One Night Accident

IMPOTEN 8



IMPOTEN 8

0Enjoy reading.     
0

***     

Plakkkkkk.     

Satu tamparan.     

"Dasar bajingan."     

Plakkkkkk.     

Dua tamparan.     

"Dasar playboy."     

Byurrrrrrr.     

Siraman rohani dari sirup marjan.     

"Apa-apaan ini?" Javier mengusap wajahnya yang baru saja disiram dan ditampar oleh dua wanita di hadapannya. Siapa mereka? Kenapa datang-datang langsung mengamuk ke arahnya.     

"Kamu tanya kenapa? dasar cowok brengsek."     

Buk, buk buk.     

Javier berusaha menepis pukulan dari dua cewek tersebut. Bukankah salah satunya adalah wanita yang menembak dia beberapa waktu lalu? Apa dia marah karena Javier tolak.     

"Wait, wait. Kalian kenapa?" tanya Javier bingung.     

"KENAPA?!" Dua wanita itu sepertinya murka.     

"Kamu masih tanya kenapa? Dengar ya Jovan. Aku masih tahan waktu kamu putusin aku dan cuma jadiin aku mainan tapi kenapa kamu sakitin adikku juga? Dasar penjahat kelamin."     

Buk, buk. Bukh.     

Javier lagi-lagi dipukuli.     

"Aku bukan Jovan. Aku Javier."     

"Sekarang pura-pura jadi Javier? Maaf ya kami nggak akan tertipu."     

"Iya, kamu sudah prawanin aku. Aku mau kamu tanggung jawab."     

"Benar. Aku juga nggak terima."     

Shittttt.     

Javier benci ini. Dengan cepat Javier berlari menuju mobilnya, nggak lucu ah kalau berantem sama cewek.     

Blammm.     

Javier duduk di bangku belakang dan bersembunyi. Sial gara-gara Jovan dia jadi buronan cewek-cewek nggak jelas. Javier mengintip dan bisa melihat ke dua wanita itu celingukan mencarinya. Setelah beberapa lama dan tidak bisa menemukannya akhirnya wanita-wanita itu pergi.     

Javier menghela nafas lega. Mengambil tisu dan membersihkan wajah dan bajunya yang basah kuyup.     

Cklekk.     

Blammm.     

"Ngapain loe masuk sini?" Javier melotot saat melihat Alxi masuk ke dalam mobilnya.     

"Sttt, gue mau bolos. Nanti kalau ketahuan Nanik, pasti diaduin sama momy. Ada jadwal tawuran nih, anterin dongk."     

"Gue bukan sopir loe."     

"Elah, deket ini."     

"Kenapa nggak bareng Alca."     

"Alca pensiun sejak menikah. Sekarang gue sendirian tiap tawuran."     

"Loe ngapain sih masih tawuran saja. Mending latihan keras di SS sana."     

"Tanya saja sama dady, kenapa gue musti tawuran. Sudah sih, mau nganterin nggak?"     

Javier pindah ke belakang kemudi. "Ke jalan apa?"     

"Ke Universitas Pandawa, kita main ke kandang lawan."     

Javier mengangguk dan menjalankan mobilnya.     

"Btw, perasaan nggak ujan, kenapa bisa basah?" Alxi melihat rambut dan baju Javier yang terlihat lepek.     

"Biasa, fansnya Jovan ngamuk dan aku yang jadi sasaran."     

Wkkwkwkkkkkk. Alxi langsung tertawa kencang.     

Javier biasa saja. Karena ini bukan pertama kalinya Javier bernasib sial karena kelakuan Jovan. Yeah, hampir tiap bulan bahkan tiap minggu ada saja cewek-cewek yang mengira kalau dia adalah Jovan.     

Ada yang marah-marah seperti tadi, ada yang nangis sampai ngancam bunuh diri bahkan ada yang bawa preman buat mukulin dia.     

Javier sudah terbiasa.     

"Loe nggak bosen jadi tameng Jovan melulu. Jovan yang enak loe yang apes hahhaaaaaa." Seneng nih si Alxi kalau bisa meledek mereka.     

"Mau bagaimana lagi, di suruh berubah juga susah," ucap Javier pasrah.     

"Kalau cuma lo suruh, nggak mungkin bakalan berubah. Musti di paksa dengan tegas. Kayak gue, di paksa kawin sama Nanik. Hasilnya ... tobat kan gue." Sejak menikah Alxi memang berubah. Tetapi tidak menjadi salah satu Avanger.     

