One Night Accident

HEAD OVER HEELS 22



HEAD OVER HEELS 22

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Tegang banget sih kak."     

Olive berusaha tersenyum saat mendapat teguran dari Pian.     

Semua keluarganya sudah dirias dan sedang menunggu kedatangan keluarga Bayu.     

"Ngomong-ngomong kak Jovan sama sepupunya kok belum muncul ya?" tanya Laras yang berada di sebelah Olive sambil melihat sekeliling.     

"Sepupu?" Olive tidak mengerti.     

"Sepupunya kak Jovan yang anaknya artis. Kak Olive belum ketemu?" tanya  Pian.     

Olive menggeleng. Sepupu Jovan? Artis? Apa yang tadi siang mau dikenalkan sama dia ya?     

"Tahu enggak Liv. Sepupunya Jovan asli cogan keluaran Wattpad. Dingin-dingin gimana gitu. Trus istrinya cantikkkk baget sampai aku saja yang cewek ngiri melihatnya. Nih gaunku sama bajunya Pian dia lho yang beliin. Harganya 3 juta astaga. Gajiku sebulan masih kurang buat bayar ini baju." Laras menunjukkan gaunnya pada Olive.     

Olive tersenyum kecut. Bagi Laras mungkin itu mewah. Tapi Olive tahu bagi keluarga Javier itu tidak ada seujung kuku pun.     

Sayang tidak lama kemudian obrolan mereka terhenti karena ada suara ribut-ribut.     

"Ada apaan itu?" tanya Olive.     

Pian dan Laras ikut penasaran.     

"Lihat yuk." Mereka bertiga akhirnya ke halaman rumah.     

Di sana terlihat ibunya juga kebingungan. Ternyata keributan itu bukan hanya karena rombongan Bayu datang tapi sepertinya ada yang menghalangi keluarga Bayu masuk ke dalam rumahnya.     

"Jovan ... kamu apa-apaan sih?" teriak Olive begitu tahu Jovan mengusir keluarga Bayu.     

Jovan emosi. Bagaimana tidak, sore ini dia baru tahu Javier kembali ke Jakarta. Padahal Jovan sudah siap memberi kejutan untuk membatalkan pernikahan Olive dan Bayu.     

Oke Jovan memaklumi Javier yang patah hati. Tapi baru beberapa menit yang lalu dia mendapat telpon dari Mirna. Sesuatu terjadi pada Javier dan Jovan seketika melupakan rencananya yang akan mengusir keluarga Bayu secara halus.     

Tidak ada waktu. Usir mereka sekarang juga dan bawa Olive ke Jakarta.     

"Aku baru memutuskan bahwa pertunangan dan pernikahanmu dengan Bayu. BATAL," ucap Jovan langsung.     

"Apa? Kamu jangan sembarang ya. Memangnya kamu siapa berani memutuskan pertunanganku?" tanya Olive ikut emosi.     

"Nak Jovan, sebenarnya ada apa ini. Kemarin-kemarin kalian semua setuju kenapa sekarang menolak. Kita bisa bicarakan baik-baik." Ibu Asih ikut khawatir. Apalagi mereka jadi tontonan banyak orang.     

"Bu, percayalah. Apa yang Jovan lakukan itu demi kebaikan Olive."     

"Kebaikan? Kebaikan apa. Kamu sama Javier sama saja. Cuma bisa merusak semuanya," teriak Olive dengan dada naik turun karena marah.     

Javier memperkosanya dan sekarang Jovan merusak acara pertunangan dirinya. Apa mereka datang memang hanya untuk menghancurkan keluarganya?     

Jovan menoleh ke arah Olive dengan satu pertanyaan di otaknya. "Apa maksudmu Javier merusak semuanya?" tanya Jovan penasaran. Apakah kepergian Javier ada hubungannya dengan Olive? apa mereka bertengkar?     

"Nak Jovan mari kita bicarakan baik-baik." Ibu Bayu tiba-tiba mendekat.     

"Iya Jovan. Ini ada apa sih? Kenapa kamu tiba-tiba mengusir kami?" Bayu merasa bingung.     

"Tidak usah pedulikan dia. Bayu dan ibu masuk saja. Semuanya silahkan masuk." Olive melewati Jovan dan menyuruh semu tamu masuk.     

"Junior." Jovan melempar sesuatu ke arah Junior dan dia menangkapnya dengan cepat. Lalu tanpa mempedulikan semuanya Jovan merebut mikrofon dari pembawa acara.     

"Olive, Pian, ibu Asih dan semua tamu undangan. Saya tidak mau membuat keributan. Tapi inilah alasan saya menolak acara ini dilanjutkan." Jovan mengkode Junior untuk menyalakan rekamannya.     

Semua tamu undangan seketika memperhatikan salah satu dinding yang dijadikan layar utama oleh Junior.     

"Kamu cantik banget sih." Bayu terlihat menciumi leher seorang wanita di sebuah kamar hotel.     

Semua tamu langsung terkesiap kaget.     

"Kamu juga tampan. Tapi sayang ... sebentar lagi akan jadi milik orang lain. Padahal aku mau lho jadi kekasihmu."     

"Walau aku menikah. Kamu masih bisa jadi kekasihku kalau mau." Bayu meremas dada pelacur itu dan sang pelacur menciumnya dengan semangat.     

