One Night Accident

I LOVE U



I LOVE U

0Happy reading.     
0

****     

Jack sudah berada di depan rumah Alex sedari tadi. Tapi Alex tak kunjung keluar. Dia sudah menyogok Alex dengan paket bulan madu ke Perancis agar membawa Sandra keluar dari rumahnya, sehingga dia bebas menemui Ayu tanpa ada pertumpahan darah antara dirinya dengan Sandra.     

Sepuluh menit. Tiga puluh menit, hingga satu jam dia menunggu, tapi Alex tak kunjung keluar. Jack akhirnya mengambil ponselnya dan menghubungi Alex. "Lama banget!" bentak Jack.     

"Sabar ... Ibu hamil siap-siapnya lama."     

"Bius aja terus angkut ... kelamaan."     

"Kau pikir istriku beras, main angkut aja."     

"Terserah ... buruannnn ... Sepuluh menit kalau nggak keluar aku nggak akan peduli kalau Sandra lihat aku culik Ayu di depan matanya."     

'Sialan malah ditutup,' batin Jack. Dia mengeluarkan rokok dan menghisapnya dalam. Menunggu adalah hal yang paling menyebalkan dan entah mengapa setiap ingin bersama Ayu, dia adalah pihak yang selalu menunggu. Sialan.     

Sepuluh menit kemudian Alex keluar dengan menggendong Sandra yang memberontak tak mau. Jack menggelengkan kepalanya. 'Dibilang suruh bius aja nggak mau, susah sendiri 'kan jadinya,' batin Jack sambil melihat mobil Alex yang mulai menjauh.     

Jack keluar dari mobil dan membuang rokoknya ke lantai lalu menginjaknya hingga mati. Saat memasuki rumah Alex, dia melihat Ayu yang sedang menonton televisi. Tanpa basa basi, Jack mencium pipi Ayu dari belakang. Terang saja Ayu yang kaget langsung menoleh ke belakang. Sontak matanya terbelalak lebar mendapati Jack ada di sana.     

Ayu langsung berdiri menjauh. "K-k-kamu.... Ngapain ke sini?"     

"Pamitan sama kamu."     

"Pamitan? Kalo mau pergi, ya ... pergi aja ngapain pamitan?"     

"Kamu 'kan calon isteri aku." Jack tersenyum lebar.     

Mendengar itu Ayu melotot. "Siapa yang mau nikah sama kamu? Bukannya semalem kamu bilang nggak menginginkan aku sama anakku?"     

Mengingat itu, wajah Jack langsung muram. "Sorry," kata Jack singkat.     

Ayu sama sekali tidak memahami isi kepala lelaki di hadapannya. "Udah aku maafin. Sekarang tolong pergi," Ayu mengibas-ibaskan tangannya dengan gerakan mengusir.     

Jack tersenyum geli. "Bukan begitu caraku berpamitan, Ayu."     

"Ai! Bukan Ayu!"     

"Oke, Ai sayang."     

"Nggak pake sayang!"     

"Sayang, mau ke mana?" tanya Jack saat Ayu semakin mundur saat dirinya berusaha mendekat.     

"Ngapain dekat-dekat?!" Ayu yang minta dipanggil Ai, melangkah mundur menghindar saat Jack semakin mendekat hingga tanpa sadar Ai malah terkurung antara sofa dan meja. "Stop, jangan mendekat atau gue teriak," ancam Ai saat Jack terus mendekatinya.     

"Dibilang jangan deketin!" Ayu melempar bantal sofa ke arah Jack. Tapi Jack diam saja tak bergeming.     

"Pergi! Jangan dekat-dekat!" Jack mengabaikan bantal-bantal tersebut. Ia tetap melangkah mendekati Ai. Melihat itu sontak membuat emosi Ai yang ditahan selama ini langsung meledak.     

"Dasar bajingan nggak punya malu! Suka banget nyakitin hati orang! Nggak tanggung jawab! Nggak punya hati! I hate you with every inch of my body!" Ai menangis sambil terus memukuli Jack dengan bantalan sofa. Jack diam saja membiarkan Ai melepaskan emosinya. Hingga tak berapa lama Ai capek sendiri dan menghentikan pukulannya. Pada saat itulah Jack mengambil bantal sofa itu lalu membuangnya sembarangan.     

Jack menarik Ai ke dalam peluknya, sedang Ai yang masih terlihat menangis.     

"Ai ..." panggil Jack dengan suara lirih.     

Ai mendongakkan wajahnya menatap Jack dengan jutek.     

"I LOVE YOU," ucap Jack tepat dimata Ai. Menyatakan kejujuran sekaligus mengirimkan hipnotis agar tidak mendapat penolakan.     

