One Night Accident

BODYGUARD



BODYGUARD

0Happy Reading.     
0

****     

Jack terbangun dengan napas memburu, kepalanya terasa mau pecah. Mimpi itu, datang lagi setelah sudah lama tak muncul. Benar-benar mimpi mengerikan.     

"Mimpi buruk, Bos?" Tanya Marco.     

Jack menoleh, Marco duduk melihat dengan tatapan aneh, "Apa perlu Aspirin, Bos?"     

"Boleh," jawab Daniel.     

Marco mengambil Aspirin dan air putih untuk Daniel.     

"Thanks." Marco hanya mengangguk, "Di mana, Joe?"     

"Dia pergi ke kantor ada seleksi artis baru."     

"Siapa yang bersamanya?"     

"Reed 3 dan Reed 9."     

"Ke mana, Reed 7?"     

"Pergi ke Thailand mengawal Kedubes Indonesia."     

Jack memandang Marco, dia tampak melupakan sesuatu. "Bukankah, aku semalam menyuruhmu mengawal seseorang?"     

"Maksudmu, si cantik Ayu? Aku sudah ke sana tapi terusir oleh kakaknya. Lagi pula, di sana ada reed Billy dan Willy kesayangan pujaanmu itu."     

"Siapa mereka, Billy dan Willy?"     

"Mereka adalah Reed 32 dan 33, menggunakan nama samaran Billy dan Willy."     

Jack mengangguk. "Kau, tarik dan gantikan mereka."     

"Bos, kau tak lihat wajahku?" Jack memperhatikan ada sedikit lebam di wajah Marco.     

"Hei, Siapa yang berani dan berhasil memukulmu?" Tanya Daniel. Marco itu yang terbaik, bagaimana bisa ada orang memukulnya.     

"Siapa lagi, kalau bukan David. Ini karena aku yang berniat menarik Billy dan Willy . Tapi calon istrimu malah menangis histeris, jadi aku langsung dihajar David dan mengusir keluar dari rumahnya," Marco bersedekap.     

Daniel ingin tertawa, dia tak bisa membayangkan Marco yang ditendang keluar oleh David.     

"Baiklah, biar aku yang mengurusnya, lagi pula ada yang ingin aku bicarakan dengan David," ujar Daniel. Mungkin ini saatnya berhenti bersembunyi dan berhenti menjadi pengecut. Jika ingin hidupnya berjalan normal. Daniel harus mulai menghadapi masalahnya satu persatu, dimulai dari David.     

Jack benar-benar tak mau buang waktu. Begitu kepalanya sudah tidak pusing dia langsung menuju ke tempat David. Seperti yang di perkirakan Jack, David langsung menerjangnya begitu melihat wajahnya.     

"Dasar bajingan, berani sekali kau muncul di hadapanku." David ingin memukul Jack lagi tapi di tahan oleh Marco.     

"Lepaskan, brengsek!"     

David menyikut Marco hingga cekalan tangannya terlepas. Hingga membuat Marco terpaksa menodongkan pistol dikepala David. "Boss hanya ingin bicara."     

David memandang mereka berdua seperti seekor singa yang siap mengamuk. Jack memandang David tajam berusaha menghipnotisnya tapi semakin otaknya bekerja keras justru kepalanya terasa berat. David balik menatap tajam Jack yang sedang menghela napas panjang. Mungkin dia     

memang harus pasrah, karena david benar-benar kebal terhadap hipnotisnya.     

"Ini soal Ayu. Bisa kita bicara dengan tenang? Empat mata."     

David tak menjawab, tapi dia masuk kedalam rumah dan membiarkan Jack serta Marco masuk. David bertepuk beberapa kali dan berbalik tiba-tiba semua bodyguardnya muncul.     

"Kau ingin bicara? Jangan mimpi." David menyeringai licik, "Habisi mereka berdua." katanya memberi perintah pada seluruh bodyguardnya. Sontak semuanya langsung mengeluarkan senjata dan mengarahkannya pada Jack dan Marco.     

Jack tersenyum lebar David sudah mengganti bodyguardnya yang semalam dihajarnya. Ternyata dia orang yang bergerak cepat juga.     

"Sepuluh detik," teriak Marco meminta penundaan eksekusi.     

Dengan santai Jack langsung membuka kemejanya memperlihatkan tatonya. Sontak seluruh bodyguard di sana langsung menyimpan kembali senjatanya dan membungkuk hormat.     

"APA YANG KALIAN LAKUKAN?!" David marah karna semua pengawalnya berbalik melawannya.     

