One Night Accident

MALAM PERTAMA



MALAM PERTAMA

0Happy Reading.     
0

*****     

Lizz masuk ke dalam selimut dan tanpa bisa ditahan Marco malah ikut tidur di sebelahnya, sebenarnya ini seperti cari mati. Tetapi mau bagaimana lagi, Marco memang enggak tahan dan ingin mendusel-dusel manjah di pelukan istri barunya.     

Sayangnya apa yang dilakukan Marco membuatnya kentang sendiri. Dia bukan hanya ingin memeluk, sekarang tangannya juga ingin meraba-raba tubuh mulus yang ada di dalam dekapannya.     

Aduh ... Marco dilema. Kalau miliknya semakin menegang itu bahaya bisa tepar 3 hari dia. Namun mau dianggurin kok ya terlalu menggoda.     

'Emakkkk tanggung jawab, jujun mau kabur ke sarangnya'     

Dengan berusaha bertahan menghadapi libidonya sendiri Marco berusaha memejamkan matanya tentu saja dengan memeluk Lizz semakin erat. 'Peluk saja Marco, inget peluk doang ya, jangan nambah-nabah.' Marco berusaha mensugesti dirinya sendiri.     

Ini adalah malam pertama dan semua pengantin baru menantikan itu, tapi lihatlah Marco yang menghadapi malam pertama tanpa bisa melakukan apa-apa.     

"Sudah tidur?" tanya Marco ketika merasakan Lizz mengeliat. Marco malah mengeratkan pelukan di perut Lizz bahkan tanpa sadar telapak tangan Marco sudah mengelus kulitnnya hingga membuat Lizz terkesiap.     

"Belum ya?" Marco tidak meneruskan perkataannya, karena sumpah saat ini Marco sudah diambang batas ketahanan.     

Marco menyibakkan rambut Lizz dan menghirup aroma tubuhnya sambil mencium bahunya lembut, sanggat membuat frustrasi. Marco membalikkan tubuh Lizz agar menghadap dirinya dan dalam sekejab Marco sudah melumat bibirnya yang tipis.     

Marco sudah tidak waras, Marco menginginkannya lagi, maka ... dengan cepat Ia melepaskan bra milik Lizz, lalu meremas dan mengelus putingnya dengan gerakan menggoda, Lizz mulai terengah, sedang Marco sendiri napasnya juga memburu. Marco mengecup pipinya turun hingga lehernya, dan akhirnya sampai kepada dua gundukan kenyal yang membuatnya blingsatan dari tadi.     

"Kamu cantik," bisiknya dan langsung memainkan ke dua payudara dengan mulut. Lizz memekik antara kaget dan enak, dan Marco semakin suka, dibuka kedua kakinya lebar lalu secara otomatis Jujunnya yang menegang keras segera bergesekan dengan milik Lizz yang masih tertutup celana dalam.     

"Ahh ....." Lizz mendongak dan Marco masih sibuk memainkan payudaranya dan menggesek-gesek karena sudah kebelet masuk ke sarangnya.     

Aaaaaaa aaanisaah kujatuh cinta.     

Tubuh Marco tersentak saat mendengar suara ponselnya berbunyi keras, napasnya terengah dan Lizz juga terlihat bingung saat Marco menghentikan semua cumbuannya.     

Marco ingin melanjutkannya tapi suara ponselnya sama sekali tidak mau berhenti, akhirnya Marco mengalah dan mengangkatnya.     

"Lacak lokasiku, SEKARANG!"     

Lalu Marco mendengar suara tembakan. Marco melihat ponselnya dan ada nama Daniel di sana.     

'Shittt Daniel dalam bahaya."     

Dengan cepat Marco memakai pakaiannya kembali, tidak lupa dia melihat lokasi Daniel yang untungnya tidak jauh dari tempatnya.     

Marco mengambil glok yang sudah dia isi dengan peluru serta memasukkan sebuah pistol ke samping celananya.     

Lizz memandang dengan ngeri saat melihat Marco memegang berbagai senjata api. Sebenarnya pria seperti apa yang baru menikahinya ini?     

Marco menatap Lizz dengan wajah tegas. "Jangan keluar, jangan pergi kemana-mana tanpa izin dariku, mengerti?"     

Lizz mengangguk panik, dia bahkan tidak berani bergerak dengan semua senjata yang dipegang Marco.     

Marco tidak menghiraukan keadaan Lizz dan langsung mencari keberadaan Daniel.     

Saat tiba di lokasi, Marco melihat Daniel tengah memukul musuhnya dan menarik Ai dalam pelukan, sayang musuh satunya yang luamayan jauh berusaha menembaknya, dengan cepat Marco mengarahkan gloknya dan membidik tepat di tangan sehingga orang itu menjatuhkan pistol dan mengerang kesakitan.     

Aku menghampiri Daniel dan Ai yang tiarap di aspal. Tumpang tindih seperti buntelan hotdog.     

