One Night Accident

PERTEMUAN



PERTEMUAN

0Happy Reading.     
0

****     

"Marco … KELUAR SEKARANG!"     

"Ck ... iya ... iya .…" ucap Marco cepat, melihat wajah Lizz sekilas lalu keluar dari kamar. Dia melihat bosnya yang sudah duduk di sebelah David.     

"Eh, Bos sudah ada di sini? Kamu juga, Vid?" tanya Marco.     

"Gajimu saya potong karna melalaikan tugas!" kata Jack memandang Marco dengan tajam.     

"Ya ampun ... Bos, gitu aja ngambek," ucap Marco malah duduk sebelah Jack.     

"Nggak perlu basa-basi, di mana Sandra?" tanya Jack dengan wajah kesal.     

"Negara Afrika Selatan di pulau terpencil dengan pantai yang lumayan indah."     

"WHAT? Jadi selama ini kamu tahu keberadaan Sandra dan diam saja? Sekarang, aku mau kita semua jemput Sandra?" kata David emosi. Sudah dua bulan keluarga Draco dan Brawijaya mencari keberadaan Sandra, Namun si Marco yang tahu malah diam saja. David serasa ingin memutilasinya.     

Mereka tak memedulikan emosi david, "Bagaimana keadaannya?" tanya Jack.     

"Dia baik-baik saja dan bersama Ayahnya, jangan khawatir."     

"Siapa? Ayahnya?" tanya David heran.     

"Siapa lagi, kalau bukan Pak Pratama Brawijaya."     

"Apa maksudmu? Ai baru kemarin dateng ke kediaman Brawijaya dan bertemu dengannya, tapi kenapa kamu bilang beliau ada di sana? Apakah si brengsek itu yang menculik Sandra?" tanya David tanpa jeda.     

"Orang yang berada di kediaman Brawijaya bukanlah Pak Tama, tapi orang lain yang sengaja menyamar untuk mengincar Bosku."     

"Apa maksudmu?" tanya David bingung.     

"Menurut data yang aku dapatkan, dia adalah Chameleon. Pembunuh bayaran yang selalu menyamar jadi orang terdekat korbannya. Sepertinya dia mendengar kabar Bos yang ingin melepas nama Cohza dan bermaksud menyerang, sebelum bos memburu dirinya."     

Jack mengangguk mengerti, sedang David semakin tidak mengert. Mereka ngomongin apa sih?     

"Berangkat sekarang dan lihat kondisi di sana, besok malam aku akan menyusul," perintah Jack.     

"David, tolong jaga Ai karena aku dan Marco akan menjemput Sandra," ucap Jack kali ini pada David.     

"Ok, kalian harus menyelamatkan Sandra, kalau tidak jangan harap bisa bertemu Ai lagi," ancam David.     

Jack mengangguk dan berdiri hendak pergi.     

"Bos, mau ke mana?" tanya Marco.     

"Mengecek keadaan Alex dan Joe, kamu berangkat duluan." Sejenak Jack seperti melihat raut kecewa di wajah Marco, namun hanya sekilas dan menghilang.     

"Ok Bos," kata Marco, saat Jack berlalu dari hadapannya.     

Marco masuk ke kamar dan membawa barang-barang yang diperlukan, seperti senjata dan berbagai alat pelacak. Dia memandang dan menyelimuti Lizz. Dia menulis pesan dan menaruh diatas meja agar Lizz tak panik mencarinya besok pagi, karena Marco tidak yakin akan bisa menggunakan ponselnya untuk menghubungi Lizz selama masa penyelamatan Sandra.     

Marco mendekat, Lalu mengecup kening istrinya dengan sayang, "Aku akan meminta penjelasan soal benda itu saat kembali. Kau harus memiliki jawaban yang tepat. Karena kalau salah, hukuman berat sudah menantimu," gumam Marco membisikkan telinga Lizz.     

"I love you, Beb," ucap Marco mencium sekilas bibir Lizz.     

Marco meringis menyadari ucapannya, 'I love you,' kata yang tak pernah terucap darinya ketika Lizz membuka matanya. Karena entah kenapa, seorang Marco yang macho, keren dan bisa sangat garang akan menjadi seperti jelly yang lumer ketika berusaha mengucapkan kata itu.     

