One Night Accident

TINGKAH IBU HAMIL



TINGKAH IBU HAMIL

0vHappy Reading.     
0

****     

Ai senang bukan main begitu menginjakkan kakinya di Jerman. Apalagi sedang musim dingin. Salju ada di mana-mana sesuai impian Ai selama ini. Ai memakai baju yang tebal-tebal meniru girlband Korea. Bajunya keren dan badannya tetap hangat. Ai tak ubahnya seperti orang kampung yang baru ke kota. Karena ini pertama kalinya Ai keluar negeri. Jangankan keluar negeri. Keluar kota pun Ai juga baru sekali. Yaitu ke Bali sewaktu liburan bersama teman-teman sekolahnya.     

Ai juga sama sekali tidak paham dengan pembicaraan antara David dengan orang yang menyambut mereka di Airport. Bahkan, Ai sudah seperti anak ayam yang mengekor dibelakang induknya. Mengikuti David ke mana pun ia melangkah.     

Saat sampai di kediaman David, Ai benar-benar ngiler. Karena ini rumah terbesar, terbagus dan termewah yang pernah dilihatnya. Dari pintu gerbang udah ada satu rumah kecil, yang David katakan adalah sebuah Pos Security. Menurut Ai, Pos Security tersebut, sama besarnya seukuran rumah bertipe RSS di Jakarta. Setelah masuk gerbang, Ai disambut halaman super luas. Dengan taman yang terawat indah. Lalu saat turun dari mobil sudah ada yang memarkirkan sendiri mobilnya.     

"Macam Hotel saja," batin ayu terkikik sendiri. Ai bahkan lebih terpesona saat kakinya melangkah masuk ke dalamnya. Puluhan Maid sudah berjejer rapi menyambut mereka. Ai menjawab sapaan mereka dengan senyum lebar dan lambaian tangan seperti Miss Universe, hingga Maid di sana pada menahan senyum karna tingkah Ai yang dianggap lucu.     

David berhenti melangkah, dan melihat sikap Ayu yang ndeso banget. "Kamu ngapain? Nggak usah norak deh!" David menarik tangan adiknya agar berjalan lebih cepat.     

"Lha mereka 'kan nyapa. Gue bales dong."     

"Nggak perlu!"     

"Ya perlu dong. Nggak sopan, ada yang nyapa nggak dibales."     

David memutar matanya jengah. "Udah, cuekin aja. Ayo gue tunjukin kamar lo!"     

"Nggak mau!" Ai menghentikan langkahnya mogok jalan.     

"Ai ... Abang ada rapat sebentar lagi, jangan main-main deh."     

"Bales dulu sapaan mereka." David menghela napas, berusaha sabar.     

"Mending cepet dikerjain, biar cepet kelar," pikirnya. Lalu dia kembali ke tempat para Maid, dan membalas sapaan mereka dengan senyum yang sangat tidak ikhlas.     

"Yang iklas, Bang." protes Ai.     

"Iya." David tersenyum tambah lebar.     

"Gitu dong! Biasakan membalas sapaan orang, jangan kayak batu. Coba kalau mereka nggak ada yang mau kerja ama abang. Sanggup ngurus rumah segede ini, sendirian?"     

"Iya." ucap David singkat lalu menekan tombol lift.     

"Bang, ini rumah apa hotel sih? Ada lobby dan liftnya segala."     

"Ini rumah sekaligus kantor. Makanya, Abang bikin sefleksibel mungkin. Males kalau keluar, cuma buat ketemu klien atau ngadain rapat. Kalau bisa bikin mereka kesini, ngapain Abang yang nyamperin." David berkata dan Ayu hanya manggut-manggut mengerti.     

TING ... Lift berhenti dilantai teratas, yaitu lantai lima. Di sana sudah ada dua orang yang menunggu. Mereka membungkukkan badan tanda hormat.     

"Nggak usah formal." kata David pada mereka.     

"Dek, ini Mr. Kim, bodyguard lo selama di sini. Dan ini Miss Rose, asisten lo. Mereka bisa berbahasa Indonesia. Jadi lo bisa sampein apa pun keinginan lo pada mereka."     

"Hai ...." Ai lantas bergantian menyalami keduanya.     

"Ya udah, Abang ada rapat. Mereka yang bakal nganterin lo ke kamar." David berucap lalu membalikkan badannya, hendak pergi.     

"Bang!" panggil Ai dan David pun segera menoleh. Ai tiba-tiba memeluknya erat.     

"Makasih, Bang. Lo adalah Abang paling baik sedunia!"     

"Lebay! Nggak usah ngajak baper deh. Buat Abang, kebahagiaan yang Lo rasakan, adalah kebahagiaan Abang juga. Lo dan Sandra 'kan adek kesayangan Abang. Mulai sekarang, di sinilah hidup lo. Abang mau, dihidup lo yang baru ini, nggak ada tangisan. Hanya kebahagiaan. Oke?"     

Ai memukul pelan lengan David. "Ishh..... Abang ngomongnya gitu. Bikin gue makin baper!"     

