One Night Accident

PERINGATAN TERAKHIR



PERINGATAN TERAKHIR

0Happy reading.     
0

****     

Baru saja panggilan dari Joe berakhir, sudah ada panggilan masuk lagi.     

"APA MAKSUDMU?" suara Marco alias Red 01 mengelegar dari seberang sana.     

"Ada masalah?"     

"KAU LAH MASALAHKU! BAGAIMANA BISA KAU MENARIKKU DARI MENGAWAL SEORANG PUTRI, MENJADI PENGAWAL COWOK CANTIKMU ITU?" protes Marco tidak terima.     

Jack tersenyum lebar. Walau terkesan kurang ajar. Namun, Inilah yang dia suka dari Marco. Dia satu-satunya anak buah yang tak takut untuk membentak dan melawannya. "Memang kenapa? Joe 'kan juga seorang Princess, dan dia tidak kalah cantik dari Putri Pangeran Charles."     

"Terima kasih, tapi aku masih normal dan doyan perempuan."     

"Sudah cepat, ke Indonesia. Aku harus segera pergi."     

"Kau ini memang keterlaluan aku baru saja berhasil menidurinya dan sekarang harus meninggalkannya. Kami lagi anget-angetnya tahu."     

"Kau gila?! Putri Laurence akan menikah dengan anak Menteri Keamanan bulan depan. Kau ingin menimbulkan kekacauan politik!?" kini giliran Jack yang berteriak.     

"Benarkah? Aku tak tau. Well apa aku akan dibinasakan sekarang?" tanya Marco tanpa merasa bersalah sama sekali.     

"Bagaimana mungkin kau tak tahu? Kau bersamanya dua puluh empat jam. Memangnya, apa saja yang kamu perhatikan?"     

"Pahanya yang mulus."     

Mendengar itu ingin sekali Jack melubangi kepala Marco dengan peluru. "Kau memang harus ditarik dari sana. Tingkahmu melenceng dari kode etik kita. Kita tak boleh terlibat perasaan dengan klien kita. Apakah kau lupa itu? Berdoa saja Pangeran Charles tak tahu. Kalau sampai sang Putri mengadu, pastilah aku yang ditugaskan untuk mencincangmu."     

"Ok, maafkan aku Boss." Tapi nada suara Marco masih biasa saja. Tanpa rasa takut dan bersalah.     

"Kumaafkan, asal kau sampai kemari dalam waktu 30 menit."     

"Kau sudah gila?! Inggris dan Indonesia itu sangat jauh! Apa kau pikir aku punya pintu kemana saja seperti doraemon?"     

"That's your problem! Sampai jumpa 30 menit lagi atau aku potong separuh gajimu." Jack mengakhiri pembicaraan mereka, sebelum Marco memprotes lagi.     

Jack baru meletakkan ponselnya, saat ia mendengar suara ketukan pada pintu kamarnya. Jack terkejut ketika ia membuka pintu, wajah Marco yang pertama terlihat dihadapannya.     

"Tiga puluh detik, dan aku sudah sampai." Marco berujar bangga.     

"Kau menipuku? Kau bilang sedang di Inggris?" Marco masuk tanpa disuruh.     

"Sebenarnya aku sudah mengundurkan diri setelah meniduri Putri Laurence. Kau 'kan tau, aku tidak tidur dengan wanita yang sama dua kali. Jadi, aku pergi sebelum dia minta aku gagahi lagi."     

Mendengar itu Jack merasa kesal. Anak buah kesayangannya ini memang perlu diberi pelajaran.     

DORRRRRRR.     

"Shit ...." Marco meraung kesakitan sambil memegangi kakinya yang tiba-tiba ditembak oleh Jack.     

"Itu hukuman, karena kau menyalahi kode etik kita," kata Jack santai.     

Marco tak percaya ini, Jack benar-benar menembaknya.     

