One Night Accident

KESAL



KESAL

0Happy Reading.     
0

****     

David merindukan wanita ONS-nya. Karena sejak kedatangan Ai, ia tidak bisa lagi menyalurkan hasratnya. Disebabkan kebiasaan Ai yang hanya mau tidur jika dikelonin olehnya. Kepalanya serasa berdenyut karena menahan kantuk. Akhirnya tanpa sengaja, David tertidur dikursi meja makan. Tapi baru beberapa menit dia terlelap, suara ponsel membangunkannya.     

"Di sini David ..." ucapnya pada seseorang di seberang sana sambil memijit pelipisnya yang semakin berdenyut. Sepertinya dia benar-benar butuh tidur.     

"___ ___"     

David awalnya santai, namun mendengar penjelasan salah satu managernya keningnya semakin mengernyit tidak suka. Tidak cukupkah AI membuat masalah, sekarang anak buahnya juga tidak bekerja dengan baik.     

"BAGAIMANA BISA?!" Bentakan David terdengar menggelegar. DIa lagi badmood dan penjelasan bawahannya sama sekali tidak membuatnya senang. David benar-benar kesal.     

"___ ___"     

"Kirimkan laporannya. Sekarang!" Bentak David dan langsung memutuskan panggilan lalu menuju ruang kerjanya. Sementara Ai yang sudah mendapatkan mie sesuai keinginanya, sekarang sudah menghilang entah ke mana.     

Satu jam kemudian.     

David masih sangat sibuk, walau apa yang tadi dilaporkan anak buahnya sudah 70% teratasi. Namun ... David tidak bisa terlena dan mengabaikannya begitu saja. David harus memastikan semuanya clear dan aman supaya setelah ini dia bisa tidur dan mengistirahatkan matanya yang semakin merah dan kepalanya yang semakin berdenyut-denyut.     

Tiba-tiba Ai menerobos masuk.     

"Abang ... lagi ngapain?"     

"Kerja," jawab David tanpa memdang AI karena masih fokus pada laptop di depannya.     

Ai tersenyum lebar."Abang ... Ai ngidam."     

"Jangan sekarang ya Ai, Abang sibuk banget ini. Besok lagi saja ya ngidamnya," bujuk David masih berkonsentrasi dengan laporan di depannya.     

"Ai cuma minta dikipasin doang." Ai menyerahkan kipas tangan pada David sambil menunggu David selesai dan akan menuruti kemauannya.     

David menerima dan mengipasi Ai asal. Tentu saja masih dengan mata yang meneliti pekerjaannya.     

Beberapa saat kemudian.     

"Abang ... sudah mau selesai belum?"     

"Sebentar lagi Ai."     

"Ai bosen."     

"Ya sudah jalan-jalan sana ke luar. ke Mall atau ke tempat wisata."     

"Tapi ... Ai enggak mau jalan-jalan bang."     

David mendesah dan memandang Ai yang cemberut. "Memang lagi pengen apa?"     

Ai tersenyum lebar, tahu kakaknya mulai memeperhatikan dirinya dan akan segera mengabulkan ngidamnya. "Ai pengen empek-empek."     

David memandang Ai seolah muncul sepasang tanduk di kepalanya. "Di Jerman nggak ada yang jual." Tidak bisakah Ai meminta sesuatu yang normal.     

"Cariinlah ...."     

"Suruh Rose atau Kim saja sana."     

"Tapi ... Ai maunya Abang."     

"Kamu enggak lihat ... Abang lagi sibuk, Dek."     

Ai cemberut, biasanya sesibuk apa pun David, dia masih akan menuruti keinginannya. Kenapa sekarang tidak mau. "Nggak mau tau, pokoknya Ai maunya Abang sendiri yang cari! Bukan Rose, kim atau anak buah abang yang lain."     

"Ai, kalau begitu besok saja ya ...?"     

"Enggak mau, Ai maunya sekarang, Bang. Cariin sekarang ...." Ai mulai merengek membuat David yang sedang dalam mood jelek semakin gusar.     

"Ai .....!!!" David menatap Ai memeperingatkan.     