"Aku itu tidak suka jadi yang kedua." Si pelacur mendorong Bayu hingga terlentang di atas ranjang.     

"Tinggalkan kekasihmu. Maka aku akan jadi milikmu selamanya." Si pelacur menciumi dada Bayu dan mulai melepas kemejanya.     

"Tawaranmu sungguh menggoda tapi aku harus tetap menikahi calon tunanganku."     

"Kenapa? Apa dia lebih cantik dariku?" tanya si pelacur sambil menduduki perut Bayu dan membuka gaunnya hingga melorot sampai ke pinggang.     

Bayu langsung mengangkat tangannya dan meremas kedua payudara si pelacur dengan gemas. "Tidak, dia cantik tapi biasa saja. Tidak secantik dirimu. Tidak semulus ini juga. Tapi keluarga angkatnya sangat kaya raya. Keluargaku akan sangat diuntungkan kalau aku bisa menikah dengannya." Bayu menciumi dada pelacur itu hingga si pelacur mengerang keenakan.     

"Jadi ini hanyalah masalah uang." Tanya pelacur itu lagi dan ikut mengelus punggung Bayu lalu menjambak rambutnya.     

"Benar. Hanya demi uang. Memang apa istimewanya Olive selain itu? Tidak ada. Usianya lebih tua, cantik biasa saja. Kalau bukan karena kekayaan keluarganya aku pasti memilih menikahimu saja."     

Tamu-tamu semakin berbisik-bisik dan melihat keluarga Bayu dengan tatapan sinis.     

Tenang saja Jovan sudah membuat gambar tubuh mereka blur tapi wajah mereka berdua terpampang nyata dan jelas. Jadi tidak akan ada mata yang terkontaminasi.     

"Ini jebakan. FITNAH." Bayu menunjuk ke arah layar.     

"Fitnah? apa perlu gue kasih rekaman full. Atau mau yang di tempat karaoke gue sebar juga? Jangan loe pikir gue dan kakak gue Javier selama ini diem aja karena enggak tahu kalau loe bajingan ya. Kita punya banyak mata-mata yang bisa ngawasin loe kapan aja."     

"Jangan loe pikir kita bakal nikahin Olive sama cowok sembarang. Apalagi yang keluarganya matre macam kalian." Jovan menunjuk seluruh keluarga Bayu. Seperti biasa kalau emosi bahasa lo gue miliknya langsung keluar.     

"Sekarang juga gue minta. Lo semua angkat kaki dari rumah ini." Perintah Jovan mutlak.     

"Ini jebakan. Jovan jebak aku Olive. Dia sengaja lakuin ini semua." Bayu berusaha menjelaskan pada Olive.     

"Pergilah Bayu." Olive mati rasa. Kenapa semua yang dia sayangi satu persatu menyakiti dirinya.     

"Olive ... dengerin dulu," bujuk Bayu.     

"PERGIIII." Olive menunjuk pintu keluar.     

"Kalian semua akan menyesal." Ancam Bayu sebelum keluar dari rumah Olive disusul keluarganya yang lain.     

Ibu Asih langsung memeluk Olive yang menangis sesenggukan. Pian dan Laras ikut mengelus lengannya tanda menguatkan.     

"Steve kok aku ditinggal sih?" Queen baru muncul dengan wajah cemberut dan kado ditangannya sambil menghampiri Junior. Dia baru selesai berdandan saat tidak mendapati Jovan dan Junior di mana pun. Dia ditinggalkan. Kan sialan.     

Junior langsung mematikan rekaman yang tadi dia nyalakan begitu melihat penampilan Queen.     

"Ayo pulang." Junior menarik lengan Queen.     

"Eh ... aku belum melihat acaranya. Kadonya juga belum aku berikan," protes Queen.     

"Sudah selesai." Junior langsung mengangkat tubuh Queen begitu sampai dihalaman rumah Jovan. Tidak mau menerima protes lanjutan.     

Sedang di kediaman Olive begitu Bayu dan tamu sudah mulai pergi. Jovan menghampiri Olive yang masih menangis di salah satu kursi dengan Laras yang setia memberikan tisu untuknya.     

"Kita harus ke Jakarta sekarang," pinta Jovan.     

Olive tidak menghiraukan. Hatinya masih sakit. Dia masih ditahap terendah. Merasakan dihancurkan dan dikecewa secara bersamaan. Dia sedang tidak ingin menanggapi siapa pun selain meratapi nasibnya.     

"Jean ... please. Kita harus ke Jakarta sekarang. Javier sedang membutuhkanmu." Jovan memohon.     

"Bisakah kalian meninggalkan aku sendiri sebentar saja?" pinta Olive dengan wajah terluka.     

"Aku ingin kamu menerima keadaanmu dulu. Tapi ini darurat, Javier masuk rumah sakit."     

"Dia kan dokter. Tentu saja dia ada di rumah sakit," bantah Olive masih sambil menangis.     

"Javier benar-benar sakit."     

"Enggak usah bohong demi menutupi rasa bersalahnya padaku." Olive hendak beranjak pergi tapi Jovan mencekal lengannya.     

"Javier baru saja muntah darah," ucap Jovan serius.     

Laras langsung menjerit kaget.     

Olive terpaku. Seketika oksigen terasa hilang dari paru-parunya.     

Olive pingsan di tempat.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.