One Night Accident

LAMARAN



LAMARAN

0Happy Reading.     
0

****     

Ayu duduk gelisah di sebelah Jack yang terlihat santai saja saat menyetir. Seolah tubuh Ai yang dari tadi memberi sinyal ingin menyampaikan sesuatu tak dipedulikannya. "Benar-benar cowok nggak peka!" Ai membatin.     

Jack menahan senyumnya melihat Ai yang bergerak terus seperti cacing kepanasan. Bukan Jack tak tahu jika sedari tadi seperti ingin menanyakan sesuatu. Tapi melihat wajah Ai yang sedikit kesal merupakan hiburan tersendiri baginya. Dan dia masih ingin menikmatinya sebentar lagi.     

Ini pasti karena pengaruh omongan Emaknya Marco tadi yang terus mencaci maki Jack dengan sebutan seluruh anggota kebun binatang. Seolah dunia akan kiamat jika dia tak segera menikahi Ai. Pantas Marco secerewet itu, ternyata Emaknya seratus kali lipat lebih merusak gendang telinga. Bahkan Jack tidak bisa menghitung berapa kali Emak Rina menanyakan kapan dia menikahi Ai.     

Ai melihat Jack yang seperti tak terganggu apa pun. Apakah Ai salah menaruh harapan? Tentu sebagai wanita dia cukup termakan omongan Emak Rina yang menyebut pernikahan. Tapi sepanjang makan malam, Jack bahkan tak menanggapi satu pun omongan Emak Rina yang terus menanyakan kapan mempertanggung jawabkan perbuatannya dan menikahi Ai.     

Ai jadi bimbang benarkah Jack mencintainya? Atau Jack hanya mempermainkannya? Atau, memang pemikiran bule yang menganggap pernikahan tak terlalu penting. Asal mereka saling cinta, mereka bisa bersama dan memiliki anak. Tetapi ini Indonesia. Bisa dihujat seIndonesia kalau dia kumpul kebo.     

Jack menggenggam tangan Ai dan memberikan senyuman mautnya. Jack tahu pasti, otak kecil Ai sudah bekerja dengan berat dan membuat berbagai kemungkinan tentang yang dikatakan Emak Rina. Jack menghentikan mobilnya ke pinggir jalan lalu berbalik menghadap Ai.     

"I love you." Jack berujar sambil merangkum wajah Ai di kedua tangannya. "Jangan biarkan otak mungilmu berpikir terlalu keras. Kita akan segera menikah jadi berhentilah khawatir."     

"Apa aku baru saja dilamar?" tanya Ai sambil mengerjapkan matanya.     

"Iya. Kenapa?"     

Ai melepas tangan Jack yang ada diwajahnya lalu bersedekap sambil menatap tajam laki-laki tak peka di depannya. "Well, itu sangat tidak romantis." kata Ai kesal.     

Bagaimana Ai tidak kesal, kalau seumur hidupnya, dia selalu bermimpi bisa dilamar dengan cara yang romantis. Dengan banyak lilin atau hamparan bunga misalnya. Sementara yang dilakukan Jack barusan, jangankan diajak pacaran, setelah Ai hamil Jack malah tidak menginginkan janin di dalam kandungannya. Lalu melamar pun main tembak saja. Tanpa adanya embel-embel 'Maukah kau menjadi istriku?' atau lainnya. Hanya bilang 'I Love You' lalu Ai harus menikah dengannya. Benar-benar dingin.     

Membuat Ai menduga-duga, kalau Ibu Jack dulunya ngidam makan kulkas, makanya sekarang Jack sudah persis seperti es balok. Dan sedang sibuk berpikir, mendadak Jack meletakan tangannya di dahi Ai. Mencoba menghapus kerutan heran di keningnya itu. "Jangan kebanyakan mikir, entar cepet keriput lho."     

Ai terbengong-bengong melihat candaan Jack, yang diucapkan dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat datar. So flat. Membuat Ai menjadi semakin kesal, dan berharap bisa menjadikan wajah datar Jack sebagai papan penggilas untuk mencuci pakaian dalamnya.     

"Kamu pengen dilamar di mana dan kayak gimana?"     

"Kok malah nanya? Kasih surprise dong. Serius ngelamar nggak?!" Ai memajukan bibirnya yang membuat Jack menjadi gemas sendiri. Dan memberikan kecupan mesra di bibir Ai itu.     

"Apaan sih?" Ai pura-pura jual mahal, sementara Jack tersenyum dan mendekatkan wajahnya lagi. Kali ini bukan hanya ciuman kilat. Tapi ciuman yang menuntut dan intens. Setelah ciuman yang lama dan menguras oksigen akhirnya Jack mengakhirinya dengan napas yang sama-sama memburu.     

"Sebaiknya kita skip dulu, jika tak ingin di tilang polisi karena ketahuan bercinta dalam mobil di pinggir jalan."     