"Are you okay, Boss?" Marco menghampiri bosnya.     

Daniel tidak menjawab dan malah memperhatikan Ai. "Ai ... kamu baik-baik saja?" tanya Daniel sambil menepuk wajah Ai yang pucat pasi.     

Ai hanya mengangguk denga tubuh gemetaran. Sekilas tadi dia sudah berpikir bahwa dia akan Mati.     

"Terima kasih kembali," sindir Marco ketika Daniel tidak mempedulikan penyelamatannya sama sekali. Bahkan Marco seperti tidak berpengaruh apa-apa baginya.     

"Bos, kamu harus ganti rugi, kamu sudah menggagalkan malam pertamaku." Marco masih memprotes.     

"Marco?" Jack melihat Marco yang sudah berjongkok disampingnya dengan glok di tangannya. What the hell? Dia mau mengawalnya atau berburu. Kenapa Dia memiliki anak buah nyleneh begini.     

"Dan kau harus membayarku dua kali lipat karena belum memberikan hadiah pernikahan untukku, Boss." Jack mendengus sebagai jawaban, lalu mendudukkan Ai yang tadi berada dibawahnya.     

Daniel membawa Ai ke balik mobil menghindari serangan selanjutnya. "Kau tak apa?" Jack memastikan sekali lagi.     

"Aku tidak apa-apa. Hanya terkejut."     

Jack lalu melihat kearah Robert yang menjauh bersama anak buahnya. Di mana dia terlihat mengerang kesakitan karena peluru yang bersarang di perut dan lengannya akibat tembakan Marco.     

"Bawa Ai pulang aku akan mengurus mereka." kata Jack pada Marco.     

"Gak kebalik Boss? Harusnya Boss yang pulang, sementara mereka biar, aku yang urus."     

"Kamu mau membunuh?"     

"Tidak," Jawab Marco langsung.     

"Tapi Aku ingin mereka masuk neraka malam ini juga."     

Marco langsung mengangguk "Oh. Okay, see you then. Ayo Ai," ajak Marco pada Ai yang masih diam di tempat.     

"Sweetheart, ikuti Marco." Jack membelai lembut pipi Ai yang terlihat pucat. Bukannya merespon, Ai malah tiba-tiba jatuh pingsan.     

"Shit, Hubungi David, bawa Ai ke Rumah Sakit," perintah Jack.     

Seketika Marco langsung membopong tubuh Ai dan memasukkannya ke mobil dan membawanya ke rumah sakit terdekat.     

Begitu mobil Marco menghilang dari pandangan. Jack langsung mengendarai mobilnya lagi. Mengejar anak buah Robert yang saat dia sibuk dengan Ai telah membawa pergi Robert. Jack tidak bodoh. Walau dia menghawatirkan Ai, tapi ketika anak buah Robert membawa Boss mereka, ia masih sempat memperhatikan ke mana arah perginya.     

Dan, yup. Tak berapa lama, dia berhasil mengikuti mobil Robert. Jack sengaja mengikuti dalam diam agar tahu pasti di mana markas mereka. Tak butuh waktu lama, mereka mengarah ke sebuah rumah yang lumayan padat penduduk. "Berani sekali dia membuat markas di keramaian," batin Jack.     

Jack memarkir mobilnya jauh dari rumah yang menjadi Basecamp mereka. Jack juga tidak langsung menyerang. Dia menunggu sebentar agar anak buah Robert agak lengah dan mengira dia juga pergi dari lokasi penembakan tadi.     

Setelah hampir satu jam, Jack keluar tentu dengan pistol dan sebuah bom ditangannya. Dia sedang malas bertele-tele jadi mending langsung diratakan dengan tanah.     

Jack memanjat tembok disamping rumah dan masuk dengan mulus. Dia juga langsung naik ke lantai dua dengan memanjat saluran air di samping rumah. Setelah mengendap-endap beberapa saat, Jack menemukan tempat Robert berada.     

Di depan kamarnya dijaga oleh dua orang. Jack dengan tenang menghampiri mereka. Dan sebelum mereka menyadari siapa dirinya, kedua orang itu sudah tergeletak pingsan karena pukulan di masing-masing tengkuknya.     

Jack lalu menyeret dua orang itu dan dimasukkan ke kamar mandi yang kebetulan tepat berada di sebelah kamar Robert. Jack masuk dan mengunci pintu dari dalam dan bodohnya di dalam kamar tak ada lagi pengawal yang melindungi Robert.     

Hanya dia dan seorang dokter yang kelihatan masih berusaha mengeluarkan peluru dari perutnya. Sedangkan tangannya sdah di bebat rapi.     

"Tak perlu di keluarkan, toh sebentar lagi akan bertambah." ucap Jack sambil menodongkan pistolnya.     

Robert kaget dengan kemunculan Jack, sedang si dokter sudah mengkerut ketakutan saat melihat pistol yang diarahkan ke kepala Robert.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.