"Seharusnya kau lihat dulu lawanmu sebelum bertindak." ucap Jack kembali mengancingkan kemejanya.     

"Sekarang bisa kita bicara?" tanya Jack lagi.     

Mengetahui dirinya terpojok dengan terpaksa David memenuhi permintaan Jack. "Ikuti gue."     

David memasuki ruang kerjanya dengan Jack yang mengikuti dibelakang-Nya. Jack menyeringai dia tau apa yang ingin dilakukan David. Baru saja kaki Jack memasuki ruang kerja. David mengeluarkan pistolnya dan ...     

Dorrrrr...!     

Jack yang sudah memprediksi pergerakan David berhasil menghindar dari peluru dan dengan gerakan cepat dia menjatuhkan pistol David lalu memelintir tangannya ke belakang dan langsung menguncinya. "Kau pantang menyerah ya?" ucap Jack.     

David yang wajah serta tubuhnya sudah menempel erat ditembok karena terkunci, kini hanya bisa menggeram marah.     

"Sudah ku bilang aku hanya ingin bicara. Tak perlu emosional seperti itu," Jack mengulangi.     

"Lepaskan!" David berusaha melepas kunciannya tapi sekuat apa pun usahanya tubuhnya tetap tak bergeming sedikit pun.     

"Akan aku lepaskan asal kamu berjanji mendengarkanku."     

"Oke." David menyerah kalah.     

Mendengar itu, Jack langsung melepas kunciannya dan duduk di depan meja kerja David. David menghempaskan tubuhnya di kursi kerja depan Jack, "Mau apa lagi? Belum cukup nyakitin adek gue?"     

Jack mengetuk jarinya berpikir. Dia bingung harus memulai dari mana.     

"Tunggu dulu. Elu yang nyelonong masuk kamar Ai beberapa bulan lalu 'kan?" kata David mengingat pertemuan pertamanya dengan Jack.     

"Ingatanmu bagus juga."     

"To the point saja. Gue nggak punya banyak waktu."     

"Apa Joe belum menceritakan apapun padamu?"     

"Dia mengatakan bahwa lo anak bangsawan Inggris dan pemilik save security. So what? Gue juga masih keturunan ningrat di Indonesia dan gue pengusaha sukses apa bedanya gue sama lo?"     

"Bedanya keluargaku punya musuh abadi dan kamu tidak."     

"Lo pikir ngapain gue nyewa segitu banyaknya bodyguard? Musuh gue juga banyak." kata David skeptis.     

"Seberapa banyak?"     

"Banyak banget sampai enggak kehitung. Lo pikir bagaimana bisa hanya dalam waktu beberapa tahun, gue jadi kaya raya dan sukses?" Kata David menambahkan.     

"Kamu berbisnis dengan cara kotor?" tanya Jack.     

"Jika bisa sukses dengan singkat ngapain repot-repot nunggu puluhan tahun," David berujar bangga.     

"Intinya musuhmu banyak, musuhku juga banyak. Jadi bisa kita kerja sama saja dan melindungi Ayu?"     

"Sayangnya gue nggak butuh bantuan lo."     

"Kamu yakin? Kamu lupa aku pemilik jasa pengamanan nomor satu di dunia dan kamu menggunakan kami selama ini."     

"I pay them. So?"     

"Baiklah, aku akan jujur. Aku tidak tahu apakah aku mencintai adikmu atau tidak, yang jelas ... Aku tidak akan rela kalau sampai terjadi sesuatu padanya. Apalagi sekarang ingin dia mengandung calon anakku. Percayalah ... hidupnya akan diincar banyak orang jika sampai ada yang tahu dia membawa keturunan Cohza di perutnya."     

"Lu nglindur atau apa? Jelas semalem elu bilang nggak menginginkan anak Ai kenapa sekarang omongan lu berbalik? Seolah-olah kamu menggunakan keselamatan Ai untuk lari dari tanggung jawab." David semakinnyolot tidak suka.     

"Percayalah ... jika aku bisa aku akan menikahinya. Sayangnya itu tidak mungkin dilakukan. Yang bisa aku lakukan hanyalah melindunginya dari musuh-musuhku yang bisa mengincarnya sewaktu-waktu. Sadarlah ... musuh kamu sudah banyak dan untuk melindungi Ayu dari musuhmu itu nggak gampang. Tak perlu musuhku juga tahu dan bergabung dengan musuhmu untuk mengincar Ayu."     

"Gue bingung," David memandang Jack.     

Sementara Jack pusing bicara dengan David ini terlalu berputar-putar.     