Ai seolah baru sadar di mana dia berada. Karena malu, dia hanya bisa memalingkan wajahnya dan melihat keluar jendela. Jack mengacak-acak rambut Ai gemas.     

Sisa perjalanan dilalui dengan keheningan tapi dengan tangan yang saling menggenggam seperti remaja yang baru merasakan pacaran.     

Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, sebuah mobil menabrak bumper belakang mobil mereka, hingga membuat mobilnya berputar putar dengan suara berdecit. Untung Jack langsung bisa mengendalikan, hingga mobilnya tak terbalik atau menabrak sesuatu.     

Setelah mobilnya berhasil dihentikan. Jack langsung melihat kearah Ai. "Kau tak apa?" tanya Jack cemas, sementara Ai hanya mengangguk. Wajahnya nampak pucat pasi. Kelihatan sekali kalau dia sangat shock.     

"MERUNDUK!" Jack berseru, tepat sebelum suara tembakan terdengar. Kaca mobil pecah tepat diatas Jack yang merunduk melindungi Ai. Meskipun begitu masih ada pecahan kaca yang sempat menggores lengan Ai. Karena lengan bajunya pendek.     

"Shit!" Jack mengedarkan pandangannya mencari lokasi musuhnya. Darahnya mendidih melihat luka yang menggores kulit mulus wanitanya.     

"Tetap merunduk!" kata Jack pada Ai, lalu dia memasukkan persneling dan melajukan mobilnya lagi kali ini dengan kecepatan tinggi. Jack melihat ke belakang. Dia belum bisa memastikan ada berapa mobil yang mengejarnya. Karena yang terlihat baru ada dua. Jika dia sedang sendirian, pasti manusia-manusia bejat itu sudah ditanganinya dari tadi. Tapi di sini ada Ai yang harus dilindunginya.     

"Lacak lokasiku, sekarang!" teriak Jack melalui ponselnya, lalu dia langsung melempar ponsel itu ke dasboard tanpa mematikannya.     

DORR!!! DORRR!!!     

Mereka kembali menembaki Jack dan Ayu, hingga membuat Ai makin gemetar ketakutan. Citt..... Salah satu mobil berhasil menghadangnya. hingga membuat Jack mengerem mendadak. Jack menarik napas berusaha menenangkan diri.     

"Jangan keluar, apapun yang terjadi," kata Jack pada Ai. Jack membuka pintu seolah menyerah tapi saat musuhnya keluar dari mobil, secepat kilat dia mengeluarkan pistolnya dan menembaki mereka secara beruntun. Jack merunduk saat tembakan balasan menghujaninya. Jack terus maju menumbangkan satu persatu musuhnya. Hingga tak memperhatikan Ai.     

"Daniel ..." teriak Ai saat tiba-tiba tangannya ditarik seseorang dan menyeretnya keluar. Mendengar itu sontak Jack langsung berusaha kembali ke tempat Ai tapi terlambat. Ujung pistol sudah menyentuh samping kepala Ai yang memucat.     

"Lepaskan dia." Jack berujar geram.     

"Ck, ck, ck, Mr. Daniel Cohza Cavendish, senang bertemu denganmu." Jack tak menjawab dia hanya menatap tajam laki-laki paruh baya di depannya.     

"Well, aku tak menyangka seorang Cohza seleranya seperti ini."     

"Apa maumu Mr. Robert?"     

"Hahahahaha ... tak ku sangka seorang Cohza mengenaliku. Lagi pula apa anda yakin bertanya apa mauku? Setelah menghabisi tiga keponakanku?"     

'Ah, jadi dia benar-benar Robert Breadley. Satu-satunya keluarga dari tiga Breadley bersaudara yang beberapa waktu lalu dia serahkan ke keluarga Emerald," Jack membatin.     

"Lepaskan dia dan kau bebas melakukan apa pun padaku."     

"Kau pikir aku bodoh menyerahkan wanita yang mengandung keturunan Cohza lepas begitu saja?"     

Jantung Jack mulai berdetak kencang. Bagaimana mungkin dia tahu Ai sedang mengandung anak Jack?     

"Lepaskan dia!" ujar Jack mulai marah saat tangan Robert dengan lancang menjambak rambut Ai.     

"Atau apa?"     

Krakk …     

Brugh. Dengan gerakan cepat andalannya Jack berhasil mematahkan tangan Robert dan menarik Ai ke dalam pelukannya. Bahkan sebelum Robert mengedipkan mata. Ketika bicara tadi, Jack memang semakin mendekat memindai jarak yang pas untuk melumpuhkan ssi Robert.     

"Daniel ... awassss ...," teriak Ayu sambil mendorong tubuh Jack.     

Dooorrrrrr ... Dorrrrr ....     

Suara berdenging tepat di atas kepala Jack serasa menulikannya namun anehnya dia tak merasa sakit.     

"Ai ...?"     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.