"Kau memang Boss yang kejam. Tidak bisakah pakai pisau saja? Setidaknya, aku tidak susah mengeluarkan pelurunya." Marco meringis sambil berjalan tertatih-tatih menuju sofa.     

Baru saja dia duduk sesuatu melayang ke arah kakinya.     

"Shit! Fuck! Bastard ...." Marco mengumpat saat pisau menancap tepat di sebelah peluru tadi.     

"Aku hanya mengikuti saranmu! Kamu meminta Pisau, jadi ... aku berikan pisau." Jack menyahut sambil lalu.     

Membuat Marco memandang Jack, seolah pria dihadapannya itu, adalah makhluk menyerupai iblis dengan tanduk merah di atasnya. Tapi kemudian, Marco kembali mengumpat dan menyumpah serapah. Terlebih saat ia mencabut pisau di kakinya yang tertembak. Darah segar langsung mengucur dari pahanya.     

Jack tak menghiraukannya. Ia sibuk berganti pakaian, dengan pakaian yang ia rasa lebih nyaman untuk misi kali ini.     

"Kapan berangkat? Siapa yang kau ajak?" Marco bertanya seraya membebat kakinya, agar darah tak keluar lagi.     

"Sebentar lagi, dan ... aku pergi sendiri."     

"Bukankah sebaiknya kau membawa beberapa orang? Kudengar, mereka jago beladiri."     

"No, thanks. However ... are you worried about me? "Jack menyahut santai, kemudian menoleh menatap Marco. "Aku juga menguasai beladiri. Dan lagi, aku sedang tidak ingin diganggu." Jack mendekati sebuah cermin. Tangannya menarik sebuah tuas tersembunyi. Yang ternyata, dibalik cermin tersebut, terdapat berbagai jenis senjata. Jack meraih dan membawa beberapa jenis. Sekedar untuk persiapan. Lalu meraih beberapa jenis obat-obatan. Sekedar untuk berjaga-jaga. Tangannya beralih meraih sebuah obat, dan melemparkannya pada Marco.     

"Tak sekalian membantuku mengeluarkan pelurunya?"     

Jack menatap Marco, dengan satu alis terangkat. "Tak usah berlebihan. Pelurunya tak menembus tulangmu. Jadi ... kau bisa keluarkan sendiri. Lagi pula ... kau cukup ahli menggunakan pisau itu."     

"Kau benar-benar Iblis!!"     

"Terima kasih. Aku hanya memberi peringatan, agar kau mengingatnya suatu saat sebelum meniduri seorang Putri."     

"Sebenarnya aku tak peduli dia Putri atau bukan. Kau tahu, aku tertarik padanya hanya karena dia masih perawan."     

DEG!     

Mendengar kata perawan, wajah Ayu langsung melintas di otak Jack. Sial! Wanita itu masih     

mempengaruhinya. Jack menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan bayangan itu.     

"Kau kenapa, Boss?" Marco heran melihat Jack menggeleng tak jelas.     

"Tak apa. Tapi perawan atau bukan, jangan pernah meniduri klien lagi."     

"Jadi aku benar-benar bersalah?!" Marco menegaskan.     

"Jelas! Dan tadi, adalah peringatan terakhir."     

Jack lalu melempar kartu apartemen milik Joe pada Marco.     

"Tinggal di tempat Joe, dan jaga full dua puluh empat jam."     

"Isk! Kau benar-benar menyayangi cowok cantikmu itu ya? Shit!! Anjing! Panu gajah! Lutung Kasarung! Monyet albino!" Marco menyebut seluruh penghuni kebun binatang satu persatu saat dia menancapkan pisau ke pahanya berusaha mengeluarkan peluru yang bersarang di sana.     

"Tentu saja. Dia adikku" Jack mengernyit mendengar sumpah serapah Marco yang begitu lengkap.     

"Ku rasa kau akan cocok dengan Joe. Kau dan dia sama-sama gila, jahil dan alay." Jack menambahkan.     

