One Night Accident

ITU ANAKKU.



ITU ANAKKU.

0Happy Reading.     
0

*****     

Jack mengamati Ai dari atas ke bawah. Dia sangat rindu. Sialan ... Jack tidak mau mengakui ini, tapi ... pada kenyataannya dia memang sangat merindukan wanita di hadapannya itu. Bibirnya yang lembut dan manis, lehernya yang harum, dadanya yang kenyal dan ... tatapannya berhenti diperut buncit Ai.     

'Kenapa perut Ayu membesar?     

Ayu hamil?! Siapa yang berani menyentuh wanitaku?!'     

Seketika kemarahan berkecamuk dalam dirinya.     

Bagaimana mungkin Ai bisa hamil? Anak siapa yang di kandungnya?     

Lalu Jack Membayangkan ada laki-laki yang menghamili Ayu.     

Jack tidak suka, dia tidak rela Ayu dekat dengan pria lain.     

'Tapi... bagaimana jika itu anakku?'     

Tidak! Itu tidak boleh terjadi. Ayu tidak boleh hamil. Tak peduli apakah itu anak orang lain atau pun anak Jack sendiri."     

"Kau ... hamil?"Jack memastikan. Jantungnya sudah berdebar tidak karuan.     

"Kau bertanya apa? Sudah jelas, kalau Kakaknya Sandra sedang hamil," celetuk Joe di belakangnya.     

Jack tak peduli. Dilihatnya wajah Ayu yang tertunduk seperti takut. Bahkan Jack bisa melihat bahunya yang bergetar.     

"Berapa bulan?" tuntut Jack.     

"Tujuh bulan." Ai menyahut lirih.     

Jack mengingat dan menghitung. Tujuh bulan yang lalu adalah perjumpaan pertama mereka. 'Apakah Ayu hamil sejak keperawanannya direnggut olehnya?'     

Jack mundur selangkah dan menujuk perut Ayu dengan histeris."ITU ANAKKU?"     

"What?"     

"EH ..."     

"Apa ...?"     

"Waw ..."     

Semua orang langsung terkejut dengan perkataan Jack.     

"Ya," jawaban singkat Ayu semakin membuat semua orang shok.     

Jack menggeleng tidak percaya. Jawaban Ai meruntuhkan dunianya. Dia akan memiliki anak? Tidak ... ini seharusnya tidak terjadi.     

Seketika semua yang ada disekitar Jack mengabur. David yang memahami semuanya langsung menerjang Jack prnuh emosi. Sandra sebagai adik Ayu juga ikut mengamuk sedang Alex serta Joe yang berusaha menahan ke dua kakak beradik yang seperti ingin menghabisi Jack saat itu juga.     

Jack merasa sesak. Ayu hamil. Hamil anaknya! Dia tak tau harus bahagia atau takut. Ini diluar kekuasaannya. Jack memandang wajah semua orang satu persatu mereka memiliki ekspresi yang berbeda, tapi semua terkejut mendengar berita ini.     

"Jangan pernah menemuiku lagi. Aku tak menginginkan anak itu. Juga ... jangan sampai ada yang tahu bahwa yang kau kandung adalah anakku." Jack bicara dengan dingin dan kejam.     

Dia sempat melihat wajah Ayu yang shock dan nampak terluka. Tapi Jack tidak peduli. Anak yang di kandung Ayu adalah anaknya. Dan jika Jack ingin Ayu beserta anaknya selamat, mereka harus jauh darinya. Menjauhi mereka sampai nama Cohza terlepas dari dirinya.     

Mustahil memang, bahkan mungkin nyawanya akan melayang dulu sebelum semua terwujud. Tapi ... sepertinya sekarang Jack harus mulai memperjuangkannya. Jack menginginkan Ayu dan anaknya. Maka ... untuk saat ini dia harus menyingkir terlebih dahulu.     

Jack meninggalkan rumah David dengan wajah dingin, dia tak memedulikan amukan dan teriakan marah karena ucapannya pada Ayu tadi. Dia hanya ingin sendiri saat ini. Sebelum melakukan tindakan selanjutnya.     

Beberapa saat kemudian.     

Joe datang menyusulnya dan entah apa saja yang dia ucapkan Jack tidak peduli, dia pura-pura mabuk dan membiarkan dibawa ke ruangannya sendiri dengan sebuah memo.     

Begitu Joe pergi, Jack kembali turun dan kali ini giliran Marco yang datang. Tidak bisakanh mereka meninggalkan dia sendiri?     

Marco menepuk pundak Jack yang sedang duduk. Sementara Jack mengernyitkan dahinya. Bertanya dalam hati tumben-tumbenan Marco mau masuk klub malam. Biasanya Marco paling anti dengan tempat seperti ini.     

"Kamu salah tempat, ini bukan tempat ibadah," Jack memandang kearah sarung yang dikenakan Marco.     

Melihat itu Marco malah nyengir lebar, "Sorry, Boss. Kelupaan. Si Joe telepon, meminta saya kemari untuk menemani Boss. Saya sampai lupa untuk berdoa minta diampuni semua dosa saya. Padahal tadi saya baru saja melakukan dosa besar. Biasalah ... merenggut perawan anak orang. Bukan anak kambing ya, Boss!!" kata Marco sambil melepas sarungnya. Ternyata ia memakai celana jeans di baliknya.     

