     

Perempuan ini kah yang di bilang Jovan hanya sebuah ketidak sengajaan.     

Perempuan sebaik ini kah yang di abaikan Jovan demi mengejar Ella yang bahkan belum di ketahui seperti apa?     

Dan perempuan ini kah yang dengan gampangnya di kibulin Jovan.     

Oh ... Ai sangat kecewa. Di depannya Jovan bersikap seolah sangat mencintai Ella dan seperti tergila-gila hingga tidak bisa berpaling pada wanita manapun. Tapi di depan Zahra dia melakukan hal yang sama. Merayu dan membuat Zahra seolah-olah wanita satu-satunya yang dia puja dan cintai sepanjang masa.     

Mana wajah aslimu nak? Batin Ai tiba-tiba merasa Marah kesal dan yang pasti ingin menjambak Jovan dan memasukkannya ke dalam perut kembali.     

Dasar bocah kurang ajar. Berani memanipulasi istri dan dirinya  demi tingkah playboy nya.     

Nurun siapa sihhh????     

Perasaan walau Daniel dulu suka One Night Stand setidaknya dia tidak memberi harapan pada wanita yang dia kencani.     

Ai berjalan mondar mandir dengan wajah kaku. Berpikir keras bagaimana caranya membuat Jovan kapok.     

"Yang mulia ... maaf, kalau ...." Zahra sudah tergagap takut. Seharusnya dia mendengar perkataan Jovan. Seharusnya dia sadar posisi. Seharusnya dia tidak menemui Ratu. Lihat sekarang Ratu seperti akan meruntuhkan gunung karena kesal.     

"Zahra diam dulu. Aku sedang berfikir." Ya ... berfikir bagaimana caranya memberi pelajaran pada anaknya yang kurang ajar itu.     

Di mana-mana lelaki memang sama saja. Selalu menganggap rumput tetangga lebih hijau.     

Padahal rumput hijau belum tentu lebih nikmat. Iya kalau ternyata rumput itu asli bagaimana kalau ternyata palsu. Nyahok nggak tuh. Makan rumput plastik.     

Sama seperti perempuan. Iya kalau Ella kelakuan secantik wajahnya bagaimana kalau tidak. Bukankah itu sama saja Jovan membuang mutiara asli demi batu imitasi.     

"Zahra dengar ya, Jovan itu ...." Ai yang awalnya ingin ngomel tidak jadi menyelesaikan perkataannya. Karena merasa akan percuma.     

Dia baru ingat Zahra itu cinta sama anaknya. Dan biasanya orang jatuh cinta di kasih tai kuda juga berasa coklat Italia.     

Bahkan orang pintar dan jenius pun bisa jadi goblok dan gampang di manfaatkan. Sepertinya Zahra tipe seperti itu. Gampang di pengaruhi.     

Jadi sepertinya walau Ai menjelak-jelekkan Jovan. Zahra tidak akan percaya.     

"Zahra. Kamu benar-benar cinta sama anak saya?" tanya Ai pada akhirnya.     

Zahra mengangguk dengan sangat yakin.     

"Baiklah, jika kamu memang cinta sama Jovan. Sekarang juga. Bereskan barang-barangmu. Tapi jangan sampai Jovan tahu." Ai memerintahkan.     

Zahra mendongak. Apa Ratu sedang mengusirnya? Zahra merasakan sakit di ulu hatinya karena ternyata Ratu memang tidak suka padanya.     

"Yang mulia. Zahra minta maaf. Zahra mohon jangan usir Zahra." Zahra kembali menangis. Hatinya patah mendengar keputusan Ai.     

Ai melongo. "Siapa yang mengusirmu? Aku menyuruhmu beberes karena aku akan membawamu ke Cavendish."     

"Eh ... Ke Cavendish?" Zahra mendongak dan menatap Ai bingung. Untuk apa dia ke Cavendish. Batin Zahra.     

"Kamu lupa kalau suamimu itu pangeran Cavendish? Aku akan membawamu ke sana. Agar kamu tahu seluk beluk kerajaan Cavendish. Dan kalian akan di nikahkan ulang di sana."     

"Enak saja menikah tanpa campur tangan ku. Jangan harap ya." Ai bersedekap dengan dagu naik terlihat aura kesombongan yang hakiki.     

"Maksud Ratu. Sekarang juga Zahra ikut ke Cavendish?"     

"Mommy Zahra. Bukan Ratu. Ayo di biasakan panggil mommy."     

"Iya mommy."     

"Bagus, Cepat beberes. Pesawat kerajaan akan berangkat satu jam lagi. Aku tidak mau terlambat sampai Cavendish."     

"Baik, ya ... Mommy. Zahra akan. .." Zahra sudah siap berdiri.     

"Eh ... Enggak jadi. Kamu lagi hamil, kamu di sini saja. Biar enggak capek. Barang-barang mu biar anak buahku yang menyiapkan semua. Atau kamu nggak usah bawa apa-apa. Nanti kita bisa beli di sana oke." Ai tidak menerima penolakan.     

Zahra hanya bisa mengangguk dan pasrah saat di giring Ratu menuju mobil dan membawanya ke bandara lalu memasuki pesawat menuju Cavendish.     

Semua terjadi dengan sangat cepat hingga Zahra bahkan seperti bermimpi.     

Zahra akan mengikuti semua kemauan Ratu. Agar Ratu menyukai dirinya. Seperti pesan Jovan padanya. Zahra akan berusaha jadi menantu yang baik dan sempurna. Sesempurna rasa cintanya.     

Daniel menatap heran saat masuk ke pesawat dan mendapati mantunya ada di sana tanpa Jovan.     

"Kenapa kamu membawanya tweety?" tanya Daniel merasa tidak akan bisa bermesraan dengan bebas karena adanya istri Jovan di sana.     

"Dia kan mantu kita. Dan aku mau Jovan dan Zahra di nikahkan ulang sebulan lagi di Cavendish." Ai menjelaskan maksudnya.     

Daniel menatap Ai intens. Seolah bertanya. Apa hubungannya dengan Zahra yang ikut mereka.     

"Anggap saja aku sedang mem pingit Zahra."     

"Maksudnya?"     

"Ishhh di pingit. Tidak boleh saling ketemu sebelum hari H. Alias hari pernikahan. Pokoknya sebulan ini aku mau Jovan tidak bisa menemui Zahra. Putuskan semua aksesnya ke Cavendish. Kalau sampai gagal, kamu yang akan aku pingit."     

"Tweety memisahkan pria Cohza dengan wanitanya sehari saja sudah menyiksa. Bagaimana mungkin kamu tega memisahkan mereka sebulan?"     

Ai tidak menjawab tapi memalingkan wajahnya tanda tidak mau keputusan nya di ganggu gugat.     

Ai ingin tahu.     

Apa yang akan di lakukan Jovan jika di pisahkan dengan Zahra.     

Apa Jovan akan berusaha menemui Zahra. Apa Jovan akan Menderita ? Merana?     

Jika iya. Berarti Jovan mencintai Zahra hanya belum menyadarinya. Sedang putri Ella hanya bagian dari obsesi semata.     

Tapi, jika Jovan biasa saja. Tidak panik, tidak rindu, tidak gelisah saat di pisahkan dengan Zahra.     

Maka Ai akan melepaskan Zahra. Dan memastikan Zahra tidak akan jadi korban keegoisan anaknya.     

Ai juga wanita.     

Dia tidak suka melihat wanita lain tersakiti.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.