"Cih!! Sorry, aku lebih keren darinya. Bahkan kadar ketampananku melebihi batas maksimal."     

Jack tersenyum lebar melihat cara bicara dan kepedeannya, yang sama persis dengan Joe. Jack sekarang benar-benar tenang meninggalkan Joe pada orang yang tepat.     

Marco mengembuskan napas lega saat peluru akhirnya berhasil dia keluarkan, dia langsung membersihkan lukanya dan menyiramnya dengan obat yang tadi di lemparkan oleh Jack. Dia berteriak kesakitan. Tapi suaranya teredam, karena mulutnya sudah tersumpal dengan kaus milik Jack.     

"Mmmmppphhhhh!!" Marco mengerang tertahan merasakan sakit pada kakinya. Dan langsung membuang kaus yang ada di mulutnya.     

"Eranganmu sudah seperti cewek yang baru di perawani!" Jack berseru.     

'Kecuali erangan Ayu, terdengar menggairahkan' Jack kembali terkenang.     

Marco memandang Jack kesal. Dia ditembak, dilempari pisau, disuruh mengobati lukanya sendiri. Dan sekarang, dia mengganggu kesenangannya saat ingin melampiaskan rasa sakitnya dengan cara berteriak. "Kau tidak berperasaan!!" Marco menunjuk wajah Jack dengan tatapan tajam, sementara Jack, hanya memandangnya datar.     

"Ayolah ... aku pernah tertembak dan ditusuk tapi teriakanku lebih cool dan tak semelengking itu," Jack telah selesai mengemasi semua barangnya. "Aku berangkat. Hubungi aku jika ada apa-apa."     

Marco juga sudah selesai membebat lukanya. "Tunggu, boleh aku cuti dulu aku khawatir akan demam setelah ini."     

"Tidak!" jawab Jack singkat.     

"Tiga hari?"     

"No!"     

"Baiklah. Sehari!" Marco berusaha bernegosiasi.     

"Jawabannya, tetap tidak! Segeralah bersiap-siap. 25 menit lagi, Joe ada pemotretan," kata Jack membawa barang-barangnya dan menghambur keluar ruangan.     

"Dasar iblis tak punya hati, tukang siksa, tak berprikemanusiaan," gumam Marco.     

"I can hear that!" Jack berseru dari luar kamar.     

"Dasar telinga kampret!" gumam Marco lagi.     

"Aku masih dengar itu!"     

"I don't care! Dasar buaya ijo!"     

Lalu hening.     

Marco menengok keluar kamar. Bossnya sudah pergi. Dia tersenyum lebar. Mungkin dia bisa tidur sebentar mengistirahatkan kakinya. Lagi pula sekali-kali biarkan saja cowok cantik itu menghadapi fansnya sendiri.     

Drtttttttttt     

Sebuah chat masuk.     

From Jack.     

"Jangan tidur! Segera berangkat!" Marco bengong, dari mana Jack tahu, dia akan tidur apa dia peramal?     

Drtttttt     

From Jack.     

"Aku bukan peramal. Jadi tak perlu bengong. Cepat turun. Joe sudah menunggu di bawah."     

Marco makin geram. Baiklah, mari kita lihat seberapa keren Mr. Celebrity kita yang di manja-manja Bossnya itu. Marco mengacak-acak lemari pakaian Jack, dan mengeluarkan baju dan celana model terbaru.     

Marco akan tunjukkan kepada Joe, si cowok cantik itu, bahwa pengawalnya kali ini lebih cakep dari pada dirinya. Dan Marco akan memastikan, semua fans Joe akan bertekuk lutut di hadapannya.     

Marco memandang kaca dan tersenyum lebar. Dipakainya kaca mata hitam agar terlihat lebih Macho. Ok. Mari kita lihat, apakah paparazi akan terpesona oleh Joe atau dirinya, Marco membatin penuh percaya diri.     

Sepertinya sesekali sang Prince perlu di sleding olehnya.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.