Ai tidak peduli, dia benar-benar ingin makan empek-empek dan rasanya sangat tak tertahankan. "Sekarang, Bang! Ai maunya sekarang ...."     

BRAKKKK.     

David menggebrak meja dengan kesal. Adiknya itu kenapa tidak tahu situasi sama sekali. Dia sedang sibuk dan ada masalah kenapa malah mengganggunya terus sedari tadi. Kesabaran orang juga ada batasnya kali.     

"SUDAH CUKUP!" David berteriak membentak Ai. "LU NGGAK LIHAT GUE LAGI SIBUK?! DAN STOP MINTA ANEH-ANEH!"     

Ai terkejut. Tubuhnya tersentak karena kerasnya bentakan David. Mata Ai langsung berkaca-kaca karena tak menyangka, David akan membentaknya dengan begitu keras. "Kalau abang nggak mau nyariin mpek mpek buat Ai, maka enggak bakal mau makan," kata Ai sambil menahan air mata yang hampir jatuh.     

"TERSERAH!" David menyahut dengan ketus dan langsung duduk memeriksa pekerjaannya lagi.     

Melihat itu, Ai yang merasa kecewa langsung lari memasuki kamarnya. Mengunci pintunya dan Dan menangis di atas ranjang dengan keras. "Om udah nggak sayang lagi, Nak. Dia udah bentak Bunda. Om juga nggak mau nurutin mau kalian, Nak. Bunda nggak mau minta aneh-aneh. Bunda cuma minta empek-empek. Bapakmu udah enggak menginginkan kalian, sekarang giliran Om juga bosan dengan kalian. Sekarang siapa yang masih peduli sama kalian? CUma bunda sendiriran." Ai menangis semakin sesenggukan.     

"Cowok sama aja. Nggak peka. Nggak berperasaan. Nggak ngertiin Ai! Ai cuma pengen disayang. Pengen diperhatiin kayak Ibu hamil pada umumnya. " Namun ... nyatanya Ai memang bukan wanita hamil pada umumnya. Di mana mereka memiliki Suami yang mencintai dan keluarga yang mendukung.     

Ai hanya punya Sandra dengan masalahnya sendiri dan David yang sekarang sudah tidak sayang padanya lagi. Ai terus mengadukan Kak Davidnya yang jahat pada kedua calon anaknya, hingga entah berapa lama dia terus bicara sambil menangis karena pada akhirnya ketika mata Ai sudah membengkak, Ai baru menyadari dia sangat kelelahan dan langsung jatuh tertidur.     

Beberapa jam kemudian.     

David keluar dari ruang kerjanya setelah waktu makan malam. Sebenarnya ia sempat tertidur. Makanya, sekarang David sudah merasa jauh lebih fresh dan penuh semangat. Pekerjaan kelar, dan dia mendapat jatah tidur yang terlewatkan. Ai juga tidak muncul untuk sekedar mengganggunya. Pasti Kim atau Rose yang menjadi sasarannya. Mungkin sesekali memang adiknya itu tidak terlalu dia manjakan biar tidak semena-mena.     

Saat sampai di meja makan, David hanya duduk sendirian, padahal makan malam sudah tersedia lengkap di hadapannya.     

"Di mana Ai?" David bertanya pada seorang Maid.     

"Ada di kamarnya tuan," jawab maid tersebut.     

"Panggil dong. Gue nggak enak makan sendirian." Sekesal-kesalnya David sama adiknyan itu. Tetapi ... mau makan sendiri kok rasanya enggak enak sama sekali. Terasa sepi karena biasanya memang Ai yang membuat ramai suasana.     

Maid itu langsung pamit dan menuju kamar Ai lalu kembali beberapa saat kemudian.     

"Mana Ai?" tanya David ketika melihat maid itu hanya datang sendirian. Apa adiknya sedang mandi? Tapi ... ini kan sudah malam.     

"Maaf ... Nona Ai tak mau membukakan pintunya, Tuan."     

"Ketok terus dong, mungkin dia ketiduran atau lagi di kamar mandi." Semoga mandinya enggak lama, batin David karena jujur saja dia sudah lapar.     