David terkekeh dan mengusap rambut Ai pelan. "Udah, Abang kerja dulu. Entar kalau keponakan Abang minta mainan, terus nggak bisa beliin deh, gara-gara Abang males-malesan." Ai tersenyum lalu melepas pelukannya.     

"Istirahat, gih! Besok Abang ajak jalan-jalan. Sekalian periksa kandungan. Kayaknya, Abang nggak pernah lihat lo control deh, setelah tau hamil." David berujar.     

"Iya bang."     

David tersenyum lalu melangkah menjauh. Meninggalkan Ai bersama Bodyguard dan Asistennya.     

******     

"ABAAAAANG...! BANGUUUNNNN!" David menutup telinganya dengan bantal. Berharap suara yang mengganggu tidurnya segera pergi. Demi Tuhan, sekarang masih pukul 3.00 dini hari, dan dia baru tidur dua jam. Ai yang berhasil masuk kedalam kamar, memukuli David dengan guling karena tak kunjung bangun. Sudah setengah jam Ai menggedor pintu kamar Kakaknya itu. Tapi memang dasar kebo, Kakaknya tak juga keluar. Beruntung akhirnya Ai dapat kunci cadangannya.     

"Abang! Ayo bangun!"     

"Bentar lagi Ai, Kakak masih ngantuk."     

"Abaaang ... Ai lagi ngidam nih ..." David mengerang, sudah tiga bulan Ai pindah ke Jerman, dan jika kata-kata pusaka itu yang keluar dari mulut cerewetnya, maka dijamin, dia sudah takkan mendapatkan jatah tidur pagi ini. Dengan berat hati, David membuka matanya walau baru separuh. Diperhatikannya perut buncit adiknya yang sudah berusia enam bulan. Terlihat besar sekali karena ternyata isinya dua, alias kembar.     

"Ngidam apa lagi? Harusnya orang ngidam itu awal kehamilan ini udah hamil tua kenapa masih ngidam aja sih Ai?"     

"Iiihhh ... Abang, orang ngidam ya sampai bayinya lahirlah!"     

"Ya udah, lo pengen apaan? Berenang lagi?" tanya David sambil duduk.     

Bulan lalu, Ai memintanya membuatkan kolam renang di rooftop dan begitu jadi, bukannya dia yang berenang. Tapi David yang disuruh nyemplung. Berenangnya tak jadi masalah. Masalahnya adalah, saat itu sedang turun salju dan David berenang jam sepuluh malam! Alhasil, dia langsung flu selama seminggu. Untung aja tak sampai membuatnya hipotermia.     

"Nggak ah! Musim dingin udah lewat, nggak seru." Lihat! Adiknya demen banget nyiksa 'kan?!     

"Terus apaan?!     

"Ai pengen makan mie instan pake telor. Tapi Abang yang masakin."     

"Banyak Maid, kenapa musti Abang?"     

"Di sini Om-Nya tuh Abang atau para Maid?" Ai bertanya kesal. David menghela napasnya pelan dan turun dari ranjang. Berjalan menuju dapur yang bahkan tak pernah dimasuki olehnya. Sementara Ai hanya tersenyum mengikuti dibelakang-Nya.     

Sampai di dapur, David celingukan. Terlihat bingung. Karena tak tahu tempat Mie instan disimpan. Akhirnya dia menanyakan pada Kepala Pelayannya.     

Saat David akan mulai memasak mie, tiba-tiba di cegah Ai. "Kenapa lagi, Dek?"     

"Itu bukan mie buatan Indonesia. Ai maunya yang produksi Indonesia."     

"Ya udah Abang suruh orang cari dulu."     

"Nggak mau. Ai maunya Abang cari sendiri. Hurry up!"     

"Sabar, Vid. Sabar... sejak hamil adek lu emang berubah jadi emak tiri yang suka banget nyiksa orang," David membatin. Dengan langkah pelan dan amat sangat nggak ikhlas, David mencarikan Ai Mie instan pesanannya. Tapi setelah satu jam kemudian, barulah benda terkutuk itu ia dapatkan. Itu pun ia dapatkan di supermarket yang berada di Mall-nya sendiri. "Tau gitu ngapain muter-muter?" David merutuki kebodohannya sendiri.     

Sampai di rumah, Ai sudah duduk manis dengan penampilan yang sudah fresh, karena sudah mandi. Kebiasaan Ai sejak hamil, yaitu mandi jam empat Subuh. "Lama banget, Bang? Ai udah laper nih."     

"Susah nyarinya, Ai." jawab David sambil mulai memasak mie pesanan adiknya. Setelah matang, David langsung menaruh semangkuk mie itu di depan Ai.     

"Makasih, Abang." Ai mengecup pipi David sekilas. David segera duduk menemani Ai yang sedang asik makan.     

"Abang nggak ikut makan?"     

"Belum laper." David menjawab. Sebenarnya yang David inginkan, hanya kembali tidur. Karena selama dua hari, tidurnya berkurang gara-gara pekerjaan yang menumpuk. Terlebih, salah satu Mall miliknya yang berlokasi di India, mengalami masalah.     

David merebahkan kepalanya di meja dan tanpa terasa langsung tertidur di sana.     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.