"Terus, gue musti paksa Jovan nikah sama siapa? putri inggris? Pernikahan mereka sudah di tetapkan akan di lakukan setelah Jovan berusia 30 tahun. Jadi masih 5 tahun lagi."     

Alxi mengusap rahangnya seolah berfikir. "Gue punya ide."     

"Nggak usah, ide loe gila."     

Alxi berdecak."Terserah, yang butuh bukan gue ini. Yang kena apes juga bukan gue. Yang pengen saudaranya tobat juga bukan gue."     

"Bilang saja, loe cuma berharap bisa nagih yang 10 kali lipat kemarin?" tanya Javier. Javier dan Jovan memang bersumpah tidak akan pernah membutuhkan bantuan Alxi yang super absurd itu.     

Walau rencana Alxi soal Alca dan Junior berhasil tapi duo J masih menganggap mereka bisa mengatasi semua masalah tanpa bantuan Alxi sedikitpun.     

Mereka memang mengatakan itu di pesta pernikahan Junior kemarin. Dan harus membayar Alxi 10 kali lipat kalau sampai melanggarnya. Tapi kalau kasusnya begini masak iya Javier minta tolong Alxi.     

Jangan sampai dia menjilat ludahnya sendiri.     

"Pinter. Ternyata masih ingat ya." Alxi tersenyum senang.     

"Nggak akan pernah." Javier menegaskan.     

Alxi mengendik kan bahunya cuek. "Tapi, gue mencium aroma duit dari tubuh loe. Siap-siap saja ya, gue yakin sebentar lagi loe bakalan berubah pikiran dan minta bantuan gue. Ingat 10 kali lipat." Alxi mengedipkan matanya sebelum keluar dari mobil Javier.     

"Thanks bro sudah nganterin." Javier tidak menjawab. Tapi, langsung menjalankan mobilnya.     

Apa yang harus dia lakukan agar Jovan berubah? Apa Sebaiknya dia bicarakan dengan Junior dulu. Kemarin waktu kejadian pak Eko kan Junior bisa bikin sekenario hebat. Siapa tahu dia juga punya cara agar Jovan tobat dan dia tidak jadi sasaran mantan cewek-ceweknya lagi.     

Ganggu Junior yang lagi honeymoon nggak ya?     

Biarlah. Ini kan hal penting. Javier lelah juga lama-lama jadi korban.     

Ini harus segera di hentikan.     

***     

"Satu-satunya jalan ya nikahkan Jovan sama putri inggris," ucap Junior satu jam kemudian.     

"Sulit kalau itu, kamu ingat kan perjanjiannya masih lima tahun lagi." Memang Javier siapa bisa mempercepat pernikahan antar kerajaan sesuka hati.     

Junior melihat Javier kasihan. "Aku mentok. Mending kamu coba tanya yang lain."     

"Maksudmu tanya Alxi begitu?" Aelah ... Javier auto lemes. Alxi kan biang onar. Kalau dia yang kasih ide pasti rencananya ekstrime semua.     

"Mau bagaimana lagi, cuma dia yang punya ide gila dan nggak masuk akal. Memang kamu mau tanya siapa?" Junior kan cuma punya pengalalaman sam Queen.     

"Iya sih, soal ide gila dan ekstrime mending tanya Alxi saja Jav." Queen nimbrung sambil membawakan minuman untuk mereka.     

"Kamu khawatir soal 10 kali lipat itu? Kita yang bakalan bayar." Junior mendukung istrinya.     

"Ini bukan soal uang. Bayar 100 kali lipat juga aku mampu. Tapi, ini soal harga diri. Belum tiga hari aku bilang ke Alxi nggak bakalan pernah minta bantuan dia, eh sekarang udah minta bantuan. Mau di taruh di mana mukaku." Javier masih gengsi.     

"Terus mau minta bantuan siapa? papa? yang ada di nyinyirin doangk. Tanya yang mulia raja? Dia kan playboy akut pas muda? Tanya paps? Om David? Om Vano? Mereka malah tergabung dalam trilogy playboy waktu muda. Bukan nyuruh Jovan tobat yang ada mereka bakalan ngajarin trik jadi playboy kelas wahit." Queen menambahkan.     

Javier mendesah.     

"Nanti deh aku pikirkan. Aku pulang dulu." Javier berdiri dan kembali ke rumahnya yang sekarang berhadapan dengan rumah Junior dan Queen yang baru.     

Javier pusing. Bagaimana caranya mengendalikan adik kembarnya itu. Biar jinak sedikitlah setidaknya.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.