Maid itu terlihat gelisah. "Maaf tuan, em ... sebenarnya Miss Rose juga bilang, sudah sejak pagi Nona Ai tidak mau keluar kamar. Bahkan menurut Miss Rose nona Ai juga belum makan sama sekali selain mie yang tuan buatkan tadi pagi."     

DEG.     

Perasaan David tidak enak sama sekali.     

David langsung berlari menuju kamar Ai di mana ternyata di depan kamar Ai sudah ada Miss Rose yang sedang mengetuk pintu dan masih memanggil adiknya supaya keluar.     

"Ai kenapa?" David bertanya tak tenang.     

"Nona belum makan seharian. Tadi siang juga makanan yang saya berikan tak disentuh sama sekali, dan sekarang Nona tak mau membukakan pintunya," ucap Miss Rose dengan nada takut dan khawatir.     

Keringat dingin terasda membanjiri kening David. Perasaannya semakin tidak enak. Dia lupa kalau adiknya itu super keras kepala. Dan selalu mendapatkan apa yang diinginkannya.     

"KIM, DOBRAK!" pinta David seketika.     

Mr. Kim langsung mendekat ke arah pintu. David dan Rose menyingkir ketika melihat Kim langsung mendobrak pintu itu dalam sekali hentakan.     

Brakkkk.     

Engel melesat hingga membuat pintu di depan David terbuka dan ambruk.     

David berlari masuk dan seketika seluruh darah seolah menghilang dari wajahnya.     

Di sana David melihat Ai tergeletak di lantai tak sadarkan diri di dekat ranjang.     

David berlari dan merengkuh adiknya dengan panik. "Ai, Jangan bercanda. Bangun, Ai!" David menepuk-nepuk wajah Ai yang pucat. Bukan hanya wajahnya yang pucat seluruh tubuh adiknya juga terasa sangat dingin.     

David ketakutan.     

"APA YANG KALIAN LIHAT?! CEPAT PANGGIL DOKTER!" David berteriak pada semua orang yang ada diruangan itu.     

Tubuh Rose gemetar takut, tapi berusaha untuk tak menunjukannya dan berusaha tenang. "Apa tak sebaiknya langsung dibawa ke RS saja?" Rose bertanya gugup.     

David menoleh dan langsung setuju. Saking paniknya saat ini ia sampai tak bisa berpikir jernih. Diangkatnya tubuh Ai dan langsung di bawa ke luar dari Rumah di mana sopir dengan sigap membuka pintu agar David bisa masuk bersama Ai.     

Sopir bergerak dengan cekatan dan segera melaju ke sakit terdekat.     

"Maafkan, Abang. Kamu harus bertahan Ai. Abang tau, Abang salah udah ngebentak kamu tapi please bangun Ai. Jangan hukum Abang seperti ini. Abang janji bakal turuti semua maumu. Kamu mau apa? Empek-empek? Rujak? Sate? Apa pun akan Abang turuti. perlu yang jualan abang bawa ke Jerman. Abang menyesal. Sangat menyesal, Ai." David berucap terus menerus sambil memeluk wajah Ai yang pucat pasi. Air matanya mengucur semakin deras.     

Sepanjang perjalanan, hanya permintaan maaf dan kata-kata penyesalan yang terucap hingga tak terhitung jumlahnya. Bahkan driver yang duduk dibelakang kemudi sampai melihatnya dengan tatapan miris. Bossnya yang terkenal kejam, saat ini sedang menangis sesenggukan seperti anak kecil yang kehilangan ibunya.     

Sedang David sudah tidak mempedulikan sekitarnya, dia hanya fokus pada kesehatan adiknya.     

Ternyata sealay atau sesadis apa pun Ai bersikap dan mengerjainya. David tidak akan pernah bisa marah apalagi jika sampai kehilangan adik kesayangannya itu.     

"Ai ... maaf ...," ucap David lagi sebelum berlari memasuki rumah sakit agar adiknya segera mendapat perawatan.     

Malam itu akan David ingat selalu, dan akan menjadi salah satu malam terburuk yang pernah dialaminya.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.