Jantungnya selalu berdebar kencang, kakinya gemetar dan bibir yang mendadak kelu, saat ingin mengatakannya. Akhirnya Marco hanya mengucapkan kata I love u dalam keadaan Lizz yang terlelap. Itu lebih aman dan tidak mempermalukan dirinya sendiri.     

*****     

Marco menggelar sarung dan merebahkan diri di atasnya. Dia sudah mengecek keadaan Sandra dari jauh, hanya menunggu Bosnya yang datang menjemput. Beginilah nasib anak buah, dia yang kesulitan dan Bos yang mendapat nama. Tapi Marco tak keberatan, jika Bosnya adalah Daniel. Karena walau pun kejam pada orang lain, tapi Daniel sangat peduli pada semua anak buahnya.     

Marco jadi mengingat pertemuan pertama dengan Daniel. Waktu itu dia dan Ibunya baru pindah ke Jakarta. Sebelumnya, Marco dan keempat adiknya yaitu Marcell, Misell, Miko dan Milo tinggal di Jogja. Ayahnya seorang nelayan dan Ibunya berjualan ikan di pasar. Sejak Ayahnya meninggal karena tenggelam, sang Ibu memutuskan pindah dan bekerja sebagai penjahit di perusahaan konveksi milik saudara dari Ayahnya. Marco bersyukur, saudara beliau sangat baik bahkan memberikan mereka tempat tinggal dengan cuma-cuma.     

Sayangnya yang namanya konveksi ada ramai dan sepinya, saat-saat sepi orderan Emak Rina akan menjadi buruh cuci atau sekedar jasa koki untuk orang-orang kaya.     

Waktu itu Marco berumur sepuluh tahun, karena libur sekolah dia menemani Ibu pergi ke pasar. Di tengah jalan, Ibu disergap oleh tiga orang preman yang merampas tas miliknya. Marco yang tak terima, mengejar mereka sehingga terjadi perkelahian. Tentu saja Marco kalah, karena tubuh yang kecil dan tak memiliki ilmu beladiri.     

Tetapi keberanian dirinya ternyata tak luput dari pandangan seseorang yang berada di dalam mobil yang kebetulan melintas. Daniel tak menolong, hanya memperhatikan seberapa besar tekad anak menerima pukulan para preman untuk melawan. Dan ternyata persepsinya tak salah. Akhirnya, anak itu hampir pingsan namun masih berusaha melawan. Tidak mau menurunkan harga dirinya untuk memohon ampun.     

Sebelum hilang kesadaran, dia memegang erat kaki salah satu preman dan tak mau melepaskannya, masih berusaha memperjuangkan dompet milik ibunya. Sayang satu tendangan kembali dia rasakan hingga membuatnya pingsan seketika.     

Saat Marco membuka mata, yang terlihat adalah wajah yang sekarang menjadi bosnya.     

"Mulai hari ini kau menjadi anak buahku," ucap Daniel waktu itu dan semenjak itu Marco berada di bawah nangannya.     

Marco latihan berbagai macam ilmu beladiri, cara memegang senjata, cara mengemudi kendaraan dan melakukan pengobatan dengan kilat. Hal itu tidak cuma-cuma, Marco sekarang harus membayar dengan menjadi pengawal. Karena berkat jasa Daniel, perekonomian keluarganya mengalami membaik. Mereka tak pernah mengalami kesulitan keuangan, karna Jack selalu memenuhi kebutuhan keluarganya. Padahal, Marco masih tahap belajar dan belum melakukan tugas apa pun.     

Emak Rina tentu saja malu dan menolak semua pemberian Daniel. Tapi karena Daniel pandai bernegosiasi, dia berhasil meyakinkan emaknya dan mengatakan hal itu adalah hutang, Marco akan membayar dari semua tugas yang dilakukan untuk Daniel.     

Bah ... hutang apaan, Marco tidak punya hutang apa pun pada Daniel karena pada kenyataannya, Marco menjadi samsak hidupnya setiap latihan. Sumpah ... itu penderitaan terberat dalam karir Marco sebagai pengawal.     