Itulah Marco menurutnya dosa dan pahala harus seimbang. Seusai melakukan dosa, ya harus bikin pahala.     

"Kusut sekali tampangmu, Boss. Sudah mirip seperti baju yang belum disetrika."     

Jack hanya memandang Marco jengah. 'Kenapa kecebong satu ini muncul di saat aku ingin sendirian?'     

Namun karena keberadaan Marco, Jack langsung memiliki rencana.     

"Setelah ini kau tak perlu lagi menjadi bodyguard-nya Joe."     

"Serius?!" Marco menyahut dengan kedua mata yang terlihat berbinar-binar bahagia. Terlihat sekali dia dan Joe tidak akur.     

"Hmmm ..." Jack mengangguk sebagai jawaban.     

"Kalau begitu saya boleh balik ke Inggris untuk mengawal Putri Flourence? Siapa tahu bisa diperawanin juga."     

Jack tidak menjawab. Ia hanya melirik tajam kearah Marco.     

"Just kidding, Boss. Hehehe ... Bisa digantung Pangeran Charles."     

"Mulai besok, kamu akan mengawal adiknya David."     

"David siapa?"     

"Kakaknya Sandra, istrinya Alex."     

"Oh. Mengawal Sandra?"     

"Bukan, tapi Kakaknya. Namanya Ayu. Dia sedang hamil."     

"Haissshhh ... Setelah mengawal seorang Putri, saya diminta mengawal Prince abal-abal yang cantik itu. Sekarang, malah diminta mengawal ibu hamil? Besok jangan-jangan saya disuruh mengawal penghuni Ragunan?"     

Dengan cepat dan tak terlihat mata, Jack menempelkan pisau yang entah ia ambil dari mana ke leher Marco. Tetapi tajamnya tatapan Jack, terlihat jauh lebih tajam dari mata pisau yang sedikit saja bisa memutuskan urat nadi di leher Marco.     

"M-m-maaf Boss." Marco mengangkat kedua tangannya. Kaget karena baru kali ini Jack menatapnya sebengis itu.     

Jack mendesah lalu melepaskan Marco.     

"Tapi ... boleh tahu, kenapa saya ditugaskan mengawal seorang bumil? Seistimewa apa dia?" tanya Marco. Jiwa keponya memberotak seketika. Ayolah ... bosnya itu tak pernah terlihat jatuh cinta dengan wanita tapi ... kenapa sekarang terlihat protektif dengan ibu-ibu hamil.     

"Seistimewa apa?" Jack tertegun.     

Marco mengangguk.     

"Karena dia cantik, sexy, desahannya luar biasa dan paling penting ... bayi yang ia kandung, adalah anakku."     

Marco tersedak bukan oleh minuman atau apa pun tapi tersedak mendengar perkataan Jack.     

"Serius?!"     

Jack menatap Marco. Pisau ditangannya kembali ia letakan didekat leher Marco. "Jadi, kalau ini sampai memotong urat nadimu, itu masih bisa dibilang bercanda?" Jack bertanya dengan suara dingin.     

Susah payah Marco merayu Jack agar menyingkirkan pisau tersebut. Dan setelah berhasil, Marco menenggak habis segelas bir di meja.     

"Kamu minum bir?" Jack mengingatkan karena selama ini belum pernah melihat Marco minum alkohol.     

"Enggak apa-apa bos, itu tadi itungannya khilap."     

Marco sebenarnya tegang. Tapi juga senang. "Jadi ... aku bakal punya keponakan nih??"     

"Keponakan? Sejak kapan kita bersaudara?"     

Marco kecewa mendengar jawaban Jack. Siapalah dia bagi Jack. Mungkin salah dia sendiri yang terlalu berangan-angan menganggap Bossnya seperti Kakaknya sendiri. Tapi tak apa, dia sedang bahagia Bossnya bakal punya penerus, dan dia bakal menjaga calon isteri dan penerusnya dengan seluruh hidupnya. "Kalau Boss mau punya anak kok malah kucel? Boss, tidak senang?"     

"Senang. Tapi--" Jack menggantung ucapannya. Matanya menerawang.     

"Tapi apa, Boss? Takut tak direstui calon mertua?"     

"Sudahlah. Bukan urusanmu!" menikmati minumannya lagi.     

"Boss ... ini 'kan kabar bagus. Jadi harus dirayakan."     

"Terserah!" Jack sedang malas berdebat. Dia tak memedulikan lagi ocehan Marco. Jack hanya ingin mabuk. Mencoba melupakan semuanya sejenak.     

"PERHATIAN ... PERHATIAN ... SEMUA!!! UNTUK SELURUH PENGUNJUNG JJ CLUB, HARI INI SEMUA MINUMAN GRATISSSS!!!! TRAKTIRAN SPESIAL DARI MR. JACK!!!" Jack memutar kepalanya kearah panggung. Merasa Dejavu saat melihat tingkah Marco yang sama seperti yang Joe lakukan tiga bulan yang lalu ketika dia mengaku jatuh cinta.     

"CHEERS!!! UNTUK CALON PENERUS MR. JACK!!!" Marco mengangkat gelas yang hanya berupa soda dan mengajak semua pengunjung untuk berpesta. Jack tak peduli, dia terus menenggak minumannya hingga berbotol-botol. Entah sudah jam berapa saat ini. Karena Jack merasa hari ini waktu berjalan lambat. Dan ia terlampau malas untuk pulang. Jack ingin istirahat sejenak.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.