"Okay, intinya adalah. Aku dan kamu akan bersama-sama melindungi Ayu. Untuk itu aku mau Marco jadi pengawal Ayu. Karena dia yang terbaik di antara semua. Jika Ayu masih ingin Willy dan Billy jadi bodyguard-nya, nggak masalah, yang penting Marco juga ikut menjaganya."     

"Satu lagi. Jangan pernah biarkan Ayu masuk di dua negara ini. Perancis dan Inggris. Oke."     

"Kenapa?"     

"Aku tidak bisa mengatakannya sekarang, yang penting hindari dua negara itu."     

David pasrah. Jika memang demi kebaikan adiknya dia akan lakukan. "Tunggu dulu, maksudmu Marco itu apakah cowok di bawah tadi?"     

Jack mengangguk.     

"Kamu yakin dia yang terbaik? Tampang selebor gitu yang terbaik?" David bertanya tak percaya.     

"Aku bisa membuktikannya kalau kamu masih ragu" Jack menantang.     

"Boleh, ayo tunjukkan." David tidak akan main-main jika demi keselamatan adiknya.     

"Ada berapa bodyguard di sini. "Jack bertanya sambil keluar menemui Marco.     

"Lima puluh, siang dua puluh lima. Malam dua puluh lima." Jack mengangguk.     

Sesampainya dibawah dia membisikkan sesuatu ke Marco yang hanya menyeringai senang dan mengangkat jempolnya.     

David menatap mereka semakin curiga.     

"Marco siap diuji. Kamu ingin dia melawan berapa orang?"     

"Lima orang." Jack mengangkat alisnya ingin tertawa.     

"Hanya lima? Kau mengejekku?" tanya Marco pada David.     

"Sombong sekali."     

"Well, gue emang hebat!" Marco menyahut penuh percaya diri.     

"Ok, kalo lo hebat lawan mereka semua dengan tangan kosong," kata David menantang.     

"Kalau gue menang gue dapet apa?" Marco menyahut.     

David memandang Jack menuduh," Anak buah lo ngelunjak. Dia 'kan yang diuji. Kenapa jadi minta hadiah?"     

"Kamu takut? Dia 'kan cuma sendiri ngelawan dua puluh lima orang nggak mudah lho." Jack memancing.     

David melengos. "Ok, lu minta apa?" tanya David pada Marco.     

"Boss yang bakal nentuin." Marco menyahut.     

"Tiga permintaan," kata Jack pada David.     

"Gue bukan Jin yang bisa ngabulin tiga permintaan!"     

Jack menatap David seolah mengejeknya.     

"Baiklah ... apa taruhannya."     

"Jika Marco menang. Permintaan yang pertama, dia bakal jadi bodyguard Ayu. Yang kedua, hari ini aku bebas ketemu Ayu dan yang ketiga, bakal diminta sendiri sama Marco. Deal."     

David menghela napas. Dia tahu, dia sedang di kerjai. Tapi gengsi meralat ucapannya. "Ok," David menyahut sambil melirik Marco.     

"Bisa di mulai?" tanya Jack. David mengangguk.     

Serentak semua bodyguard David melawan Marco yang hanya sendirian. Jack menatap bosan pertarungan itu. Dia memilih duduk dan memainkan ponselnya.     

Beberapa saat kemudian David menepuk bahunya. Jack mengangkat wajahnya. "Sudah selesai,"     

David menujuk ke arah tempat bertarung. Di sana seluruh pengawal David sudah tergeletak semua.     

Jack tersenyum menang. "Di mana Ayu?" tanya Jack semangat.     

"Bersama Sandra, di rumah suaminya."     

"Aku pergi dulu." kata Jack langsung pergi menuju tempat Alex. Sudah tidak sabar bertemu dengan wanita yang membuatnya ketagihan.     

"Jangan macem-macemin adek gue!" teriak David dari belakang Jack.     

Jack berbalik dan tersenyum. "Apa ada yang lebih buruk dari menghamilinya?" tanya Jack.     

Sementara David hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Benar juga, mau diapa-apain juga, adiknya sudah terlanjur bunting. Ah ... terserahlah.     

David lalu berbalik memandang Marco. "Lo mau minta apa?"     

Marco menyeringai licik. "Gue mau dia," kata Marco menunjuk pada seorang gadis yang berada di dapur. Gadis polos yang tak tahu apa-apa itu langsung waspada begitu melihat majikan dan seorang cowok yang menghajar para bodyguard sedang memandangnya dengan tatapan aneh.     

Lizz mengkeret seketika.     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.