Begitulah, keluarga Marco yang berawal sederhana, berkat Daniel mereka bisa hidup nyaman dan sekolah, bahkan Marco bisa membangun perusahaan untuk adik-adiknya. Walau kadang Marco pernah merindukan saat hidup sederhana. Saat Ibu hanya bisa membeli empat butir telur, sedang mereka lima bersaudara. Sehingga saling rebutan sampai salah seorang menangis. Lalu, Ibu akan memasak telur dadar dan memotong menjadi lima bagian agar adil.     

Marco merindukankan masa itu, namun tak ingin kembali ke sana. Karena masa lalunya sangat tidak bagus untuk dikenang. Ah ... mengingat masa lalu membuat Marco jadi baper sendiri, lebih baik dia bertayamum dan Sholat Tahajud. Semoga selamu dalam perlindungan Tuhan, dalam melakukan tugas.     

Setelah Sholat, Marco kembali merebahkan tubuhnya ke tanah yang beralaskan daun dan sarung. Sebenarnya, Jack meminta dia membawa tambahan orang untuk menemani, tapi menurut dia akan memperlambat ruang geraknya. Maka, sekarang dia berada di tengah hutan sendirian dalam gelap, tapi untung tak hujan jadi bisa beristirahat di sembarang tempat.     

Marco tak mau membuat tenda, selain malas membawa dia tak mau ada musuh yang mencurigai keberadaannya. Lagi pula, tubuhnya kebal racun, mau ada ular, kalajengking dan serangga lain tak akan meracuni tubuhnya.     

Marco berusaha memejamkan mata, masih ada waktu lima jam sebelum kedatangan Jack. Tapi terbayang wajah Lizz dan benda yang tadi dia temukan benar-benar membuatnya kesal.     

Pil KB sialan, kenapa Lizz harus meminumnya? Padahal dia tahu, Marco sangat menginginkan punya anak. Selain itu usia mereka juga usia yang pas memiliki momongan, apa lagai Lizz selalu mengadu risih ketika emaknya menanyakan kapan bisa menimang seorang cucu?.     

Marco tahu ada yang tak beres, tapi kenapa? Dia bingung, mereka ingin memiliki anak! Secara umur, mereka sudah cukup matang, tapi kenapa pil brengsek itu ada di sana? Marco membuang napas pelan, bingung menghadapi Lizz. Menebak pikiran wanita lebih sulit dari memecahkan rumus matematika.     

Marco hanya bisa meringis, karena terkalahkan oleh Pil KB. Padahal selama enam bulan ini, Marco mengira dirinya mandul karna Lizz yang tak kunjung hamil. Apalagi, melihat Ai yang langsung hamil pada seks pertama dengan Jack. Marco makin tidak percaya diri, apa dia kurang memuaskan Lizz? Kurang perkasa atau apa?     

Bahkan, Marco berpikir untuk periksa kesuburan dan proses bayi tabung. Ternyata masalah bukan pada dirinya, tapi ... pil kecil sialan yang selalu dikonsumsi istrinya.     

Jatuh cinta memang menyebalkan. Marco terlalu mencintai istrinya, dia marah tapi jengah untuk memendam perasaannya. Dari pada emosi sendiri Marco memutuskan untuk jalan-jalan, beruntung malam ini ada sedikit cahaya bulan menyinari, jadi keadaan tak terlalu gelap. Kalau gelap, dia masih punya kaca mata tembus pandang yang bisa menuntun jalannya.     

Apa Marco tak takut hantu saat berjalan di tengah hutan sendirian? Tentu saja tidak, dia bahkan menganggap dirinya sendiri adalah hantu. Lagi pula, dia pernah berada di tempat tergelap di bumi ini. Tempat yang pasti di datangi semua manusia tapi dihindari setengah mati.     

Marco berjalan pelan, terkadang berhenti melihat hewan yang lewat atau tertidur di antara pepohonan. Dia bahkan memetik buah-buahan asing yang ditemukan dalam hutan. Hingga Tak lama, Marco mendengar suara helikopter dari jauh. Dia melihat jam tangan menunjukkan pukul 03.00 pagi. Lalu, Marco berjalan menuju tempat dari suara tadi, di mana pasti Bosnya sudah tiba.     

Benar saja tidak berapa lama kemudia Marco melihat pancaran sinyal yang menunjukkan lokasi Jack berada. Karena Marco anak buah jadi dia yang membabat sedikit semak dan menghampiri Bosnya.     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.