Mendengar itu jantung Ai terasa berdetak lebih kencang. Dadanya sesak. Seolah-olah semua oksigen terampas dari tubuhnya. Bolehkah kali ini dia berharap. Siapalah Ai dia hanya wanita yang mudah terlena.     

Ai tak berkata apa pun, tapi dia langsung mengalungkan tangannya ke leher Jack ketika Jack menundukkan wajah lalu mencium bibirnya.     

Jack tersenyum diantara ciumannya. Ai memang tidak berkata apa-apa, tapi tindakan pasarahnya sudah memberi tahu jawaban bahwa dia menerima Jack saat ini. Dilumatnya bibir Ai dengan rakus bahkan dengan pasti dan perlahan tangannya yang tadi memeluk Ai sudah mulai menggerayang ke mana-mana.     

Ai tahu dia lemah. Harusnya tak semudah itu dia memaafkan Jack. Harusnya dia menolak. Harusnya dia meminta penjelasan detail dari Jack tentang sikapnya selama ini. Dan banyak kata 'harusnya' yang perlahan hilang dengan sendirinya dari benak Ai. Terlebih ketika Jack mengatakan perasaannya. Tiga kata dan Ai langsung terlena. Dia tak peduli jika dia terlalu gampang percaya. Tapi tatapan mata Jack seolah mengatakan semuanya. Ai hanya harus percaya bahwa Jack mencintainya.     

"Uuhhh ...." Ai mendesah nikmat saat tiba-tiba tubuhnya sudah polos tanpa sehelai benang pun. Jack merebahkan tubuh Ai di sofa dan melepas bajunya sendiri lalu melanjutkan cumbuannya dengan lembut.     

"I love you ... I mean it ... I really miss you ...," ucap Jack mulai menyatukan tubuhnya. Setelah itu yang terdengar hanyalah suara desahan dan kata-kata cinta yang tak berhenti keluar dari mulut Jack.     

Beberapa saat kemudian.     

Ai mengangkang lebar di dalam salah satu kamar milik Sandra, sementara Jack terus memompanya tanpa kenal lelah. Ini sudah yang ketiga kalinya, dan Jack masih belum ada tanda-tanda akan berhenti.     

Ai sebenarnya heran dengan Jack. Dengan tubuhnya yang membengkak di mana-mana bagaimana bisa Jack tetap bernafsu menggarapnya. Sedang bagi Jack, kehamilan Ai justru membuatnya terlihat makin sexy. Apalagi bentuk payudara Ai yang makin besar. Ingin sekali Jack terus menghisapnya.     

"Daniel ...." Ai mendesah. Tubuhnya yang sedang berbadan dua sebenarnya sudah memprotes lelah tapi kenikmatan yang diberikan Jack tak bisa ditolaknya.     

"Sebenar sayang ... Sebentar lagi ..." kata Jack masih terus menghujamkan miliknya ke tubuh Ai. Tapi kata sebentar itu bagi Jack ternyata adalah satu jam.     

Hingga jeritan kepuasan yang kesekian kalinya keluar dari mulut Ai. Mendengar itu Jack semakin memacu gerakannya lalu tak berapa lama kemudian Ia menggeram dan menumpahkan kepuasannya ke paha Ai yang sudah lemas.     

Jack langsung menyingkirkan tubuhnya agar tak menimpa perut Ai yang berisi calon anaknya. "Tidurlah ...," kata Jack sambil memeluk dan mendaratkan kecupan di kening Ai.     

Ai yang memang sudah kelelahan langsung tertidur pulas dalam hitungan detik. Sudah tidak memiliki tenaga untuk sekedar membalas ucapan Jack.     

Baru beberapa menit kedua tubuh polos itu mengistirahatkan diri, suara dering ponsel membangunkan mereka. Jack mengangkat ponselnya masih dengan mata terpejam.     

"Boss, cepet ke rumah. Saya mau kawin."     

"Ck!! Udah biasa, kalo mau kawin ya kawin aja ngapain ngomong segala."     

"Eh!? Maksudnya nikah Boss ... Saya mau nikah. Cepet kesini! Katanya Boss bakal dateng kalo saya nikah. Iya, kan?"     

Jack langsung terduduk dan membuka matanya lebar. Membaca nama Marco di layar ponselnya. "Are you drunk?!"     

"Yaelah Boss ... Cepetan kemari. Ke rumah saya, ijab qobulnya udah mau dimulai nih!"     

"Marco jangan bercanda!"     

"Serius Boss! Mau dateng nggak?"     

"Ya sudah, tunggu. Jangan mulai sebelum aku datang"     

"Tapi buruan ... mau malam pertama ini." Jack tak menjawab dan langsung mematikan ponselnya. Malas mendengar ocehan Marco yang kalau lagi kumat bisa ngobrol sepanjang rel kereta api.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.